Hampir satu dasawarsa serangan
penyakit udang yang mematikan belum dapat terkendali secara efektif, kegagalan
sudah berkali-kali dialami petani/pengusaha tambak. Timbulnya penyakit udang
tersebut disebabkan semakin menurunnya daya dukung lahan tambak sebagai akibat
dari penerapan Sapta Usaha Pertambakan yang tidak sesuai anjuran dan adanya
berbagai bentuk manipulasi lingkungan perairan tambak yang dilakukan petani,
semua ini bermuara kepada terganggunya keseimbangan sistim perairan (Ali
Poernomo, 1992).
Salah satu upaya untuk
meningkatkan kembali daya guna dan nilai guna lahan tambak diperlukan adanya
suatu solusi dengan memfungsikan tambak melalui budidaya bermacam-macam
komoditi salah satu diantaranya adalah komoditi ikan bandeng. Ikan bandeng
adalah salah satu sumber protein hewani yang harganya lumayan dan dapat
dijangkau oleh masyarakat luas, selain dikonsumsi dalam bentuk ikan segar juga
dalam bentuk olahan diantaranya: pindang dan bandeng presto (Aslianti, 1994).
Kebutuhan lain yang
akhir-akhir ini cukup berkembang adalah sebagai umpan hidup untuk penangkapan
tuna/cakalang (Asmin Ismail, dan Ahmad Sudrajad, 1992). Kelebihan lain yang
dimiliki ikan bandeng yaitu tahan terhadap perubahan lingkungan seperti suhu,
pH, kecerahan air, mudah beradaptasi dan mempunyai toleransi yang tinggi
terhadap kisaran kadar garam 0-15 ppt, tahan terhadap penyakit serta tidak
mempunyai sifat kanibal sehingga ikan ini mempunyai kecenderungan untuk
dibudidayakan dengan kepadatan tinggi terutama penggelondongan (Liao, 1985).
Dalam usaha budidaya benih sampai ukuran gelondongan merupakan komponen penentu
menuju keberhasilan budidaya. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah
rendahnya teknologi penggelondongan yang dimiliki petani/pengusaha, baik itu
padat tebar, pemberian pakan tambahan dan manajemen air, sehingga tingkat
pertumbuhan dan kelulusan hidup yang didapatkan dalam penggelondongan bandeng
masih sangat rendah. Untuk itu diperlukan adanya informasi yang akurat
menyangkut teknologi penggelondongan nener bandeng sebagai acuan yang dapat
dimanfaatkan oleh petani/pengusaha tambak. Beberapa keuntungan dapat diperoleh
dengan penggelondongan nener bandeng sampai ukuran (5-7 cm) adalah sebagai
berikut :
a. Pemenuhan kebutuhan gelondongan bandeng
sepanjang tahun untuk menunjang
budidaya bandeng umpan maupun
bandeng konsumsi.
b. Meningkatkan kelangsungan hidup pada usaha
budidaya berikutnya.
c. Menekan biaya produksi dan peningkatan efisiensi
pemanfaatan lahan terhadap
budidaya bandeng umpan atau
bandeng konsumsi.
d. Berfungsi sebagai komoditi rotasi untuk memutus
siklus penyakit udang.
e. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani
tambak.
f. Menampung tenaga kerja di daerah pesisir pantai.
1. Pemilihan Lokasi
Pada umumnya petakan tambak
penggelondongan nener bandeng sama dengan petakan tambak budidaya ikan bandeng.
Petakan tambak dapat dibuat di lokasi dengan perbedaan tinggi pasang surut 2-3
m. Elevasi tambak optimal adalah 0,50 m dari permukaan air laut. Tanah dasar
yang ideal bagi tambak bandeng adalah tanah liat berdebu (Selty loan) karena
selain mampu menampung air juga sangat baik untuk pertumbuhan alga dasar. Tanah
tambak yang baru dibuka pada umumnya bereaksi masam, karena itu perbaikan tanah
(reklamasi) perlu dilakukan dengan jalan penjemuran tanah dasar dan pencucian
maupun pengapuran.
Persyaratan Lokasi Penggelondongan Nener Bandeng
-
Keadaan
Lingkungan (Variabel)
1 PH 7 – 8
2 Oksigen terlarut > 3 ppm
3 Suhu air 25 - 30 0C
4 Salinitas 10 - 30 ppt
5 Sumber air Payau dan tawar
6 Kualitas air Tidak tercemar
7 Tekstur tanah Liat berdebu
2. Konstruksi dan Desain Tambak
Pematang tambak terdiri dari
pematang keliling (tanggul primer) dan pematang penyekat (tanggul skunder).
Pematang keliling harus cukup lebar (> 1 m) dengan lereng bagian dalam 1-1,5
dan lereng bagian luar 1-1,20 m. Sedangkan lebar pematang perantara dibuat
lebih kecil dengan lereng tanggul 1:1 (Poernomo 1992).
Gambar
Tampak samping
Gambar tampak
atas
Tinggi pematang sebaiknya tidak
kurang dari 0,5 m di atas pasang naik tertinggi dari penyusutan sebesar 15-20%
harus diperhitung pada pembuatan semua jenis pematang. Saluran di tambak
terdiri atas saluran pemasukan, saluran pembuangan dan saluran pembagi. Di
dalam tiap petakan tambak dapat dibuat parit-parit keliling (caren) dengan
lebar 2-4 m dan dalam 0,3-0,5 m dari permukaan pelataran. Pintu air satu unit
tambak terdiri atas satu pintu utama, pintu sekunder dan pintu tertier. Pintu
utama dipasang pada pematang utama keliling untuk pengaturan pemasukan air ke
dalam unit tambak.
Pintu sekunder dipasang
pada pematang perantara untuk memasukkan air dari saluran pembagi ke dalam tiap
petakan, ukuran pintu air sebaiknya diatur sesuai dengan kapasitas lahan
sehingga pemasukan dan pengeluaran air dapat dilakukan dengan lebih cepat. Tiap
petak dalam satu unit tambak harus mendapatkan pengairan tersendiri, untuk
mencegah penggunaan air yang berkualitas rendah sebaiknya pengairan tidak
dilakukan secara seri.
3. Persiapan
- Pengeringan tanah dasar tambak
Persiapan untuk pengeringan tanah
dasar dilakukan terlebih dahulu mengadakan perbaikan pematang, saluran dan
pintu tambak. Tanah dasar bagian pelataran diolah dan diratakan, kemudian tanah
dasar dikeringkan selama 7 hari hingga tanah dasar retak-retak sampai sedalam 1
cm. Dalam kegiatan pengeringan ini juga disertai kegiatan aplikasi pemberantas
hama yaitu dengan menggunakan Saponin sebanyak 30 kg/ha.
- Pemupukan awal
Pemupukan merupakan salah satu
bentuk masukan energi yang dimanfaatkan ikan secara tidak langsung. Pupuk
organik selain merupakan sumber hara yang lengkap bagi pakan alami juga dapat
memperbaiki struktur tanah. Pupuk an-organik merupakan pelengkap yang dapat
menyediakan zat hara secara cepat untuk kebutuhan pakan alami. Pakan alami yang
bisa ditumbuhkan di tambak sebagai pakan utama ikan bandeng adalah kelekap,
yaitu kumpulan berbagai jenis jasad dasar yang komponen utamanya terdiri dari
alga biru (Cyanophyceae) dan diatom (Bacillariophyceae). Tahap
pertama usaha penumbuhan kelekap adalah pengeringan tanah dasar. Apabila
pengeringan telah dilakukan, pupuk organik berupa kotoran ternak dengan dosis
2-3 ton/ha ditaburkan secara merata di pelataran, kemudian disusul pemupukan
anorganik (buatan) berupa Urea 75-100 kg/ha, TSP 40-50 kg/ka ditaburkan secara
merata di pelataran. Tambak diairi macak-macak dengan tinggi air sekitar 5 cm
dan diberakan selama satu minggu. Selanjutnya dilakukan pengairan secara
bertahap, hari pertama setinggi 10 cm, hari kedua 20 cm, hari ketiga 30-40 cm
dan dibiarkan selama kira-kira satu minggu sampai kelekap tumbuh subur.
Selanjutnya air ditambahkan lagi hingga 40-50 cm dan tambak siap ditebari benih
ikan bandeng. Pada waktu pengisian air, pintu air harus dipasang saringan yang
cukup rapat untuk menghindari masuknya organisme predator.
4. Penebaran Benih
- Ukuran
Benih (nener) ikan bandeng yang
ditebar adalah benih yang berada dalam tahap akhir masa larva, yang secara
alami dijumpai di perairan pantai dengan panjang tubuh total 10-16 mm. Apabila
penebaran menggunakan benih ikan bandeng yang dihasilkan dari panti pembenihan
maka benih tersebut merupakan benih yang berumur 21-25 hari.
- Padat tebar
Padat tebar yang baik untuk lama
penggelondongan 40-60 hari adalah 10-12 ekor/m2. Sebelum penebaran dilakukan,
benih perlu diaklimatisasi terhadap kondisi lingkungan (suhu dan salinitas)
medium tambak penggelondongan. Pertama sekali benih ditempatkan dalam suatu
wadah, kemudian air dari tambak sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam wadah
tersebut dengan selang melalui salah satu sisi wadah, sedangkan dari sisi lain
air dari wadah disipon keluar dengan menggunakan selang yang dilengkapi
saringan sehingga dengan demikian akhirnya kondisi suhu dan salinitas air dalam
wadah menjadi sama dengan kondisi air dalam tambak. Setelah aklimatisasi benih
selesai dilakukan, selanjutnya benih dapat ditebar ke tambak.
5. Pemeliharaan
- Pengelolaan air
Kegiatan rutin setelah penebaran
benih adalah pengamatan untuk mempertahankan kualitas air yang baik dan
tersedianya organisme pakan yang cukup di dalam tambak. Pengelolaan kualitas
air ditujukan untuk memberikan kondisi media hidup yang optimal bagi
pertumbuhan ikan. Selama penggelondongan harus dijaga agar salinitas dan
ketinggian air selalu stabil dan ketinggian air dipertahankan 40-50 cm. Laju
penguapan dan curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan salinitas berubah
(berfluktuasi) dan kondisi seperti ini memungkinkan dapat menghambat
pertumbuhan alga dasar dan sebaliknya dapat menyuburkan pertumbuhan jenis
plankton lain yang tidak diinginkan sebagai pakan alami ikan bandeng. Dalam
penggelondongan nener bandeng yang baik, alga dasar tambak tumbuh dengan subur
dan warna airnya yang jernih. Namun apabila jenis plankton lain yang tumbuh
subur seperti protozoa, flagellata, fitoflagellata dan rotifera maka warna air
akan berubah menjadi kuning atau coklat. Akibatnya kandungan oksigen dalam air
menjadi semakin rendah dan akhirnya dapat menyebabkan kematian ikan bandeng
secara massal. Oleh karena itu, perlu adanya penambahan/ penggantian air laut
yang baru. Penggantian air dapat dilakukan secara gravitasi dengan pemanfaatan
gerakan air pasang surut atau pompanisasi.
6. Pemupukan susulan
Setelah penebaran benih, kelekap
sebagai pakan alami semakin lama akan semakin berkurang sehingga perlu adanya
pemupukan susulan agar kelekap dapat tumbuh secara kontinuinitas. Pemupukan
susulan satu sampai dua minggu sekali, hal ini tergantung dari nilai kesuburan
tambak dan dimulai 2-3 minggu setelah penebaran. Pupuk susulan yang digunakan
masing-masing Urea 15-25 kg/ha dan SP36 10-15 kg/ha dan ditambah pupuk
perangsang seperti Forest, Ladan, Ursal, dan lain-lain sebanyak 1 kg/ha.
7. Pengendalian hama dan penyakit
Hama di tambak dapat dibagi dalam
tiga golongan yaitu; predator, kompetitor, dan organisme penggangu. Predator
terdiri dari burung, lingsang, reptil, ikan dan manusia. Kompetitor termasuk
ikan herbivora dan beberapa jenis moluska. Organisme penggangu terdiri dari
berbagai species insekta dan cacing. Cara pemberantasan hama yang lazim
dilakukan di tambak adalah pengeringan dan penggunaan beberapa jenis pestisida
maupun racun tanaman. Tahap pertama pemberantasan hama adalah pengeringan tanah
dasar. Pengeringan ini selain berfungsi mengoksidasi bahan organik dan mengeraskan
tanah dasar juga membantu pemberantasan berbagai ikan liar, moluska, kepiting,
cacing serta organisme hama lainnya. Apabila pengeringan tidak dapat dilakukan
secara menyeluruh, maka pada bagian yang tergenang ditambahkan obat pemberantas
hama. Untuk keperluan ini dapat digunakan Rotenon dalam bentuk akar tuba (Dheris
sp) sebanyak 4-5 kg/ha. Selain itu, dapat juga digunakan Saponin dalam
bentuk biji (Camelia sinensis) sebanyak 25-30 kg/ha atau nikotin dalam
bentuk serbuk tembakau dengan dosis 200-500 kg/ha.
8. Lama pemeliharaan
`Penggelondongan nener bandeng
biasanya sudah mencapai standar ukuran 7-10 cm setelah masa pemeliharaan 40-60
hari. Ukuran ini merupakan yang tepat sebagai gelondongan untuk penebaran
berikutnya baik untuk tujuan bandeng umpan maupun konsumsi.
9. Cara Panen
Pemanenan dilakukan untuk tujuan
pemeliharaan berikutnya, oleh karena itu hasil panen harus dalam keadaan hidup.
Pemanenan dapat dilakukan pada pagi, sore atau malam hari. Pemanenan pada waktu
air pasang dapat dilakukan dengan cara memasukkan air baru ke dalam tambak.
Hal ini menyebabkan ikan-ikan
bergerak menuju arah masuknya air dan berkumpul di dekat pintu air. Dengan
menggunakan jaring, prayang atau pukat ikan-ikan digiring menuju pintu air,
kemudian secara perlahan-lahan lingkaran jaring diperkecil sehinggga ikan-ikan
terkurung di dekat pintu. Penangkapan pada waktu air surut dilakukan terlebih
dahulu untuk mengurangi air tambak sehingga air tersisa di dalam caren sekitar
20 cm. Ikan digiring perlahan-lahan dan lingkaran diperkecil sehingga ikan
dapat berkumpul dekat pintu. Ikan-ikan yang sudah terkurung perlu dibera selama
1-2 hari sebelum dipanen untuk dipindahkan. Penangkapan ikan harus dilakukan
sangat hati-hati untuk mencegah kemungkinan luka-luka pada tubuh ikan dan kehilangan
sisik akibat gesekan. Jika lokasi pengangkutan agak jauh, ikan perlu dipak
terlebih dahulu dalam kantong plastik yang telah berisi air laut dengan
kepadatan 25-50 ekor/liter sesuai ukuran ikan diberi oksigen dengan
perbandingan air dan oksigen 1:1,5 atau 1:2 tergantung jarak jauh pengangkutan.
Sumber:
Tristian, 2011. Budidaya Ikan Bandeng
(Chanos chanos): Modul Penyuluhan Perikanan. Jakarta, Pusat Penyuluhan Kelautan
dan Perikanan BPSDMKP.
sangat mudah di pahami
BalasHapus