Klasifikasi dan Morfologi
Alga
adalah tanaman laut yang di kelompokkan dalam 2 kelompok besar makro alga dan
mikro alga, mikro alga (berukuran kecil) tidak dapat dilihat secara kasat mata
tetapi hanya boleh dilihat dengan menggunakan alat bantu yaitu mikroskop.
Sebaliknya alga makro atau alga yang berukuran besar dapat dilihat langsung
(kasat mata).
Alga
yang mula-mula ada di bumi kurang lebih sekitar tiga milyar tahun yang lalu
adalah cyanobacteria (atau ganggang biru-hijau), yang melakukan fotosintesis,
sel prokariotik tidak berinti sel. Kemudian muncul jenis-jenis alga yang lain
yang memiliki inti sel, sel kompleks multiselular atau sel eukariotik.
Alga
terdiri atas 8 divisio dan tersebar dalam 16 kelas dengan sejumlah ordo,
family, genus dan spesies. Pembagian klasifikasi di tingkat divisio menurut Sze
(1986), adalah sebagai berikut :
- Divisio Cyanophyta (cyanobacteria atau blue-green algae), Class Cyanophyceae
- Divisio Prochlorophyta, Class Prochlorophyceae
- Divisio Chlorophyta (green algae), Class Prasinophyceae OR Class Micromonadophyceae, Class Chlorophyceae, Class Chlorophyceae, Class Charophyceae, Class Charophyceae, Class Ulvophyceae, Class Pleurastrophyceae
- Divisio
Chrysophyta, Class Chrysophyceae (golden brown algae), Class
Prymnesiophyceae (=Haptophyceae),
Class Tribophyceae (=Xanthophyceae) (yellow-green algae), Class Eustigmatophyceae, Class Raphidophyceae (=Chloromonadophyceae), Class Bacillariophyceae (=Diatomophyceae) (diatoms), Class Phaeophyceae (=Fucophyceae) (brown algae) - Divisio Rhodophyta (red algae), Class Rhodophyceae, Subclass Florideophycidae Subclass Bangiophycidae
- Divisio Pyrrophyta (=Pyrrhophyta=Dinophyta) (dinoflagellates), Class Dinophyceae
- Divisio Cryptophyta (cryptomonads), Class Cryptophyceae
- Divisio Euglenophyta (euglenoids), Class Euglenophyceae
Di
perairan Indonesia menurut Weber Van Boss ditemukan adanya 782 jenis alga yang
tersebar di seluruh wilayah perairan Indonesia. Meliputi 179 alga hijau, 134
alga coklat dan 425 alga merah. Pembangian alga ditingkat divisio dan kelas
(Sze, 1986), secara khusus didasarkan pada :
- Pigmen pengektasi cahaya untuk fotosintesis
- Cadangan polisakarida
- Organisasi selular
- Morfologi
- Ekologi
Klasifikasi
alga laut makro alga menurut Dawes (1981), terdiri dari 3 divisio yaitu
Rhodophyta alga merah, Phaeophyta alga coklat dan Chlorophyta alga hijau.
Sedangkan menurut Vanden Brook (1995), makro alga terdiri juga atas 3 divisio
yaitu divisio Chlorophyta alga hijau, Rhodophyta alga merah dan
Heterokontophyta alga coklat, nama division alga coklat dari ketiga penulis
berbeda. Ternyata dengan berkembangnya ilmu taksonomi maka banyak para ahli
mengelompokkan alga pada tingkat divisio yang sama namanya tetapi ada yang
berbeda. Begitu juga ada yang mengelompokkan Chlorophyceae, Rhodophyceae dan
Phaeophycea kedalam kelas tetapi yang lain memasukkannya ke tingkat taksa yang
lebih tinggi sedikit yaitu sub phylum/division. Memang taksonomi alga ini masih
sulit dasar pengelompokkannya menurut kata beberapa ahli alga (De wreede dan
Klinger, 1987).
Morfologi
alga menurut sebagian ahli botani memasukkan alga ini kedalam dunia
tumbuh-tumbuhan dan secara morfologi tubuh alga tidak memiliki akar, batang,
dan daun yang sejati seperti layaknya tumbuhan tingkat tinggi, tetapi hanya
menyerupai saja bagian-bagian tersebut karena alga hanyalah berbentuk talus
belaka dan di masukkan ke dalam tumbuhan tingkat rendah, tubuhnya tersusun dari
banyak sel, didalam sel tubuhnya terdapat pigmen penyerap cahaya yang berupa
kloroplas atau kromatopor, bersifat autortof yang dapat menghasilkan zat
organik dan oksigen melalui proses fotosintesis, dapat berkembangbiak secara
seksual dan aseksual. Untuk dapat tumbuh bagi alga yang berukuran besar (makro
alga) memerlukan substrat untuk tempat menempel/hidup. Alga epifit pada
benda-benda lain seperti, batu, batu berpasir, tanah berpasir, kayu, cangkang
moluska dan epifit pada tumbuhan lain atau alga jenis yang lain (Kumampung,
1984). Alga yang berukuran kecil (mikro), hidup melayang atau menempati
kolom-kolom air yang ada di perairan disebut phytoplankton. Bentuknya
bervariasi, satu sel atau koloni (diatom, dinoflagelata dan lain-lain).
Makro
alga umumnya epifit memiliki bagian talus yang khusus untuk menempel pada
subsrat bagian yang menyerupai akar ini di sebut holdfast. Menurut Sze, (1986)
tipe holdfast pada alga makro adalah sebagai berikut :
- Talus benar-benar diluruskan /menyebar menempel pada substrat (encrusting)
- Rhizoids/ rhizoidal pada pangkal talus
- Heterotrichy (lembaran /lampiran) Cabang dimodifikasi membentuk dasar untuk lampiran, pertumbuhan kembali cepat dari dasar jika sistem hilang
- Diskoid
Pada jaringan (parenchymatous atau pseudoparenchymatous)
membentuk dasar makroalga yang lebih besar - Haptera Cabang/batang membentuk seperti jari-jari.
Pigmen Fotosintesis
Untuk
tumbuh dan berkembang alga ini membutuhkan cahaya untuk melakukan proses
fotosintesis dimana alga ini bersifat autotrof dan mensitesa sendiri makanannya
dengan bantuan sinar matahari. Dalam penyerapan sinar matahari alga memiliki
pigmen fotosintesis yaitu klorofil A yang terdapat pada semua jenis alga. Untuk
proses fotosintesis klorofil dibantu dengan pigmen lainnya. Jenis-jenis pigmen
yang dikandung oleh alga adalah pigmen klorofil yaitu klorofil A, klorofil B,
klorofil C1, C2 dan klorofil D, Pigmen caroten yaitu β-caroten, fucoxanthin,
siphonaxanthin dan peridinin
Reproduksi dan Siklus Hidup Alga
Reproduksi
adalah perkembangbiakan dari suatu orgsanisme menjadi organisma yang baru.
Reproduksi adalah salah satu strategi untuk memepertahankan keberadaan
populasinya di alam, agar tidak punah karena, predasi, kompetisi, hama dan
penyakit dan aging (Kimbal 1992). Ada dua cara reproduksi yaitu cara aseksual
dan seksual, yang amat berbeda antara cara yang satu dengan yang lainnya. Pada
alga juga berlaku kedua macam cara reproduksi tersebut. Yaitu reproduksi
aseksual dan seksual.
Reproduksi Secara Aseksual
Reproduksi
aseksual yaitu di mana suatu organisme baru dihasilkan dari induk tunggal,
tanpa adanya peleburan sel kelamin jantan dan betina. Reproduksi aseksual dapat
terjadi dengan cara pembelahan sel, fragmentasi dan spora. Pembelahan sel cara
biner untuk jenis alga uniselular, dari satu sel menjadi dua sel. Cara
fragmentasi adalah thalus alga dipotong-potong atau dibagi-bagi menjadi
beberapa bagian yang kemudian nantinya jika hidup pada substrat yang cocok akan
tumbuh menjadi individu yang baru. Kemudian reproduksi aseksual dengan cara
spora adalah dimana spora dapat diproduksi dalam sel vegetatif yang normal atau
sel khusus. Spora yang dikeluarkan akan membentuk individu yang baru. Spora
dapat bersifat motil maupun non motil. Pada reproduksi aseksual individu baru
yang dihasilkan adalah sama persis dengan induknya. Pada makro alga lebih
khusus pada alga merah gracilaria sp. tetraspora yang dihasilkan oleh alga
tetrasporophyte akan mengalami meosis terlebih dahulu sehingga terjadi reduksi
jumlah kromosom terbagi yang tadinya diploid menjadi haploid. Spora ini akan
tumbuh menjadi individu yang baru yaitu alga gametophyte jantan dan betina yang
haploid, dan hidup bebas di alam.
Reproduksi Secara Seksual
Reproduksi
seksual terjadi karena adanya penyatuan gamet jantan dan betina. Gamet mungkin
identik dalam bentuk dan ukuran (isogamy) dan (heterogamy) yang berbeda.
Beberapa bentuk sederhana alga seperti Spirogyra bereproduksi dengan metode
konjugasi reproduksi seksual. Dalam proses konjugasi, dua untai berserabut
(atau dua organisme) dari bahan jenis alga yang sama pertukaran genetik melalui
tabung konjugasi. Antara dua untai, salah satu bertindak sebagai donor dan lain
berfungsi sebagai penerima. Setelah bertukar materi genetik, dua alur terpisah
dari satu sama lain. Penerima kemudian dapat menimbulkan organisme diploid.
Proses reproduksi secara seksual pada alga yang lebih maju lagi jaringan
reproduksinya, dimulai ketika alga gametofit jantan dan gametophyte betina
dewasa menghasilkan gamet haploid melalui pembelahan sel mitosis, yang kemudian
melebur menjadi satu (fertilisasi) untuk membentuk zigot diploid yang
berkembang menjadi tumbuhan sporophyte atau tetrasporophyte.
Jadi
pada alga kedua macam reproduksi (aseksual dan seksual) dapat berlangsung di
dalam satu siklus hidupnya. Dan akan terjadi pergantian generasi dari generasi
tetrasporophyte atau sporophyte yang diploid (2n) menjadi generasi gametophyte
haploid (1n) yang hidup bebas di alam (Free living). Tetapi ada juga dimana
kedua fase tersebut ada bersamaan hidup bebas di alam. Apabila kedua generasi
alga tersebut dalam penampilan/penampakan thalusnya terlihat sama disebut
isomorphik dan jika berbeda disebut heteromorphik. Contoh alga isomorfik yang
siklus hidupnya triphase yaitu Gracilaria sp. Dimana Siklus hidup Gracilaria sp
ini juga terjadi pada kebanyakan alga merah, dimana akan melalui tiga generasi
(trifasik) yaitu generasi tetrasporophyte (2n) dan generasi gametophyte(1n)
yang merupakan tanaman yang hidup bebas di alam. Dan generasi karposporophyte
tidak hidup bebas di alam (non living) wujudnya kecil seperti bintil-bintil disebut
cystocarp (2n), menyerupai parasit tetapi bukan parasit yang hidupnya menempel
pada batang gametophyte betina. Terjadinya Cystocarp (2n) ini berawal dari
peleburan antara gamet (1n) jantan dan betina (1n), terjadi di carpogonial
branch yang ada trikogen.
Setelah
fertilisasi kemudian membentuk cystocarp yang didalamnya terdapat spora disebut
carpospora. Cystocarp ini 2n yang tidak dapat hidup bebas dan tidak bergerak
(bersifat parasit). Nanti saat cystocarp ini membuka dan carpospores ini keluar
dilepaskan ke perairan kemudian carpospora ini akan menempel pada substrat yang
cocok dan akan tumbuh dan berkembang menjadi individu yang baru yaitu
tetrasporophyte.Tanaman tetrasporophyte ini setelah dewasa akan membentuk spora
yang disebut tetraspora (2n), spora ini akan mengalami meosis, membela dan
terjadi reduksi kromosom dari 2n menjadi 1n. Setelah mendapatkan substrat yang
cocok maka ia akan tumbuh dan berkembang menjadi individu yang baru yaitu alga
gametophyte jantan danbetina. Setelah dewasa menghasilkan gamet dan terjadi
fertilisasi, membentuk cystocarp lagi dan seterusnya demikian siklus hidup ini
berlangsung di alam. (Dawes, 1981; Dawson 1966).
bagus sekali dan informasinya sangat membantu
BalasHapus