Jumat, 02 Agustus 2019

BUDIDAYA TAMBAK





Budidaya tambak hingga sekarang terhitung sebagai suatu usaha yang dapat memberikan keuntungan yang luar biasa. Kecenderungan kearah ini memang beralasan karena terbukti pada lahan-lahan yang baru dibuka ternyata dapat menghasilkan produksi, baik pada tingkat penguasaan teknologi petani yang masih rendah hingga sedang, seperti halnya dikabupaten luwu utara, produksi yang dicapai pada tahun 1998 sebesar 1.641 ton, sekalipun produksi tersebut masih rrendah jika dibandingkan dengan potensi tambak sebesar 11.090 ha (anonym, 2000). Kondisi yang terlihat diawal masa usaha tersebut pada umumnya diikuti dengan ekspansi lahan atau peningkatan jumlah input yang selalu berakhir dengan penurunan produktivitas yang berulang-ulang dengan pemecahan masalah jangka pendek.
Pada awal tahun 90an kematian udang dipetak pembesaran terjadi tanpa penyebab yang jelas dan nanti pada pertengahan tahun 90an penyebab utama kematian disepakati sebagai akibat infeksi virus. Secara alami diketahui bahwa laju infeksi penyakit virus ini disebabkan oleh diabaikannya faktor-faktor utama sanitasi lingkungan dan sebagai akibat kemunduran kualitas lingkungan internal dan eksternal.
Tata letak tambak, jenis tanah setempat, kesalahan desain, dan teknologi pengelolaannya adalah faktor-faktor yang berperan terhadap penurunannya produktivitas tambak seperti ukuran udang yang cenderung sulit berkembang serta respon tambak yang negative terhadap pertumbuhan fitoplankton. Dilain pihak terdapat kesalah pahaman dalam memandang organisme lain selain udang windu seperti ikan dan tumbuhan setempat yang selalu disarankan untuk dieliminasi. Pada kenyatannya masing-masing komponen biota tersebut akhirnya digunakan kembali setelah terbukti berperan dalam memutus rantai penyakit, pemasokan prabiotika serta zat-zat bioaktif serta mineralisasi dampak toksik dari berbagai polutan buatan manusia.
Report this ad
Dalam waktu dekat hampir semua komoditas perdagangan dunia dan lokal seperti udang akan dikenakan persyaratan ramah lingkungan. Persyaratan ini ternyata tetap harus dilaksanakan walaupun tanpa permintaan dunia internasional karena telah terbukti berpengaruh positif pada hasil budidaya udang/ikan diberbagai tempat di Indonesia.
Persyaratan Lokasi
Berdasarkan kebiasaan hidup, tingkah laku dan sifat udang atau ikan itu sendiri maka dalam memilih lokasi tambak baik dalam rangka membuat tambak baru maupun dalam perbaikan tambak yang sudah ada sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
  1. Memiliki sumber air yang cukup, baik air laut maupun air tawar dan tersedia sepanjang tahun atau setidaknya 10 bulan dalam setahun tetapi bukan daerah banjir
  2. Memiliki saluran saluran air yang lancar baik untuk pengisian waktu pasang maupun membuang air waktu surut dan sumber air serta lingkungan bebas dari pencemaran.
  3. Kadar garam air berkisar 10-25 ppm dan derajat keasaman (pH) berkisar 7-8.5
  4. Tanah dasar tambak terdiri dari lumpur berpasir dengan ketentuan kandungan pasirnya tidak lebih dari 20%.
Desain Tambak
Desain suatu petakan tambak merupakan salah satu kunci utama keberhasilan budidaya. Hasil penelitian membuktikan bahwa kandungan berbagai polutan (mangrove). Kecenderungan positif seperti ini akan terus dikembangkan hingga diperoleh sebuah standar desain dan teknologi budidaya yang baru dan lebih ramah lingkungan.
Pada model ini dalam satu unit tambak terdapat lima petakan yaitu :  petak bio filter, petak steril air,  petak pengendali hama penyakit dan petak pembesaran, dengan perbandingan luas masing- masing petakan yaitu 5:5:5:10:75. jadi jika luas tambak satu hektar, maka luas petakan masing- masing 5are, 5are. 5 are, 10 are dan 75 are. Ukuran ini tergantung dari kondisi keadaan setempat. Pembuatan petakan-petakan ini dimaksudkan, selain unutk memudahkan pengelolaan juga diharapkan agar kualitas air dan lingkungan tetap terjaga, sehingga produksi tambak meningkat dan berkualitas. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam setiap petakan yaitu :
  1. Petak biofilter
  • Organisme : kerang bakau, tiram dan vegetasi bakau
  • Kerang bakau ukuran cangkang 4-5 cm dan kepadatan 6-8 ekor/m²
  • Tiram ukuran cangkang 5-7 cm dengan kepadatan 0.75 kg/m² (28 ekor/ m²), ditempatkan dalam rak bambu pada kedalaman 10 cm.
  1. Petak steril air
  • Penggunaan kaporit dengan dosis 2-5 ppm (5 ppm unutk air keruh dan 3 ppm unutk air jernih) dengan proses netralisasi ± 3 jam.
  • Penggunaan kaporit, pada kedalaman air satu meter 30-50 kg/ha, dan jika kedalaman air 60 cm sebesar 18-25 kg/ha.
  1. Petak pengendali hama penyakit
  • Menggunakan ikan- ikan, misalnya ikan bandeng, ikan kakap putih, dll
  • Luas petak ini yaitu 5-10% dari luas petakan seluruhnya.
Teknik Pemeliharaan
Tahap kegiatan persiapan tambak bervariasi sesuai dengan tingkat teknologi budidaya yang diterapkan maupun kondisi lahan yang digunakan. Secara umum tahapan-tahapan kegiatan budidaya tambak adalah :
  1. Persiapan Tambak
  • Pengeringan Dasar Tambak
Semua tingkat teknologi budidaya tambak menghendaki pengeringan tanah dasar yang sempurna, yang dapat dilakukan pada periode musim kemarau. Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi senyawa-senyawa asam sulfide dan senyawa beracun yang terjadi selama tambak terendam air, memungkinkan terjadinya pertukaran udara dalam tambak sehingga proses mineralisasi bahan organic yang diperlukan untuk pertumbuhan kelekap dapat berlangsung, serta unutk membasmi hama penyakit dan benih- benih ikan liar yang bersifat predator ataupun kompetitor.
Agar lebih mempermudah pelaksanaan pengeringan tambak dapat dilakukan pada saat air laut surut. Pengeringan tambak berlangsung selama 1-2 minggu, sampai keadaan tanah retak- retak, namun tidak terlalu kering atau berdebu.(gambar 1). Tambak yang terlalu kering kurang baik untuk pertumbuhan klekap. Jadi yang dimaksud dengan tidak terlalu kering adalah bila tanah dasar tambak diinjak, kaki masih melesak sedalam 10-20 cm. sebaliknya bila pengeringan tambak kurrang sempurna, kelekap yang tumbuh didasar tambak kurang kuat melekat dan mudah lepas dari substratnya. Hal ini akan menyebabkan kelekap mengapung kepermukaan air tambak dan membusuk, keadaan ini mencemari tambak. Untuk mengetahui tingkat pengeringan tersebut yaitu dengan cara mengukur ketinggian lekukan yang terjadi dalam tanah dasar yang retak- retak tersebut, apabila lapisan telah mencapai 1-2 cm, maka pengeringan sudah dianggap cukup.
  • Pengolahan Tanah Dasar Tambak
Pengolahan tanah dasar dilakukan menggunakan hand tractor atau dicangkul, dengan kedalaman tidak lebih dari 30 cm. hal ini dilakukan sehubungan dengan pengaruh unsur hara terhadap pertumbuhan plankton pada kedalaman tertentu, dan kemampuan unsur toksis berpengaruh terhadap kehidupan udang didasar tambak. Pengolahan tanah dasar dilakukn hanya pada tambak masam dan tambak yang sudah lama beroperasi, dan dilakukan pada musim tertentu, dimana unsur-unsur toksis dalam bongkahan tanah dapat teroksidasi dengan sempurna (musim kemarau). Setelah tanah dasar tambak ditraktor, kemudian dibalik dan Lumpur yang ada didalam caren harus diangkat sambil memperbaiki pematang. Selanjutnya direndam air (10–20) selama ± 7 hari, lalu dikeringkan kembali.
  1. Pengapuran
Pengapuran adalah upaya peningkatan produktivitas tambak, utamanya tambak masam yang bertujuan :
  • Memperbaiki struktur tanah yaitu meningkatkan daya sanggah (buffer) tanah dan air sehingga tidak terjadi perubahan kemasaman (pH) yang ekstrim.
  • Menetralisasi unsur toksis yang disebabkan oleh aluminium dan zat besi dengan ketersediaan kalsium dalam jumlah yang cukup, sehingga ketersediaan unsur hara seperti posfat akan bertambah.
  • Menstimulir aktivitas organisme tanah sehingga dapat menghambat organisme yang membahayakan kehidupan udang (desinfectan)
  • Dapat merangsang kegiatan jasad renik dalam tanah sehingga dapat meningkatkan penguraian bahan organic dan nitrogen dalam tanah.

1 komentar: