Budidaya tambak hingga sekarang
terhitung sebagai suatu usaha yang dapat memberikan keuntungan yang luar biasa.
Kecenderungan kearah ini memang beralasan karena terbukti pada lahan-lahan yang
baru dibuka ternyata dapat menghasilkan produksi, baik pada tingkat penguasaan
teknologi petani yang masih rendah hingga sedang, seperti halnya dikabupaten
luwu utara, produksi yang dicapai pada tahun 1998 sebesar 1.641 ton, sekalipun
produksi tersebut masih rrendah jika dibandingkan dengan potensi tambak sebesar
11.090 ha (anonym, 2000). Kondisi yang terlihat diawal masa usaha tersebut pada
umumnya diikuti dengan ekspansi lahan atau peningkatan jumlah input yang selalu
berakhir dengan penurunan produktivitas yang berulang-ulang dengan pemecahan
masalah jangka pendek.
Pada awal tahun 90an kematian udang
dipetak pembesaran terjadi tanpa penyebab yang jelas dan nanti pada pertengahan
tahun 90an penyebab utama kematian disepakati sebagai akibat infeksi virus.
Secara alami diketahui bahwa laju infeksi penyakit virus ini disebabkan oleh
diabaikannya faktor-faktor utama sanitasi lingkungan dan sebagai akibat
kemunduran kualitas lingkungan internal dan eksternal.
Tata letak tambak, jenis tanah
setempat, kesalahan desain, dan teknologi pengelolaannya adalah faktor-faktor
yang berperan terhadap penurunannya produktivitas tambak seperti ukuran udang
yang cenderung sulit berkembang serta respon tambak yang negative terhadap
pertumbuhan fitoplankton. Dilain pihak terdapat kesalah pahaman dalam memandang
organisme lain selain udang windu seperti ikan dan tumbuhan setempat yang
selalu disarankan untuk dieliminasi. Pada kenyatannya masing-masing komponen
biota tersebut akhirnya digunakan kembali setelah terbukti berperan dalam
memutus rantai penyakit, pemasokan prabiotika serta zat-zat bioaktif serta
mineralisasi dampak toksik dari berbagai polutan buatan manusia.
Report
this ad
Dalam waktu dekat hampir semua
komoditas perdagangan dunia dan lokal seperti udang akan dikenakan persyaratan
ramah lingkungan. Persyaratan ini ternyata tetap harus dilaksanakan walaupun
tanpa permintaan dunia internasional karena telah terbukti berpengaruh positif
pada hasil budidaya udang/ikan diberbagai tempat di Indonesia.
Persyaratan Lokasi
Berdasarkan kebiasaan hidup, tingkah
laku dan sifat udang atau ikan itu sendiri maka dalam memilih lokasi tambak
baik dalam rangka membuat tambak baru maupun dalam perbaikan tambak yang sudah
ada sebaiknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
- Memiliki sumber air yang cukup, baik air laut maupun air tawar dan tersedia sepanjang tahun atau setidaknya 10 bulan dalam setahun tetapi bukan daerah banjir
- Memiliki saluran saluran air yang lancar baik untuk pengisian waktu pasang maupun membuang air waktu surut dan sumber air serta lingkungan bebas dari pencemaran.
- Kadar garam air berkisar 10-25 ppm dan derajat keasaman (pH) berkisar 7-8.5
- Tanah dasar tambak terdiri dari lumpur berpasir dengan ketentuan kandungan pasirnya tidak lebih dari 20%.
Desain Tambak
Desain suatu petakan tambak merupakan
salah satu kunci utama keberhasilan budidaya. Hasil penelitian membuktikan
bahwa kandungan berbagai polutan (mangrove). Kecenderungan positif seperti ini
akan terus dikembangkan hingga diperoleh sebuah standar desain dan teknologi
budidaya yang baru dan lebih ramah lingkungan.
Pada model ini dalam satu unit tambak
terdapat lima petakan yaitu : petak bio filter, petak steril air,
petak pengendali hama penyakit dan petak pembesaran, dengan perbandingan
luas masing- masing petakan yaitu 5:5:5:10:75. jadi jika luas tambak satu hektar,
maka luas petakan masing- masing 5are, 5are. 5 are, 10 are dan 75 are. Ukuran
ini tergantung dari kondisi keadaan setempat. Pembuatan petakan-petakan ini
dimaksudkan, selain unutk memudahkan pengelolaan juga diharapkan agar kualitas
air dan lingkungan tetap terjaga, sehingga produksi tambak meningkat dan
berkualitas. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam setiap petakan yaitu :
- Petak biofilter
- Organisme : kerang bakau, tiram dan vegetasi bakau
- Kerang bakau ukuran cangkang 4-5 cm dan kepadatan 6-8 ekor/m²
- Tiram ukuran cangkang 5-7 cm dengan kepadatan 0.75 kg/m² (28 ekor/ m²), ditempatkan dalam rak bambu pada kedalaman 10 cm.
- Petak steril air
- Penggunaan kaporit dengan dosis 2-5 ppm (5 ppm unutk air keruh dan 3 ppm unutk air jernih) dengan proses netralisasi ± 3 jam.
- Penggunaan kaporit, pada kedalaman air satu meter 30-50 kg/ha, dan jika kedalaman air 60 cm sebesar 18-25 kg/ha.
- Petak pengendali hama penyakit
- Menggunakan ikan- ikan, misalnya ikan bandeng, ikan kakap putih, dll
- Luas petak ini yaitu 5-10% dari luas petakan seluruhnya.
Teknik Pemeliharaan
Tahap kegiatan persiapan tambak
bervariasi sesuai dengan tingkat teknologi budidaya yang diterapkan maupun
kondisi lahan yang digunakan. Secara umum tahapan-tahapan kegiatan budidaya
tambak adalah :
- Persiapan Tambak
- Pengeringan Dasar Tambak
Semua tingkat teknologi budidaya tambak
menghendaki pengeringan tanah dasar yang sempurna, yang dapat dilakukan pada
periode musim kemarau. Pengeringan ini dimaksudkan untuk mengurangi
senyawa-senyawa asam sulfide dan senyawa beracun yang terjadi selama tambak
terendam air, memungkinkan terjadinya pertukaran udara dalam tambak sehingga
proses mineralisasi bahan organic yang diperlukan untuk pertumbuhan kelekap
dapat berlangsung, serta unutk membasmi hama penyakit dan benih- benih ikan
liar yang bersifat predator ataupun kompetitor.
Agar lebih mempermudah pelaksanaan
pengeringan tambak dapat dilakukan pada saat air laut surut. Pengeringan tambak
berlangsung selama 1-2 minggu, sampai keadaan tanah retak- retak, namun tidak
terlalu kering atau berdebu.(gambar 1). Tambak yang terlalu kering kurang baik
untuk pertumbuhan klekap. Jadi yang dimaksud dengan tidak terlalu kering adalah
bila tanah dasar tambak diinjak, kaki masih melesak sedalam 10-20 cm.
sebaliknya bila pengeringan tambak kurrang sempurna, kelekap yang tumbuh
didasar tambak kurang kuat melekat dan mudah lepas dari substratnya. Hal ini
akan menyebabkan kelekap mengapung kepermukaan air tambak dan membusuk, keadaan
ini mencemari tambak. Untuk mengetahui tingkat pengeringan tersebut yaitu
dengan cara mengukur ketinggian lekukan yang terjadi dalam tanah dasar yang
retak- retak tersebut, apabila lapisan telah mencapai 1-2 cm, maka pengeringan
sudah dianggap cukup.
- Pengolahan Tanah Dasar Tambak
Pengolahan tanah dasar dilakukan
menggunakan hand tractor atau dicangkul, dengan kedalaman tidak lebih dari 30
cm. hal ini dilakukan sehubungan dengan pengaruh unsur hara terhadap
pertumbuhan plankton pada kedalaman tertentu, dan kemampuan unsur toksis
berpengaruh terhadap kehidupan udang didasar tambak. Pengolahan tanah dasar
dilakukn hanya pada tambak masam dan tambak yang sudah lama beroperasi, dan
dilakukan pada musim tertentu, dimana unsur-unsur toksis dalam bongkahan tanah
dapat teroksidasi dengan sempurna (musim kemarau). Setelah tanah dasar tambak
ditraktor, kemudian dibalik dan Lumpur yang ada didalam caren harus diangkat
sambil memperbaiki pematang. Selanjutnya direndam air (10–20) selama ± 7 hari,
lalu dikeringkan kembali.
- Pengapuran
Pengapuran adalah upaya peningkatan
produktivitas tambak, utamanya tambak masam yang bertujuan :
- Memperbaiki struktur tanah yaitu meningkatkan daya sanggah (buffer) tanah dan air sehingga tidak terjadi perubahan kemasaman (pH) yang ekstrim.
- Menetralisasi unsur toksis yang disebabkan oleh aluminium dan zat besi dengan ketersediaan kalsium dalam jumlah yang cukup, sehingga ketersediaan unsur hara seperti posfat akan bertambah.
- Menstimulir aktivitas organisme tanah sehingga dapat menghambat organisme yang membahayakan kehidupan udang (desinfectan)
- Dapat merangsang kegiatan jasad renik dalam tanah sehingga dapat meningkatkan penguraian bahan organic dan nitrogen dalam tanah.
artikelnya sangat membantu terima kasih!
BalasHapus