Rabu, 24 Juli 2019

IKAN KERAPU BATIK




Tidak dapat dipungkiri bahwa ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan yang laris dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Bahkan, saat ini Anda akan mendapati bahwa ada banyak negara di luar sana yang menginginkan untuk impor ikan ini. Alhasil ikan ini diekspor ke negara tersebut dengan demand yang tidak sedikit.
Berkat semakin tingginya permintaan pasar, maka Anda juga memiliki peluang untuk dapat melakukan budidaya dari ikan yang satu ini. Sebelum merealisasikan mimpi tersebut, maka Anda perlu untuk mempelajari berbagai macam ilmu yang berkaitan dengan hal itu.
Ada banyak sekali hal yang perlu Anda pelajari sebelum berbisnis ikan kerapu. Setidaknya, Anda harus mengerti ciri-ciri dari ikan, variasi jenis, dan cara merawat ikan, agar ikan dapat berkembang biak. Semakin banyak informasi yang Anda ketahui, maka hal tersebut akan semakin menunjang bisnis ikan Kerapu Anda.
Ciri-ciri morfologi ikan kerapu adalah sebagai berikut
Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dan tinggi tubuh.  Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat. Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjol melebihi bibir atas. Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama dengan yang berjari-jari lunak.  Posisi sirip perut berada dibawah sirip dada. Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
Pada ikan kerapu genus Aethaloperca merupakan monotipik, tediri atas satu spesies, warna coklat gelap, tubuh melebar, sirip dada tidak simetris, sirip punggung terdiri atas 9 jari-jari keras, sirip ekor tegak. ikan kerapu genus Anyperodon merupakan monotipik, warna abu-abu sampai abu-abu kecoklatan, bintik coklat pada kepala, tidak ada gigi pada langit-langit, kepala dan tubuh panjang, tebal badan 11-15 % dari panjang standard, dan 3-4 kali dari panjang kepala serta sirip bundar.
Ikan kerapu genus Cephalopholis terdiri atas: warna gelap, yaitu cokelat kemerahan sampai cokelat tua dan warna terang, yaitu merah kecokelatan sampai merah atau kuning atau jingga, panjang standard 2,2 – 3,1 kali dari panjng kepala, rahang pada ikan dewasa dilengkapi dengan bonggol, sirip ekor berbentuk bundar. Ikan kerapu genus Epinephelus tubuh ditutupi oleh bintik-bintik berwarna cokelat atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung pertama biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur, sirip ekor berbentuk bundar.
Ikan kerapu genus Plectropomus warna gelap bergaris (menyerupai pita) dan yang tidak bergaris, warna tubuh agak putihan, sirip berwarna kuning, tulang sirip dubur lemah, panjang standard 2,8 – 3,1 kali dari panjang kepala, sirip ekor umumnya tegak. dan yang terakhir ikan kerapu dari genus Variola warna tubuh ditutupi oleh bintik merah, sirip ekor berwarna putih tipis pada bagian pinggir, panjang standard 2,5 – 2,8 kali dari panjang kepala, sirip ekor berbentuk sabit.

Ikan kerapu merupakan mata dagangan internasional yang harganya mahal, dan permintaannya semakin meningkat sehingga dimasukkan dalam komoditas unggulan yang ditekankan dalam program intensifikasi budidaya perikanan.  Selama ini untuk memenuhi kebutuhan benih kerapu masih mengandalkan dari hasil tangkapan di alam.  Hal ini menyebabkan ketersediaannya tidak berkesinambungan.
            Namun sejak tahun 1990 budidaya laut di Indonesia terlihat semakin meningkat seiring dengan adanya keberhasilan dalam kegiatan pembenihan benih dan berbagai jenis ikan laut ekonomis penting telah berhasil diproduksi secara massal, tidak terlalu banyak lagi mengandalkan di alam.  Berbagai jenis ikan yang telah dikuasai tekniloginya, ikan kerapu batik masih merupakan salah satu andalan dalam budidaya laut di Indonesia.
Kerapu batik merupakan jenis ikan kerapu yang harganya mahal terutama yang mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik akan komoditas ini stabil bahkan cenderung meningkat.  Namun demikian yang masih menjadi perhatian utama adalah ketersediaan benih yang belum dapat tepenuhi baik jumlah, mutu maupun kesinambungannya.
Ikan kerapu secara umum dikenal sebagai hewan karnivora yang buasa dan rakus, memakan berbagai jenis ikan, crustacean dan kadang – kadang juga memakan cepalopoda  (cumi-cumi).  Seringkali hidup menyendiri dan menyukai naungan sebagai tempat sembunyi.  Ikan kerapu lebih suka menghindar dari sinar matahari langsung, kecuali sewaktu mencari makan dan saat memijah.
Ikan kerapu adalah jenis ikan laut yang dapat ditemukan didaerah sub tropika dan tropika dari seluruh daerah lautan.  Kebanyakan species ini tinggal didaerah karang, karang mati atau berlumpur.  Ikan kerapu ini sering pula ditemukan di daerah pasang dan laut dengan kedalaman sekitar 40 m (Heemstra & Randall, 1993).
Distribusi geografis ikan kerapu  di mulai dari Pasifik Selatan hingga Pulau Guam, New Caledonia dan Selatan Australia.  Pada bagian Timur Samudra Hindia dimulai dari Barat Austalia dan Nicobars,  sedangkan pada Kepulauan Indonesia tersebar Di Riau, Jawa, Bali, NTB dan Maluku.
Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut yang semakin digemari oleh masyarakat.  Kebutuhan ikan kerapu ini masih mengandalkan tangkapan dari alam sehingga lambat laun memungkinkan terjadinya penagkapan yang berlebihan (over fishing) baik dari segi ukuran maupun jumlah.  Untuk mengantisipasi kondisi tersebut maka diperlukan upaya budidaya.  Adapun kendala utama yang
dihadapi di dalam budidaya ikan kerapu adalah sering terjadi kematian massal yang diduga disebabkan oleh penyakit, baik itu penyakit akibat jamur, bakteri maupun yang disebabkan oleh virus.
Penyakit didefenisikan sebagai suatu ketidaknormalan pada struktur atau fungsi tubuh yang ditunjukkan dengan gejala yang spesifik atau non spesifik.  Kesalahan managemen dan lingkungan yang bermasalah dapat menimbulkan penyakit pada usaha budidaya ikan kerapu.  Jaringan atau organ yang rusak, penurunan berat badan dan adanya kematian merupakan indikasi timbulnya penyakit.  Dampak yang ditimbulkan adalah penurunan produk perikanan / budidaya, oleh karena itu pnyakit dan lingkungan perlu mendapatkan perhatian khusus sehingga kerugian dari segi ekonomi dapat ditekan.
Beberapa factor yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit yaitu adanya interaksi antara inang (Host), penybab penyakit (Pathogen) dan lingkungan.  Penyakit yang akan timbul apabila ikan yang dipelihara rentang terhadap penyakit
dan kondisi lingkungan yang buruk yang menyebabkan peningkatan serangan penyakit serta penurunan kekebalan dari inang.
Factor – factor yang dapat menimbulkan penyakit adalah perubahan / fluktuasi suhu yang sangat tinggi, adanya radiasi sinar ultra violet dari matahari.  Sedangkan factor – factor kimia seperti kontaminasi lingkungan dengan obat – obatan, racun, penggunaan bahan kimia yang berlebihan dapat menyebabkan timbulnya penyakit.  Keberadaan virus, bakteri jamur maupun parasit diperairan merupakan factor biologi fluktuasi suhu, kelarutan gas, pH dan ketersediaan makanan.
Kestabilan lingkungan terutama parameter fisika dan kimia air pada media pemeliharaan akan menentukan kesehatan ikan yang kita pelihara.  Fluktuasi suhu, pH, salinitas atau oksigen terlarut yang melebihi batas optimum dapat menimbulkan stress dan pada akhirnya akan menimbulkan penyakit.  Kunci sukses dalam upaya pemeliharaan ikan adalah mampu memahami dan mengelola lingkungan dalam hal ini air sebagai media pemeliharaan.  Pemahaman terhadap pentingnya peranan lingkungan dan mengetahui penyebab penyakit adalah pentingnya dalam upaya pengendalian dan control penyakit.

DAFTAR PUSTAKA
Dwiyanto febriko Sapto, 2004.  Budidaya Ikan Kerapu Dalam Keramba Jaring Apung. Departemen   Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.  Balai Budidaya Air Payau Sitobondo.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 2004. Badan Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kalautan dan Perikanan. Gondo Bali.
Triastutik Gemi, 2004.  Pengendalian Penyakit Ikan dan Udang.  Departemen Kelautan dan Perikanan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya.  Balai Budidaya Air Payau Sitobondo
Purwanti A. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Keparu Batik Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

1 komentar: