1. Pengangkutan Sistem
Basah
Transportasi sistem
basah (menggunakan air sebagai media pengangkutan) terbagi menjadi dua, yaitu :
a) Sistem Terbuka
Pada sistem ini ikan
diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus menerus
diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan.
Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu pengangkutan yang tidak lama.
Berat ikan yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem
aerasi, lama pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan.
b) Sistem Tertutup
Dengan cara ini ikan
diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara terbatas yang telah
diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Wadah dapat berupa kantong
plastik atau kemasan lain yang tertutup. Faktor-faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan pengangkutan adalah kualitas ikan (harus sehat dan
baik), oksigen, suhu (15 – 20oC untuk ikan didaerah tropis), pH (7 – 8), CO2,
amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan (perbandingan antara volume ikan dengan
volume air adalah 1:3 sampai 1:2).
Beberapa permasalahan dalam pengangkutan sistem basah adalah selalu terbentuk
buih yang disebabkan banyaknya lendir dan kotoran ikan yang dikeluarkan.
Kematian diduga karena pada saat diangkutisi perut masih ada,sehingga pada saat
diangkut masih ada kotoran yang mencemari media air yang digunakan untuk
transportasi. Disamping itu, bobot air cukup tinggi, yaitu 1 : 3 atau 1 : 4
bagian ikan dengan air menjadi kendala tersendiri untuk dapat meningkatkan
volume ikan yang diangkut. Oleh karena itu, untuk menghindari terjadinya
metabolisme yang sangat tinggi pada saat pengangkutan, maka sebaiknya ikan
diberok terlebih dahulu minimal 1 hari sebelum ikan diangkut dengan cara
dipuasakan.
2. Pengangkutan Sistem
Kering (Semi Basah)
Pada
transportasi sistem kering, media angkut yang digunkan adalah bukan air, Oleh
karena itu ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas biologis rendah
sehingga konsumsi energi dan oksigen juga rendah. Makin rendah metabolisme
ikan, makin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya sehingga ketahanan
hidup ikan untuk diangkut diluar habitatnya makin besar.
Penggunaan
transportasi sistem kering dirasakan merupakan cara yang efektif meskipun
resiko mortalitasnya cukup besar. Untuk menurunkan aktivitas biologis ikan
(pemingsanan ikan) dapat dilakukan dengan menggunkan suhu rendah, menggunakan
bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik.
Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan metabolisme
ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf tersebut, oksigen
yang dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk mempertahankan hidup saja.
Secara anatomi, pada saat ikan dalam keadaan tanpa air, tutup insangnya masih
mangandung air sehingga melalui lapisan inilah oksigen masih diserap.
Kondisi
pingsan merupakan kondisi tidak sadar yang dihasilkan dari sistem saraf pusat
yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan
rendahnya respon gerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa pada
ikan berarti sistem saraf kurang berfungsi.
Cara
pemingsanan ikan akan berbeda untuk setiap jenis ikan. Namun demikian, secara
umum Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan
suhu rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan
arus listrik.
a. Pemingsanan dengan
menggunakan suhu rendah
Ini dapat dilakukan
dengan cara, yakni (a) penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung
dimasukkan dalam air yang bersuhu 10o – 15oC , sehingga
ikan pingsan; dan (b) penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai
media ikan diturunkan secara bertahap sampai ikan pingsan.
b. Pemingsanan ikan
dengan bahan anestasi (bahan pembius)
Beberapa bahan
anestasi yang dapat digunakan dalam pembiusan ikan antara lain:
NO
|
BAHAN
|
DOSIS
|
1
|
MS-222
|
0.05
mg / l
|
2
|
Novacaine
|
50
mg / kg berat ikan
|
3
|
Barbitas
sodium
|
50
mg / kg berat ikan
|
4
|
Ammobarbital
sodium
|
85
mg / kg berat ikan
|
5
|
Methyl
paraphynol (dormisol)
|
30
mg / l
|
6
|
Tertiary
amyl alcohol
|
30
mg / l
|
7
|
Choral
hydrate
|
3-3.5
g lt
|
8
|
Urethane
|
100
mg / l
|
9
|
Hydroksi
quinaldine
|
1
mg / l
|
10
|
Thiouracil
|
10
mg / l
|
11
|
Quinaldine
|
0.025
mg / l
|
12
|
2-Thenoxy
ethanol
|
30
– 40 ml / 100 lt
|
13
|
Sodium
ammital
|
52
– 172 mg / l
|
Pembiusan ikan
dikatakan berhasil bila memenuhi tiga kriteria, yaitu : (1) Induksi bahan
pembius dalam tubuh ikan terjadi dalam waktu tiga menit atau kurang, sehingga
ikan lebih mudah ditangani, (2) Kepulihan ikan sampai gerakan renangnya kembali
normal membutuhkan waktu kurang dari 10 menit, dan (3) Tidak ditemukan adanya
kematian ikan selama 15 menit setelah pembongkaran. Yang harus diperhatikan
dalam penggunaan bahan anestasi ini adalah, apakah bahan-bahan tersebut dapat
menimbulkan potensi bahaya bagi manusia atau tidak.
c. Pemingsanan ikan
dengan arus listrik
Arus listrik yang
aman digunakan untuk pemingsanan ikan adalah yang mempunyai daya 12 volt,
karena pada 12 Volt ikan mengalami keadaan pingsan lebih cepat dan tingkat
kesadaran setelah pingsan juga cepat.
Setelah
ikan pingsan selanjutnya adalah pengemasan. Pada pengangkutan ikan hidup dengan
system kering diperlukan media pengisi sebagai pengganti air. Yang dimaksud
dengan bahan pengisi dalam pengangkutan ikan hidup adalah bahan yang dapat
ditempatkan diantara ikan hidup dalam kemasan untuk menahan ikan dalam
posisinya. Bahan pengisi memiliki fungsi antara lain mampu manahan ikan agar
tidak bergeser dalam kemasan, menjaga lingkungan suhu rendah agar ikan tetap
hidup serta memberi lingkungan udara dan kelembaban memadai untuk kelangsungan
hidupnya.
Media
pengisi yang sering digunakan dalam pengemasan adalah serbuk gergaji, serutan
kayu, serta kertas koran atau bahan karung goni. Jenis serbuk gergaji atau
serutan kayu yang digunakan tidak spesifik, tergantung bahan yang tersedia.
Diantara beberapa jenis bahan pengisi, sekam padi dan serbuk gergaji merupakan
bahan pengisi terbaik karena memiliki karakteristik, yaitu : berongga,
mempunyai kapasitas dingin yang memadai, dan tidak beracun.Media serbuk gergaji
memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis media lainnya.
Keunggulan tersebut terutama pada suhu. Serbuk gergaji mampu mempertahankan
suhu rendah lebih lama yaitu 9 jam tanpa bantuan es dan tanpa beban di
dalamnya.
Adapun
cara pengemasannya adalah sama dengan cara pengemasan produk ikan segar/beku
yang ditransportasikan dengan menggunakan cool box, dimana ikan disusun
berlapis dengan serbuk gergaji. Wadah yang digunakan dalam proses pengangkutan
ikan hidup dengan sistem kering dapat berupa sterefoam. Caranya pengemasannya
adalah sebagai berikut:
-
Pertama-tama
tempatkan serbuk gergaji yang telah didinginkan (suhu 8 – 10oC)
dibagian dasar wadah;
-
Kemudian tempatkan
lapisan ikan dengan ketebalan tertentu diatasnya;
-
Selanjutnya
ditempatkan lagi lapisan serbuk gergaji diatas lapisan ikan, demikian
seterusnya berselang-seling dengan yang terakhir (paling atas) adalah lapisan
serbuk gergaji;
-
Sebaiknya boks
sterefoam ditutup sangat rapat untuk menghindari udara panas dari luar masuk ke
dalam wadah.
Setelah
dikemas, selanjutnya ikan siap didistribusikan. Boks-boks sterefoam yang berisi
ikan dimasukkan kedalam alat angkut (mobil) yang telah dimodifikasi dengan
menambahkan lapisan insulasi pada sekeliling dindingnya. Hal ini untuk
menghambat udara panas dari luar yang akan masuk kedalam ruang penyimpanan.
Selama dalam transportasi, pengontrolan suhu ruang perlu dilakukan secara rutin
dan diupayakan untuk tetap stabil.
Pada
saat tiba ditempat tujuan, ikan segera disadarkan. Proses penyadaran adalah
dengan mengembalikan ikan sesuai dengan suhu pada habitatnya. Caranya adalah
sebagai berikut:
-
Siapkan wadah (bak)
yang telah dilengkapi dengan aerasi sehingga oksigen dalam air tercukupi dan
sirkulasi dapat berjalan dengan baik.
-
Cuci ikan dengan
bersih untuk menghilangkan lendir dan sisa-sisa serbuk gergaji yang masih
menempel pada tubuh ikan.
-
Kemudian masukkan
ikan kedalam bak.
-
Untuk mempercepat
proses penyadaran perlu adanya sedikit rangsangan dengan cara
menggerak-gerakkan badan ikan pada buih aerator.
-
Umumnya ikan akan
sadar dalam waktu ±10 menit.
Berbicara
distribusi hasil perikanan di tingkat supplier/pedagang pengumpul dan pedagang
pengecer, maka kita tidak hanya berbicara mengenai sarana distribusi seperti
sarana transportasi saja namun juga berbicara mengenai sarana distribusi
lainnya, salah satunya adalah pelabuhan perikanan.
Dalam
Undang-Undang No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dinyatakan bahwa pelabuhan
perikanan sebagai suatu lingkungan kerja salah satunya berfungsi sebagai
pusat pemasaran dan distribui hasil perikanan. Sedangkan dalam pasal 15
ayat (3) huruf a Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 10 Tahun 2004
menyatakan bahwa pelabuhan perikanan memiliki fasilitas funfsional salah
satunya adalah fasilitas pemasaran hasil perikanan seperti tempat pelelangan
ikan (TPI) dan pasar ikan.
Tempat
pemasaran/distribusi hasil perikanan seperti TPI dan Pasar Ikan harus memenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. terlindung dan
mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan;
b. mempunyai lantai
yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan saluran
pembuangan air dan mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higiene;
c. dilengkapi dengan
fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan toilet dalam jumlah yang
mencukupi. Tempat cuci tangan harus dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan
pengering sekali pakai;
d. mempunyai
penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam pengawasan hasil perikanan;
e. kendaraan yang
mengeluarkan asap dan binatang yang dapat mempengaruhi mutu hasil perikanan
tidak diperbolehkan berada dalam tempat Pemasaran Ikan/pasar grosir;
f. dibersihkan secara
teratur minimal setiap selesai penjualan;
g. dilengkapi dengan
tanda peringatan dilarang merokok, meludah, makan dan minum, dan diletakkan di
tempat yang mudah dilihat dengan jelas;
h. mempunyai fasilitas
pasokan air bersih dan atau air laut bersih yang cukup;
i. mempunyai wadah
penampungan produk yang bersih, tahan karat, kedap air dan mudah dibersihkan;
dan
j. mempunyai
penampungan pengolahan limbah.
Selain
persyaratan tersebut, tempat pemasaran hasil perikanan juga harus memenuhi
persyaratan hygiene dan penerapan system rantai dingin.
SUMBER:
Anonim, 1989. Petunjuk Praktis Penanganan dan
Transportasi Ikan Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan,
Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta.
Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Penanganan Tuna
Loin Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Jakarta.
Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Transportasi Ikan
Hidup Dengan Cara Dipingsankan. Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan.
Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta
Anonim, 2007. Juknis Penerapan Sistem Rantai
Dingin dan Sanitasi Higiene di Unit Pengolahan Ikan. Direktorat Pengolahan
Hasil. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Departemen
Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Undang-Undang RI No 31 Tahun 2004
tentang Perikanan
Keputusan Menteri KP No 10 Tahun 2004
tentang Pelabuhan Perikanan
Keputusan MenterI KP No 52A Tahun 2013
tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Kemanana Hasil Perikanan Pada Proses
Produksi, Pengolahan dan Distribusi.
materi artikelnya sangat bagus
BalasHapus