1.1 Latar Belakang
Ikan kerapu merupakan salah satu ikan laut ekonomis penting yang
sekarang ini banyak dibudidayakan dan merupakan komoditas ekspor. Sebagai
contoh kerapu tikus atau kerapu bebek pada saat berukuran 5-10 cm merupakan
ikan hias yang mahal dengan harga Rp 6.000-10.000/ekor . Sedangkan ikan yang
berukurtan konsumsi dalam keadaan masih hidup di jual dengan harga Rp
300.000-350.000/kg. Permintaan ikan kerapu dipasaran untuk ukuran 5-10 cm
sebanyak 30.000-60.000 ekor/bulan dan untuk ikan kerapu ukuran konsumsi
sebanyak 20-30 ton/bulan
Perkembangan kehidupan kerapu tikus sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan tempat hidupnya. Faktor lingkungan tersebut antara lain : suhu,
cahaya, salinitas, arus. Fluktuasi kedaan lingkungan mempunyai pengaruh yang
besar terhadap periode, migrasi musiman serta terdapatnya ikan. Keadaan
perairan serta perubahannya juga mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan ikan
(Baskoro, et al. 2010).
Komarova (1939) dalam Baskoro. et al (2010)
menerangkan bahwa suhu yang terlalu tinggi, tidak normal dan tidak stabil
ternyata akan mengurangi kecepatan makan ikan. Ada kalanya ikan yang berukuran
besar akan mencari daerah makanan yang bersuhu lebih rendah daripada ikan-ikan
yang berukuran lebih kecil dari jenisnya, hal tersebut mungkin disesuaikan
dengan kebutuhan fisiologisnya.
- BIOLOGI IKAN KERAPU
- Taksonomi
Ikan kerapu memiliki 15 genera yang terdiri atas 159 spesis. Satu
diantaranya adalah Cromileoptes altivelis yang selain sebagai ikan
konsumsi juga juvenilnya juga sebagai ikan hias. Ikan kerapu termasuk famili
Serranidae, Subfamili Epinephelinea, yang umumnya di kenal dengan nama
groupers, rockcods, hinds, dan seabasses. Ikan kerapu ditemukan diperairan
pantai Indo-Pasifik sebanyak 110 spesies dan diperairan Filipina dan Indonesia
sebanyak 46 spesies yang tercakup ke dalam 7 genera Aethaloperca,
Anyperodon, Cephalopholis, Cromileptes, Epinephelus, Plectropomus, dan Variola
(Marsambuana dan Utojo, 2001).
Ikan Kerapu diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas
: Pisces
Sub kelas
: Teleostei
Ordo :
Percomorphi
Devisi
: Perciformis
Famili
: Serranidea
Sub famili
: Epinephelinea
Genus
: Epinephelus
Spesies
: Epinephelus sp.
2.2 Ciri-Ciri Morfologi
Ikan Kerapu
Ciri-ciri morfologi ikan kerapu adalah sebagai berikut
Bentuk tubuh pipih, yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang
dan tinggi tubuh. Rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang
lancip dan kuat. Mulut lebar, serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit
menonjol melebihi bibir atas. Sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung
tunggal dan memanjang dimana bagian yang berjari-jari keras kurang lebih sama
dengan yang berjari-jari lunak. Posisi sirip perut berada dibawah sirip
dada. Badan ditutupi sirip kecil yang bersisik stenoid.
Pada ikan kerapu genus Aethaloperca merupakan monotipik,
tediri atas satu spesies, warna coklat gelap, tubuh melebar, sirip dada tidak
simetris, sirip punggung terdiri atas 9 jari-jari keras, sirip ekor tegak. ikan
kerapu genus Anyperodon merupakan monotipik, warna abu-abu sampai
abu-abu kecoklatan, bintik coklat pada kepala, tidak ada gigi pada
langit-langit, kepala dan tubuh panjang, tebal badan 11-15 % dari panjang
standard, dan 3-4 kali dari panjang kepala serta sirip bundar.
Ikan kerapu genus Cephalopholis terdiri atas: warna gelap,
yaitu cokelat kemerahan sampai cokelat tua dan warna terang, yaitu merah
kecokelatan sampai merah atau kuning atau jingga, panjang standard 2,2 – 3,1
kali dari panjng kepala, rahang pada ikan dewasa dilengkapi dengan bonggol,
sirip ekor berbentuk bundar. Ikan kerapu genus Epinephelus tubuh
ditutupi oleh bintik-bintik berwarna cokelat atau kuning, merah atau putih,
tinggi badan pada sirip punggung pertama biasanya lebih tinggi dari pada sirip
dubur, sirip ekor berbentuk bundar.
Ikan kerapu genus Plectropomus warna gelap bergaris
(menyerupai pita) dan yang tidak bergaris, warna tubuh agak putihan, sirip
berwarna kuning, tulang sirip dubur lemah, panjang standard 2,8 – 3,1 kali dari
panjang kepala, sirip ekor umumnya tegak. dan yang terakhir ikan kerapu dari
genus Variola warna tubuh ditutupi oleh bintik merah, sirip ekor
berwarna putih tipis pada bagian pinggir, panjang standard 2,5 – 2,8 kali dari
panjang kepala, sirip ekor berbentuk sabit.
- Siklus Hidup, Reproduksi dan Kematangan Gonad
Ikan kerapu merupakan jenis ikan bertipe hermaprodit protogini,
dimana proses diferensiasi gonadnya berjalan dari fase betima ke fase jantan
atau ikan kerapu ini memulai siklus hidupnya sebagai ikan betina kemudian
berubah menjadi ikan jantan. Fenomena perubahan jenis kelamin pada ikan kerapu
sangat erat hubungannya dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin dan
ukuran, ikan kerapu jenis Epinephelus diacantus kecendrungan perubahan
kelamin terjadi selama tidak bereproduksi yaitu antara umur 2-6 tahun, tetapi
perubahan terbaik terjadi antara 2-3 tahun, ikan kerapu merah Epinephelus
akaara untuk jenis ikan betina ukuran berat 500 gram, panjang 26 cm dan
jenis kerapu jantan ukuran berat 1000 gram dan ukuran panjang 34 cm. Sedangkan
untuk ikan kerapu Lumpur Epinephelus tauvina jenis kelamin betina berat
3-4 kg panjang 45 cm dan jenis kerapu jantan ukuran panjang 65 cm.
Mayunar et al., (1995), Menyatakan bahwa pada ikan kerapu
lumpur (Epinephelus tauvina) panjang minimum betina yang matang adalah
45-50 cm (sebagian besar 50-70 cm) dan transisi gonadnya terjadi pada panjang
total (TL) 66-72 cm dan testis mulai matang pada TL 74 cm atau bobot berat
tubuh 10-11 kg.
- Fekunditas dan Musim Pemijahan
Fekunditas ikan kerapu spesies Epinephelus akaara yang
berukuran panjang standard 23-24 cm dapat mengandung telur sebanyak 75.000- 530
000 butir. Epinephelus morio ukuran panjang 45-65 cm mengandung telur
sebanyak 1.500.000 butir, Epinephelus guttatus ukuran panjang 35 cm
mengandung telur sebanyak 233.237 butir, dan Epinephelus diacanthus
berukuran panjang 12.6-18.8 cm mengandung telur sebanyak 64.00-233.000 butir.
Pada induk kerapu macan yang diimplantasi pelet hormon LHRHa dosis
150ug (1 ekor)dan dosis 240ug (2 ekor) serta 1 ekor dari kontrol. Jumlah telur
yang dihasilkan dari induk kontrol adalah 7.500.000 butir dengan frekwensi
pemijahan 3 kali. Sedangkan derajat pembuahan (FR) 93.7 – 96.5 %. Dan derajat
penetasan (HR) 70.5 – 78.5 %. Selanjutnya dari induk yang diimplantasi
dihasilkan telur sebanyak 14.650.000 butir atau 4.883.000 butir/ekor dengan
frekwensi pemijahan 4 kali derajat pembuahan 95.6-98.5 % derajat penetasan
21,7-89.5 % (Mayunar et al., 1995).
Diperairan tropis musim pemijahan dapat terjadi pada setiap tahun
atau sepanjang tahun, akan tetapi ada puncak musim pemijahan. Dimana musim
benih kerapu di alam ditentukan oleh angin musim ( musim barat dan musim
timur), kedua musim ini mempengaruhi kondisi arus, salinitas, suhu, dan nutrien
yang terkandung. Musim pemijahan umumnya pada ikan kerapu terjadi atau
berlangsung dari bulan april sampai juni dan antara bulan januari sampai
september.
Pendugaan puncak musim pemijahan dapat dilakukan dengan cara
membuka dan meneliti perkembangan gonad sampel induk betina secara periodik
selama 1 tahun. Dugaan pemijahan dapat diperoleh sebagai dasar untuk menentukan
pendugaan musim benih alam. Untuk benih ikan kerapu lumpur yang diperoleh dari
alam dengan ukuran 2-5 cm dengan umur 2-3 bulan, menyukai perairan pantai
ditandai dengan banyaknya jumlah populasi jenis crustacea diperairan.
Beberapa data mengenai musim pemijahan ikan kerapu di negara-negara
Asia sebagai berikut :
- Epinephelus tauvina musim pemijahan bulan agustus di Singapura
- Epinephelus diacanthus musim pemijahan april sampai mei di Taiwan
- Epinephelus akaara musim pemijahan juni sampai september di Japan
- Epinephelus malabaricus musim pemijahan september-november di Thailand
- Epinephelus microdon musim pemijahan mei sampai september di Japan
- Epinephelus salmoides musim pemijahan april sampai juni di Japan.
REFERENSI
Baskoro, Mulyono S.,
Taurusman, Am Azbas dan Sudirman. 2010. Tingkah Laku Ikan Hubungannya dengan
Ilmu dan Teknologi Perikanan Tangkap. Lubuk Agung. Bandung. 258 Hlm.
Mayunar, P.T. Imanto, S. Diani dan T. Yokokawa, 1991. Pemijahan
Ikan Kerapu Macan, Epinephelus fuscoguttatus. Bull. Pen. Perikanan
Spec. Edi. No. 2:15-22.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar