Ikan sidat anguilla
spp merupakan salah satu jenis ikan yang memiliki prospek karena sangat laku di
pasar internasional seperti Jepang, Hongkong, Belanda,
Jerman, Italia dan beberapa negara lain dengan demikian ikan sidat
ini memiliki potensi sebagai komoditas ekspor. Di Indonesia sidat banyak
ditemukan didaerah-daerah yang berbatasan dengan laut dalam seperti pantai
selatan Pulau Jawa, pantai barat Sumatera, pantai timur Kalimantan, pantai
Sulawesi, pantai kepulauan Maluku dan Irian Barat. Dengan banyak peminat maka
peluang bisnis budidaya ikan sidat patut untuk di kembangkan.
Berbeda halnya di
negara lain seperti (Jepang, dan negara negara Eropa), di Indonesia sumberdaya
sidat belum begitu banyak dimanfaatkan, padahal ikan liar ini baik
dalam ukuran benih maupun ukuran konsumsi jumlahnya cukup melimpah. Faktor
kegemaran inilah yang menjadi budidaya ikan sidat belum di maksimalkan.
Tingkat pemanfaatan
ikan sidat secara lokal (dalam negeri) masih sangat rendah, akibat belum banyak
dikenalnya ikan ini, sehingga kebanyakan penduduk Indonesia belum familiar
untuk mengkonsumsi sidat. Demikian pula pemanfaatan sidat untuk tujuan ekspor
masih sangat terbatas. Agar sumberdaya sidat yang keberadaannya cukup melimpah
ini dapat dimanfaatkan secara optimal, maka perlu dilakukan
langkah-langkah strategis yang diawali dengan mengenali daerah
disekitar kita yang memiliki potensi sumberdaya sidat mulai dari benih dan
ukuran konsumsi yang kemudian dilanjutkan dengan upaya pemanfaatannya baik
untuk konsumsi lokal maupun untuk tujuan ekspor. Dan sebelum di lakukan ekspor
maka ikan sidat bisa di tamping dalam kolam atau tambak tempat budidaya sidat.
1.
Klasifikasi dan
Morfologi
Menurut Nelson
(1994) ikan sidat diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum
:
Chordata
Kelas
: Actinopterygii
Subkelas
: Neopterygii
Division
: Teleostei
Ordo
: Anguilliformes
Famili
:
Anguillidae
Genus
:
Anguilla
Species
: Anguilla spp.
Sidat (Anguilla
spp.) merupakan ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomis penting baik untuk
pasar lokal maupun luar negeri. Permintaan pasar akan ikan sidat sangat tinggi
mencapai 500.000 ton per tahun terutama dari Jepang dan Korea, pemasok utama
sidat adalah China dan Taiwan (Anonim, 2006). Sidat yang dikenal dengan ’unagi’
di Jepang sangat mahal harganya karena memiliki kandungan protein 16,4% dan
vitamin A yang tinggi sebesar 4700IU (Pratiwi, 1998).
2.
Morfologi
Tubuh sidat
berbentuk bulat memanjang, sekilas mirip dengan belut yang biasa dijumpai di
areal persawahan. Salah satu karakter/bagian tubuh sidat yang membedakannya
dari belut adalah keberadaan sirip dada yang relatif kecil dan terletak tepat
di belakang kepala sehingga mirip seperti daun telinga sehingga dinamakan pula
belut bertelinga. Bentuk tubuh yang memanjang seperti ular memudahkan bagi
sidat untuk berenang diantara celah-celah sempit dan lubang di dasar perairan.
Panjang tubuh ikan sidat bervariasi tergantung jenisnya yaitu antara 50-125 cm.
Ketiga siripnya yang meliputi sirip punggung, sirip dubur dan sirip ekor
menyatu. Selain itu terdapat sisik sangat kecil yang terletak di bawah kulit
pada sisi lateral. Perbedaan diantara jenis ikan sidat dapat dilihat antara
lain dari perbandingan antara panjang preanal (sebelum sirip dubur) dan
predorsal (sebelum sirip punggung), struktur gigi pada rahang atas, bentuk
kepala dan jumlah tulang belakang.
Ciri utama sidat
dewasa adalah bentuknya menyerupai belut apabila diperhatikan lebih teliti terdapat
beberapa perbedaan morfologi yang membedakan antara sidat dengan belut. Sidat
memiliki sirip dada (pectoral) yang sempurna yang terdapat pada bagian
belakang tutup insang serta sirip punggung (dorsal), sirip ekor (caudal)
dan sirip anal yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya.
Sirip sidat
dilengkapi dengan jari-jari lunak yang dapat dilihat dengan mata telanjang.
Ciri-ciri ikan yang tergolong famili Anguillidae, yang telah dikemukakan
oleh Saanin (1984) dalam Sasono (2001) adalah sebagai berikut : sisik kecil
membujur berkumpul dalam kumpulan-kumpulan kecil dan masing-masing kumpulan
terletak miring pada sudut siku terhadap kumpulan yang ada disampingnya, sirip
dada sempurna, mata tertutup oleh kulit, lubang hidung di muka mata, lubang hidung
berpipa dan terletak di ujung muka dari mulut, mulut berbentuk miring dan
sampai melewati mata.
Genus Anguilla merupakan
satu-satunya yang termasuk dalam famili Anguillidae sehingga ciri dari
genus Anguilla merupakan ciri dari famili Anguillidae (Deelder
1984). Menurut Berg (1949) dalam Deelder (1984), ciri ikan sidat adalah tubuh
memanjang seperti ular, sirip dorsal, sirip caudal dan sirip anal
bergabung menjadi satu, sirip dada ada dan sirip perut tidak ada, tubuh
diliputi sisik halus.
Report this ad
Ikan sidat memiliki linea
lateralis yang terbentuk dengan baik, perut jauh dari kepala, mulut
terminal, rahang tidak memanjang secara khusus, gigi kecil, pektinat dan
setiform dalam beberapa sisi rahang dan vomer, terdapat gigi
halus pada tulang faring, membentuk “ovate patch” pada faring, bagian
atas celah insang lateral vertical berkembang dengan baik dan terpisah
satu sama lainnya. Insang dapat terbuka lebar, terdapat lidah, bibir tebal,
tulang frontal, berpasangan tetapi tidak tumbuh bersama. Palatopterygoid berkembang
baik, premaksila tidak berkembang sebagi suatu elemen yang dapat
dibedakan pada ikan dewasa, lengkun pektoral terdiri dari 7-9 (untuk yang masih
muda mencapai 11) elemen radial, tulang ekor tanpa proses transverse.
3. Anatomi Ikan Sidat
Organ pernafasan
utama ikan sidat adalah insang yang berfungsi sebagai paru-paru seperti pada
hewan darat. Ikan ini memiliki empat pasang insang yang terletak pada rongga
branchial. Setiap lembar insang terdiri atas beberapa filamen insang dan setiap
filamen insang terbentuk dari sejumlah lamella yang di dalamnya terdapat
jaringan pembuluh darah. Kemampuan ikan sidat dalam mengambil oksigen dari
udara secara langsung menyebabkan ikan sidat dapat bertahan cukup lama di udara
terbuka yang memiliki kelembaban yang tinggi.
Keistimewaan lainnya
adalah sidat memiliki kemampuan mengabsorbsi oksigen melalui seluruh permukaan
tubuhnya. Sisik sidat yang kecil membantu dalam proses pernafasan melalui
kulit, berdasarkan hasil penelitian 60% kebutuhan oksigen pada ikan sidat
dipenuhi melalui pernafasan kulit. Sidat dilengkapi dengan tutup insang berupa
celah kecil yang terletak di bagian belakang kepala, ini berfungsi dalam
mempertahankan kelembaban di dalam rongga branchial (Tesch 2003).
Ikan sidat ketika
berada di laut akan meminum banyak sekali air laut, lalu memompa kelebihan
garam dengan insang dan mengekskresikan urin dalam jumlah yang relatif sedikit.
Hal ini dilakukan untuk mengkompensasikan kehilangan air yang terjadi secara
osmosis. Sedangkan ketika berada di air tawar ikan sidat akan sedikit minum dan
banyak mengeluarkan urin yang hipoosmotik dengan cairan tubuhnya untuk
menyeimbangkan perolehan air, begitulah proses osmoregulasi ikan sidat.
4. Kebiasaan Makan
Ikan Sidat
Berdasarkan analisis
isi lambung ikan sidat dewasa didapatkan jenis makanannya adalah kepiting,
udang dan keong. Sedangkan pada elver dan glass eel, jenis makanannya tidak
teridentifikasi. Berdasarkan penelitian Pirzan dan Wardoyo (1979) ikan sidat
pada stadia elver memakan plankton, ikan kecil, udang-udangan dan insekta.
Sedangkan glass eel yang baru masuk ke cabang sungai isi lambungnya kosong.
Menurut Sutardjo dan Mahfudz (1971) ikan sidat yang berukuran 14,5 B 66,3 cm
sebagian besar makanannya berupa udang.
Jenis-jenis makanan
ikan sidat tersebut sesuai dengan keberadaan jenis-jenis organism yang tersedia
di habitatnya. Oleh karena itu pertumbuhan dan kehidupan ikan sidat sangat
tergantung pada kehidupan organism bentik baik insekta, moluska maupun
dekapoda. Di alam ikan sidat memakan bermacam-macam insekta, cacing dan ikan
kecil. Ikan sidat jantan akan matang gonad pada umur 3-4 tahun, sedangkan sidat
betina 4-5 tahun. Setelah ikan dewasa akan kembali ke laut dan mencari spawning
ground lalu mati setelah memijah (spawn).
5. Pertumbuhan dan
Kelangsungan Hidup
Pertumbuhan adalah
pertambahan ukuran baik panjang volume atau berat dalam satu waktu tertentu
(Effendie, 1997). Weatherley (1972) dalam Sriati (1998) mengemukakan
bahwa pada stadia juvenil, ikan sidat mempunyai laju pertumbuhan yang cepat, di
mana panjang berat bersifat linier. Hal ini disebabkan karena pada stadia
juvenil belum terjadi perkembangan gonad, sehingga kelebihan energi yang masuk
seluruhnya digunakan untuk pertumbuhan.
Umumnya di daerah
tropis makanan merupakan faktor yang sangat berpengaruh demi pertumbuhan ikan
sidat. Pada keadaan normal, ikan akan mengkonsumsi makanan relatif lebih banyak
sehingga pertumbuhannya sangat cepat. Selain itu keberhasilan dalam mendapatkan
makanan akan menentukan pertumbuhan ikan tersebut (Affandi dan Riani ; 1994).
Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa khusus untuk daerah tropis,
pertumbuhan terjadi pada bulan April hingga September, dan pada periode
tersebut ikan sidat aktif dalam mencari makan.
Beberapa penyebab
pertumbuhan larva lambat adalah nafsu makan kurang, kualitas pakan tambahan
rendah dan jumlah pakan yang kurang, serta padat penebaran yang terlalu tinggi.
Selain itu faktor yang dapat mempengaruhi rendahnya kelangsungan hidup benih
ikan sidat, adalah persiapan bak atau wadah pemeliharaan benih yang kurang
sempurna, padat penebaran yang terlalu tinggi, adanya serangan penyakit ekor
putih (Sasongko dkk., 2007).
6. Migrasi Atau
Ruaya Ikan Sidat
Ikan sidat ketika
sudah dewasa dan siap untuk kawin biasanya mereka akan mencari jalan ke laut
dalam atau samudera untuk berpijah, perjalanan ikan sidat dari air tawar ke air
laut biasa disebut sebagai ruaya ikan sidat, sedangkan arti ruaya secara luas
adalah merupakan satu mata rantai daur
hidup bagi ikan untuk menentukan habitat dengan
kondisi yang sesuai bagi keberlangsungan.
Studi
mengenai ruaya ikan menurut Cushing(1968)
merupakan hal yang fundamental untuk dunia
perikanan karena dengan mengetahui lingkaran
ruaya ikan akan diketahui daerah dimana stok atau sub
populasi itu hidup. Ruaya ini mempunyai arti penyesuaian,
peyakinan terhadap kondisi yang menguntungkan untuk
eksistensi dan untuk reproduksi spesies seperti ikan sidat.
Pergerakan ruaya ikan ke daerah pemijahan
mengandung tujuan penyesuaian dan peyakinan tempat yang
paling menguntungkan untuk perkembangan telur dan larva. Sejak
telur dibuahi sampai menetas. Terus menjadi
larva meruapakan saat yang kritis karena mereka
tidak dapat menghindarkan diri dari
serangan predator.
7. Cara Reproduksi
Ikan Sidat
Perkembangan gonad
sidat sangat unik dan jenis kelaminnya berkembang sesuai dengan kondisi
lingkungannya. Pada saat anakan kondisi seksualnya berganda sehingga tidak
mempunyai jaringan yang jelas antara jantan dan betinanya. Pada tahap
selanjutnya sebagian gonad akan berkembang menjadi ovari (indung telur) dan
sebagian lagi menjadi testis dengan perbandingan separuh dari populasinya
adalah jantan dan separuh lagi betina. Dalam siklus hidupnya setelah tumbuh dan
berkembang dalam waktu yang panjang di perairan tawar, sidat dewasa yang lebih
dikenal dengan yellow eel berkembang menjadi silver eel (matang gonad) yang
akan bermigrasi ke laut untuk memijah (Rovara dkk., 2007).
Sidat termasuk hewan
yang bersifat katadormus karena pada ukuran anakan sampai dewasa tinggal di
perairan tawar namun ketika akan memijah beruaya ke laut dalam. Pemijahan
diperkirakan berlangsung pada kedalaman 400-500 meter dengan suhu 16-17 oC dan
salinitas 35 permill. Jumlah telur yang dihasilkan (fekunditas) setiap individu
betina berkisar antara 7 juta-13 juta butir dengan diameter sekitar 1 mm
(Matsui, 1982). Telur akan menetas dalam waktu 4-5 hari. Setelah memijah induk
sidat biasanya akan mati.
Benih sidat yang
baru menetas berbentuk lebar seperti daun yang dinamakan leptocephalus yang
memiliki pola migrasi vertikal, yaitu cenderung naik ke permukaan pada malam
hari dan siang hari turun ke perairan yang lebih dalam. Selanjutnya benih akan
berkembang dalam beberapa tahapan menjadi agak silindris dengan warna agak buram
yang dikenal dengan nama glass eel pada tahap glass eel biasanya sudah mulai
terdapat pigmentasi pada bagian ekor dan kepala bagian atas (Tesch, 1977). Umur
glass eel yang tertangkap di muara sungai diperkirakan antara 118-262 hari
dengan umur rata-rata 182,8 hari (Setiawan dalam Rovara, 2007). Panjang tubuh
glass eel antara 5 – 6 cm dengan berat sekitar 0,2 gram.
Keberadaan glass eel
sangat tergantung pada musim. Hal ini lebih dipertegas lagi dari hasil
wawancara dengan pengumpul benih sidat di Pelabuhan Ratu Sukabumi yang
mengatakan bahwa ketersediaan benih sidat sangat tergantung dengan musim dan
umumnya lebih banyak pada musim penghujan (Nopember–April). Jumlah glass eel
yang tertangkap selama kurun waktu tersebut sangat berfluktuasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Tesch (1977) bahwa glass eel akan bermigrasi masuk ke perairan
tawar pada saat salinitas di muara sungai relatif rendah (1-2 ppt). Salinitas
rendah seperti ini akan banyak terkondisikan pada musim hujan. Penangkapan
benih sidat pada umumnya dilakukan pada malam hari ketika bulan mati/gelap
dengan menggunakan sirip (hanco dengan mesh size halus) dengan penerangan lampu
petromax.
https://nurhasanaquacultur.wordpress.com/2017/11/09/klasifikasi-sdan-morfologi-ikan-sidat/
informasinya sangat bagus
BalasHapus