Kamis, 22 Agustus 2019

CARA MEMULAI BISNSI PART 2







  1. H.   Kendala yang Perlu Diatasi dalam Perencanaan yang Efektif
Perhatian utama dari perencanaan yang efektif adalah mengapa rencana gagal. Secara sederhana apa saja dari perilaku atau kendala yang memberikan sumbangan bagi kegagalan perencanaan, apa yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko gagal. Apabila kegagalan itu pasti jika tidak bekerja keras, bekerja keras tidaklah cukup. Bekerja lebih cerdik merupakan tuntutan. Bekerja lebih menumbuhkan kewaspadaan dan respon terhadap enam alasan utama mengapa rencana gagal.
  1. Tidak da gol yang nyata. Jika da rencana tidak akan gagal. Banyak orang kurang memahami mengenai apa yang dimaksud dengan gol. Mereka terbuai dengan misi seperti “peningkatan kerja”, “pertumbuhan”, atau “peningkatan usaha” yang lebih merupakan fantasi ketimbang gol. Gol harusalah nyata jika tidaklah spesifik, terukur, masa waktu, realistis, rencana akan gagal.
  2. Gagal mengantisipasi kendala. Tidak seorangpun dapat berfikir mengenai kemungkinan kontingensi, namun optimisme berlebihan dan komitmen berlebihan akan menghambat kepekaan untuk mengatasi rintangan atau perangkap. Setiap rencana tidak terkecuali setiliti apapun memilki keterbatasan dan konflik terselubung atas prioritas dan sumber daya. Tidak jarang terjadi, hal itu terlambat diperhatikan. Wirausahawan yang berhati-hati mengidentifikasi hambatan potensial dengan cara mengatasi masalah akan lebih siap mengahadapi gangguan terhadap rencana mereka. Penentuan gol yang efektif mengetahui bahwa hal ini bukan merupakan mengidentifikasi hal yang tidak mungkin agar maklum bila ada kegagalan. Yang mereka lakukan adalah memilih beberapa hambatan kecil yang dapat menjadi besar, kemudian menentukan langkah-langkah pencegahan. Sebuah rencana harus cukup fleksibel dan mampu mengetahui adanya hambatan dan memberikan solusi antisipasi tehadap hambatan yang belum diketahui ataupun diduga.
  3. Terlambat meninjau ulang dan melihat tonggak kemajuan (milestone), rencana yang gagal biasanya tidak memilki tonggak kemajuan yang nyata atau tanggal peninjauan ulang, atau memperkenankan pergeseran. Alasan yang dipakai ialah “saya dapat menunggu” atau “saya tahu apa yang saya lakukan”. Peninjauan ulang secara berkala atas kemajuan yang terjadi terhadap gol yang ditentukan merupakan bendera merah agar waspada dilakukan pengkajian ulang. Tonggak kemajuan yang tercapai akan memberikan motivasi untuk sukses lebih lanjut. Namun demikian detail dan analisa yang berlebihan dalam peninjauan ulang akan menganggu tujuan implementasi dan pencapaian gol. Keseluruhan proses harus sederhana dan tanpa kecenderungan birokrasi yang berlebihan. Peninjauan ulang yang efektif hanya menguji kecepatan, arah, dan realisasi rencana pada setiap titik dari suatu usaha.
  4. Komimen yang kurang. Komitmen pribadi merupakan hal yang kritis terhadap keberhasilan rencana. Komitmen memberikan motivasi diri untuk penyelesaian suatu rencana. Bagi seseorang wirausahawan, sering mendapat komitmen yang sekedar dibibir dari subordinat atau mitra untuk suatu perencanaan. Komitmen merupakan sesuatu hal yang sulit diperoleh, memrlukan berbagai upaya melibatkan tim dalam proses pengembangan gol. Melibatkan subordinat, mitra akan membangkitkan keterkarikan, masukan, dan lebih penting lagi kepemilikan dari suatu rencana diskusi yang melibatkan negosiasi, kompromi, dan saling menukar data akan membantu dalam mencapai gol yang secara bersama-sam ditetapkan. Apabila suatu rencan gagal, akan dengan mudah untuk mengatakan “saya bilang apa, ini bukan rencana saya, ini dari bos”. Ini merupakan indicator tidak adanya komitmen. Disisi lain, komitmen berlebihan pun akan memberikan masalah yaitu mengabaikan realita karena adanya hambatan dalam umpan balik, distorsi realitas, dan presepsi yang membingungkan antara kawan atau lawan.
  5. Gagal meninjau ulang gol. Berbagi hambatan dari 1 s/d 4 diatas akan mendorong terjadinya kegagalan dalam meninjau ulang gol. Kegagalan seolah di programkan ke rencana yang tidak memilki respon terhadap perubahan lingkungan, internal, dan eksternal.
  6. Gagal untuk belajar dari pengalaman. Sering dijumpai wirausahawan yang telah mealkukan “hal yang benar” tersebut diatas, namun tampaknya mereka tidak belajar atas apa yang mereka lakukan. Mereka akan mengabaikan umpan balik yang mereka terima sama dengan “kita terlambat jadwal, tapi anggaran kita berlebihan”, atau menolak umpan balik yang terjadi “coba periksa lagi data anda”. Kegagalan untuk belajar dari pengalaman lampau atau sekarang merupakan keengganan untuk merubah cara kerja mereka. Mereka berkilah, “sebelumnya bisa, ini pasti bisa”, maka fleksibilitas sangat diperlukan disini.
  1. I.    Boleh atau Perlu dan Jangan/Tidak Perlu.
Untuk memberikan usaha ada beberapa hal yang perlu atau tidak perlu dalam menyiapkan rencana usaha sebgai berikut :
  • Perlu dijaga agar rencana usaha sesingkat mungkin mengenai deskripsi usaha dan potensinya. Bahas isu utama yang akan menarik penyandang dana, sedangkan data detil diberikan setelah bertemu.
  • Wawancara dengan penyandang dana.
  • Tidak perlu melakukan diversifikasi, fokuskan perhatian pada satu atau dua produk dan pasar.
  • Jangan menyembunyikan identitas anggota tim anda sebagai contoh pak Badu yang sekarang bekerja di perusahaan lain, yang akan bergabung nanti. Yang diperlukan penyandang dana adalah siapa pak Badu dan komitmennya terhadap usaha.
  • Jangan mendiskripsikan produk teknik atau proses manufaktur yang hanya para ahli yang dapat mengerti.
  • Jangan memperkirakan penjualan berdasarkan apa yang akan anda bias, tetapi perkirakan secara hati-hati potensi penjualan, kemudian tentukan fasilitas produksi yang diperlukan.
  • Jangan membuat pertanyaan yang ambisius, tidak berdasar sebagai contoh jangan katakana bahwa pasar tumbuh dengan cepat. Tentukan dan gambarkan data lalu, sekarang, dan proyeksi pertumbuhan ke depan dan ukuran pasar.
  • Perlu terbuka dan mendiskusikan masalah sekarang dan potensinya. Bila tidak kredibilitas anda jatuh apabila dibelakang hari penyandang dana mengetahui.
  • Perlu melibatkan semua anggota tim manajemen untuk melakukan persiapan usaha seperti aspek legal, akuntansi, atau keuangan.


 J.    Tahapan Penyusunan Rencana Usaha
  1. K.   Detail Aspek-aspek Perencanaan Usaha
    1. Industri (prospek industri, berbagai produk dan perkembangannya, pasar baru dan penggunanya, kebutuhan baru, perusahaan baru, kecenderungan dan faktor ekonomi/kondisi nasional yang mempengaruhi usaha secara positif atau negatif dan sumber informasi yang dipergunakan untuk menggambarkan kecenderungan industri)
    2. Perusahaan (deskripsi bidang usaha, produk/jasa yang ditawarkan, pengguna utama, latar belakang dan tanggal perusahaan berdiri, deskripsi identifikasi dan pengembangan produk dan keterlibatan perusahaan dalam prosesnya)
    3. Produk (barang/jasa) (deskripsi detail produk/jasa yang akan dijual, posisi kepemilikan seperti paten, rahasia dagang atau aspek kepemilikan lain, deskripsi potensi/kelebihan produk/jasa yang membuat unggul dalam persaingan)
    4. Riset pasar dan analisis (perlu data yang meyakinkan bahwa produk memiliki pasar yang substansial dalam industri yang tumbuh dan dapat memenuhi target penjualan)
  1. Deskripsi aspek-aspek usaha (apa yang anda kerjakan atau akan dikerjakan, produk yang ditawarkan, keadaan industri sekarang, peluang yang tersedia untuk memasarkan produk)
  1. Aspek pemasaran, terdiri dari:
1)    Pelanggan (pelanggan potensial dalam segmen pasar yang utama, siapa dan dimana pembeli utama dari produk dalam setiap segmen pasar?)
2)    Ukuran pasar dan kecenderungannya (cari data dari distributor, dealer, salesman, pelanggan)
3)    Persaingan (cari data untuk menentukan tingkat persaingan yang terjadi. Bandingkan produk yang bersaing dalam basis harga, kinerja, pelayanan, jaminan dan kelebihan lainnya. Tunjukkan kelebihan dan kekurangan produk pesaing dan jelaskan mengapa masih belum memuaskan pelanggan
4)    Perkiraan pangsa pasar dan penjualan (identifikasi pelanggan utama yang bersedia membeli, perkiraan penjualan dalam rupiah dan unit 3 tahun mendatang)
5)    Evaluasi pasar (jelaskan cara mengevaluasi secara berkesinambungan : terget pasar dalam rangka mengkaji kebutuhan pelanggan dan tuntutan dalam program, peningkatan produk dan program produk baru, rencana ekspansi dari fasilitas produksi, serta tuntunan dalam penentuan harga
  1. Rencana Pemasaran (memberikan gambaran detail dari strategi pemasaran, kebijakan penjualan dan pelayanan, penentuan harga, distribusi dan strategi iklan untuk mencapai pangsa pasar yang diproyeksikan)
1)    Strategi pemasaran secara keseluruhan (kelompok pelanggan yang menjadi target awal, cara mengenali dan menghubungi pelanggan potensial, apa yang akan ditekankan dari kelebihan produk (kualitas, harga, pengiriman, jaminan) dalam penjualan?
2)    Penentuan harga (buat sejumlah strategi harga sebelum memutuskan. Bahaslah harga yang ditetapkan dan bandingkan dengan pesaing utama
3)    Taktik penjualan (deskripsikan metoda yang akan digunakan untuk melakukan penjualan dan mendistribusikan produk, rencana awal dan rencana jangka panjang untuk tenaga penjualan. Bahaslah margin  untuk agen ritel, grosir, tenaga penjualan dan bandingkan dengan pesaing. Jika menggunakan distributor, deskripsikan cara memilih, kapan mereka akan mulai menjual dan area yang dilayani)
4)    Kebijakan jasa pelayanan dan jaminan
5)    Iklan dan promosi







1 komentar: