Jumat, 30 Agustus 2019

UDANG MORFOLOGI





Usaha pembenihan udang windu dilakukan untuk menutup kebutuhan benih ditambak yang jumlahnya jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah benih yang tersedia di alam. Berbagai masalah timbul dalam usaha pembenihan, meningkatkan daya pikir dan semangat para pengelola untuk menghadapi segala resiko yang ada.
            Salah satu masalah yang penting adalah serangkaian penyakit, baik dalam proses pembenihan maupun proses pembesaran di tambak. Masalah penyakit ini sebagaian besar terjadi dan mempengaruhi produksi udang pada tingkat pembenihan. Beberapa cara pengobatan dilakukan, tetapi perlu diketahui bahwa tindakan pengobatan pada dasarnya merupakan suatu usaha yang tidak diutamakan untuk diterapkan dalam pembenihan atau pembesaran udang. Tindakan yang paling tepat dalam menangani masalah penyakit adalah tindkan pencegahan.

Taksonomi Udang Windu
                     Menurut Soetomo (1990), klasifikasi udang windu (Penaeus monodon) adalah sebagai berikut   :
         Phylum                                    : Arthropoda
         Kelas                                        : Crustaceae
         Sub Kelas                                 : Malascrotasca
         Ordo                                        : Decapoda
         Sub Ordo                                 : Natantia
         Famili                                      : Penaeidae
         Sub Famili                               : Penaeidae
         Genus                                      : Penaeus
         Species                                    : Penaeus  monodon

Morfologi Udang Windu
                  Udang Penaeid seperti halnya udang lainnya, yaitu hewan air yang beruas dimana tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan. Anggota badan ini umumnya bercabang dua atau biramus (Mujiman, 1989). Secara morfologi tubuh udang windu dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu cephalothorax (kepala dan dada), dan abdomen (perut). Bagian cephalothorax tertutup oleh carapace atau segmentasinya tidak terlihat jelas dari luar. Ruas – ruas pada udang penaeid secara keseluruhan berjumlah 20 buah, termasuk bagian badan dimana terletak mata bertangkai. Pada tiap-tiap ruas terdapat anggota badan yang fungsinya bermacam – macam.
                     Pada ruas kepala pertama terdapat mata majemuk yang bertangkai. Antena  (Antenules) mempunyai dua buah flagella pendek yang berguna sebagai alat peraba dan  pelindung.   Antena  II  (Antenae)   mempunyai  dua  cabang  pula  yaitu   cabang
pertama (Eksopodite) disebut prosartema berbentuk pipih dan tidak beruas, sedang cabang kedua berupa cambuk panjang yang berfungsi sebagai alat perasa dan peraba.
3

                     Anggota badan yang terletak pada tiga ruas terakhir berfungsi sebagai alat bantu mulut. Alat ini berupa mandibula yang bertugas menghancurkan makanan yang keras dan dua pasang mandibula berfungsi membawa makanan ke mandibula.
                     Dada terdiri dari delapan ruas, masing – masing ruas mempunyai sepasang anggota badan yang disebut thoracopoda. Thoracopoda pertama sampai ketiga memegang makanan. Thoracopoda keempat sampai keenam berfungsi sebagai kaki jalan yang disebut periopoda. Ciri khas udang penaeide adalah periopoda satu sampai tiga memiliki capit kecil.
                     Bagian perut (abdomen) mempunyai enam ruas. Ruas pertama sampai kelima memiliki anggota badan yang disebut pleopoda. Pleopoda berfungsi sebagai alat untuk berenang, oleh karena itu  bentuknya pendek, kedua ujungnya pipih dan berbulu (setae). Ruas keenam pleopoda berubah bentuk menjadi pipih dan melebar yang disebut uropoda yang bersama telson berfungsi sebagai kemudi.

Sifat dan Kelakuan
         a. Sifat Noktunal
                     Sifat Noktunal adalah sifat binatang yang aktif mencari makan pada waktu malam. Pada waktu siang mereka lebih suka beristirahat. Apabila didalam suatu tambak udang aktif bergerak pada waktu siang, ini bertanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Mungkin karena makanannya kurang, kadar garam meningkat, suhu naik, ogsigen kurang ataupun karena timbul senyawa-senyawa beracun seperti asam sulfide (H2S), zat asam arang (CO2), amoniak (N2H3).
        
         b. Sifat Kanibalisme
                     Sifat kanibalisme yaitu suatu sifat suka memangsa sejenisnya sendiri. Sifat ini sering timbul pada udang yang sehat. Dalam keadaan yang kekurangan makanan , sifat kanibalisme akan tampak lebih nyata. Sifat demikian ini sudah nampak pada waktu udang masih burayak, yaitu mulai tingkat mysis.   
        
         c. Ganti Kulit
                     Udang mempunyai kerangka luar yang keras. Oleh karena itu untuk tumbuh menjadi besar mereka perlu membuang lulit lama, dan mengantinya dengan kulit yang baru. Udang muda lebih sering berganti kulit dari pada udang dewasa                 
            Pengetahuan mengenai sumber penyakit yang sering menyerang udang windu, selain sangat membantu dalam upaya pengobatan juga bermanfaat dalam menentukan tindakan yang harus dilakukan petani untuk mencegah serangan suatu penyakit yang mungkin akan dialami oleh udang atau ikan yang dibudidayakan.
         Sumber penyakit yang sering menyerang udang ditambak dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian:

HAMA UDANG DI TAMBAK
Hama adalah hewan yang berukuran lebih besar dan mampu menimbulkan ganguan pada udang. Hama dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Golongan Hama Predator (Pemangsa)
            Golongan hama pemagsa (Predator) merupakan golongan yang sangat merugikan karena memagsa udang secara langsung, yang termasuk golongan ini adalah :
§  Golongan Ikan Buas
            Golongan ikan buas yaitu : kakap (Lates Colcalifer), payus atau bandeng lelaki (Elops hawaiensis), kuro (Polynemus Sp), kerong-kerong (therapon Spp), mayung atau keting (Arius maculates), belut (Synbranchus bengalensis).
. Ketam-ketaman  
Golongan predator  ketam – ketaman yakni kepiting, (Scyla serata ), ketam bulum (sesarma SP)
·   . Ular.
Ular yang antara lain adalah: ular kadut (cereberns rhynchops).
·   . Bangsa burung.
Bangsa burung antar lain adalah: Burung blekok (Ardeola rallloides  speciosa ), cagak (Ardea cinerea rectirostris), Pecuk gagakan (Phalocrocoray corbo simensis), Pucuk ulo (Anhinga rufa melanogaster).
             
b. Golongan Hama Penyaing (Kompetitor)
      Golongan hama penyaing merupakan hama yang dapat menyaingi udang dalam hidupnya, baik  mengenai makanan maupun tersedianya oksigen di dalam tambak. Yang termasuk golongan ini adalah : Ikan liar yaitu  Mujair (Tilapia mossambica), Belanak (Bugil Spp), Pernet (Aplocheilus javanicus), Rekret (Ambassis gynocephalus), dan Siput yaitu Trisipan (Cerithidea alata), Cerithidea djariensis dan Cerithidea autodorata, Larva nyamuk Cyronomas longilobus, jenis udang yaitu udang kecil kecil Cardina dentaculata, jenis ketam yaitu seasorina SP.

c. Golongan Hama Pengganggu
               Hama jenis ini merupakan hama yang suka merusak lingkungan tambak yaitu merusak pematang tanah dasar dan pintu air, yang termasuk golongan ini adalah:
¯  Bangsa udang yang suka membuat lubang – lubang di pematang  sehingga dapat mengakibatkan bocoran.
¯  Udang tanah (Thallasina anomala), udang kecil - kecil (Cardina  dentaculata), ini juga suka membuat lubang – lubang di pematang.
¯  Hewan – hewan pengerek kayu pintu air seperti remis pengerek (Teredo navalis) dll.
¯  Tritip (Belanus SP), dan tiram (Crossostrea Sp) yang suka menempel pada bangunan – bangunan pintu air.
Cara penanggulangannya dan upaya pemberantasan hama tambak dikenal dengan dua cara yaitu:
A.      Cara Mekanis
B.      Cara Kimiawi.

a.1.  Pemberantasan Secara Mekanis
      Pemberantasan cara mekanis yaitu cara pemberantasan yang dilakukan pada saat pengeringan rehabilitasi tambak, dengan cara mencari, menangakap, dan mematikannya, namun untuk tambak yang sukar dikeringakan maka alterantif lain adalah dengan cara kimiawi.

b.2. Pemberantasan Secara Kimiawi
      Pemberantasan secara kimiawi yaitu suatu cara pemberantasan yang umum dilakukan yaitu dengan bantuan racun nabati dan pestisida yang dianjurkan.
    Penggunaan racun nabati untuk pemberantasan hama tambak biasanya berupa perasan (ekstrak), sebagai contoh adalah rotenon (C23H22 O6) dan saponim, yang  merupakan pestisida  yang bersifat                    selektif yang pada dosis tertentu bahan tersebut mematikan ikan tetapi tidak mematikan udang yang dibudidyakan.
      Rotenone yang terdapat di dalam akar tuba (Dierrisellipica) di anggap yang paling efektif untuk memeberantas benih ikan buas. dan ikan buas yang memangsa udang daya racunnya lebih sempurna apabila salinitas (kadar garam) air tambak  rendah, sehingga diperlukan dosis yang lebih rendah.
Cara penggunaan untuk diolah sendiri adalah :
v   Akar tuba yang kering yang telah di timbang sesuai dengan kebutuhan dipotong kecil-kecil, direndam dalam air selama sehari semalam.
v   Kemudian ditumbuk apabila sudah hancur kemudian direndam dalam air dan diperas sampai air perasan menjadi putih.
v   Kemudian saring ampasnya, dan diambil air yang berwarna putih seperti susu dan berbau tajam (ekstrak) yang kemudian  langsung dapatlangsung digunakan.

Cara Pemberantasannya
Ø   Setelah selesai tahap reklamasi, maka tambak diisi dengan air dengan ketinggian 30-40 cm.
Ø   Dipercikan secara merata ke seluruh air dengan dosis 10 kg/Ha.
Ø   Aplikasi yang tepat adalah pada waktu pagi hari
Ø   Pengaruh akar tuba akan hilang setelah 2-5 hari.
Ø   Setelah satu minggu sudah siap untuk ditaburi benur
         Saponim yang terdapat dalam bungkil biji teh (Camellia cinensis) sangat efektif untuk memberantas ikan buas siput dan ketam, ampas yang terdapat di dalam biji teh setelah diekstrsaksi mengandung 10-13%.
 Cara penggunaan untuk pengolahan sendiri    adalah:
·         Biji teh dikeringkan kemudian ditumbuk sampai halus ,
·         Kemudianj direndam dalam air dan diperas-peras agar saponimnya melarut (ekstrak).
·         Larutan saponim sudah bisa digunakan untuk pemberantasan hama tambak.
10

 Saponim yang terdapat dalam bentuk bungkil biji teh dosis pemakaiannya adalah 15-18 kg per hektar., dengan kedalaman air 10-15 cm. sedangkan dalam bentuk tepung biji teh dosis pemakainnya adalah 150 kg – 180 kg perhektar dengan kedalaman air rata - rata 30 cm.  Pemakaian pestisida yang sudah bi  asa digunakan pada tambak udang adalah CHEMFISH 5 EC dan Brestan 60 WP.    Pestisida CHEMIFISH 5 EC (emulsi fiableconcentrate) merupakan pestisida dengan bahan aktif rotenonen (C23H22O6) = 5 % yang berasal dari akar tuba (Derris elliptica). Efektif unutk membasmi ikan buas dan ikan liar.
Cara penggunaannya adalah:
§  Tambak diisi dengan air dengan ketinggian kurang lebih 10 cm.
§  Kemudian CHEMIFISH 5 EC yang sudah diencerkan dengan air dengan perbandingan 1:10 liter air, disemprotkan dengan sprayer secara merata di atas permukaan air.
§  Dosis yang dianjurkan adalah 3 liter CHEMIFISH 5 EC perhektar.
          Pestisida BRESTAN 60 WP (wettable powder) adalah jenis pestisida organotion yang dalam lingkungan perairan akan terhidrolisis manjadi fentin hidroksida. Yang sangat efektif untuk membasmi hewan moluska, trispan dan siput.Dosis yang diperkenankan sebelum penebaran benur adalah 0,5 - 2,5 ppm dan sangat beracun pada salinitas yang tinggi (28-40 promil) dan suhu tinggi. Konsentrasi lethal (LC 50) BRESTAN 60 WP adalah 0,96 ppm sedangkan untuk konsentarasi yang lebih aman adalah 0,36 ppm.

1 komentar: