Lele dumbo merupakan jenis ikan
tidak besisik sehingga lendir merupakan salahsatu pelindung dari gangguan
lingkungan. Akibatnya bila terluka dengan sangat mudah terjadi
pengeluaran lendir yang berlebihan dari tubuhnya. Lendir ini dapat dijadikan media
hidup bakteri, dan dengan menempelnya bakteri pada lendir, maka dengan segera
kuman penyakit masuk hingga kedalam tubuh lele dumbo. Terjadinya luka inilah
yang menjadikan ketahanan tubuh lele dumbo menurun dan menyebabkan sakit.
Namun kebanyakan patogen yang terlibat biasanya bersifat fakultatif yaitu
organisme yang hanya menimbulkan penyakit dalam kondisi tertentu saja.
Organisme semacam ini secara normal memang hidup dan berada pada berbagai jenis
perairan, dan hanya menyebabkan terjadinya penyakit bila daya tahan tubuh lele
dumbo menurun atau kelimpahan mahluk tersebut kelewat tinggi. Daya tahan tubuh
lele dumbo biasanya berkurang bila ada dalam kondisi stress yang
diakibatkan berbagai faktor terutama lingkungan yang meliputi faktor fisik,
kimiawi maupun biologis. Dengan demikian terjadinya wabah sebetulnya merupakan
akibat interaksi yang tidak seimbang antara ikan sebagai subyek patogen,
patogen itu sendiri serta kondisi lingkungan. Sebenarnya, semua jenis ikan
mempunyai kekebalan terhadap penyakit selama ikan tersebut hidup dalam kondisi
lingkungan yang baik dan tidak ada faktor yang memperlemah badannya. Penyakit
ikan dapat berkembang akibat bermacam macam faktor antara lain trauma
pengangkutan, kekurangan pakan, perubahan sifat fisika dan kimia air serta
epidemi dari suatu penyakit. Untuk mencegah dan mengobati suatu penyakit maka
perlu diketahui hal- hal yang berkaitan dengan timbulnya penyakit, cara cara
dan dosispengobatan yang tepat agar diperoleh hasil yang baik.
UPAYA PENCEGAHAN
Tindakan
pencegahan terutama ditujukan untuk mencegah masuknya wabah penyakit kedalam
tempat budidaya ikan, atau mencegah meluasnya wilayah yang terkena
serangan penyakit dalam upaya mengurangi kerugian produksi akibat timbulnya
wabah penyakit.
Beberapa tindakan upaya pencegahan antara lain melalui sanitasi
kolam, alat-alat, ikan yang akan dipelihara serta lingkungan tempat budidaya.
a. Sanitasi kolam
Sanitasi kolam dilaksanakan melalui
pengeringan, pemjemuran dan pengapuran dengan kapur tohor atau kapur pertanian
sebanyak 50-100 gram/m2 yang ditebar secara merata
dipermukaan tanah dasar kolam dan sekeliling pematang kolam. Setelah dikapur
biarkan dalam keadaan kering selama 3-5 hari, baru kemudian kolam dipupuk dan
diairi. Bahan lain yang bisa digunakan untuk sanitasi kolam diantaranya kalium
permanganat (PK) yang ditebarkan pada kolam yang telah diairi sebanyak 10-20
gram/m3 air dan dibiarkan selama 2 jam, baru kemudian dimasukan
air baru dan ditebari ikan setelah kondisi air normal kembali.
b. Sanitasi perlengkapan dan peralatan.
Perlengkapan dan peralatan kerja sebaiknya selalu dalam keadaaan
suci hama, dengan cara merendamnya dalam larutan PK atau larutan kaporit selam
30-60 menit. Pengunjung dari luarpun sebaiknya tidak sembarangan memegang dan
atau mencelupkan bagian tubuh kedalam media air pemeliharaan sebelum disuci
hamakan.
c. Sanitasi Ikan tebaran
Lele dumbo yang akan ditebarkan sebaiknya selalu diperiksa
dahulu. Bila menunjukan gejala kelainan atau sakit maka lele tersebut harus
dikarantinakan terlebih dahulu untuk diobati. Namun lele dumbo yang akan
ditebar dan dianggap sehat pun, sebelum ditebar sebaiknya direndam dahulu dalam
larutan PK dengan dosisi 20 gr/m3 air, atau dalam larutan methylin blue 20 ppm,
atau dengan formalin 1cc/10 liter air, masing – masing selama 10 -15 menit.
Bila sanitasi ikan tebaran akan menggunakan obat-obatan alami dapat dilakukan
dengan cara merendam lele dumbo yang akan di tebar dalam ektrak cair sambiloto
dengan dosis 25 ppm, atau dalam ektrak cair rimpang kunyit dengan dosis 15 ppm
atau dapat juga menggunkan ektrak cair daun dewa dengan dosis 25 ppm,
perendaman masing masing selama 30 -60 menit.
d. Menjaga lingkungan tempat budidaya
Upaya perlindungan gangguan dari
penyakit lele dumbo adalah dengan menjaga kondisi lingkungan atau kondisi
ekologis perairan dengan cara setiap kolam /bak pemeliharaan lele dumbo
diusahakan mendapat air yang baru dan masih segar, telah melalui sistem
filtrasi dan diusahakan agar bahan- bahan organik seperti sampah yag memungkinkan
masuk kedalam kolam sedapat mungkin dihindari.
UPAYA PENGOBATAN
Gejala –gejala klinis
Manifestasi
klinis dari proses penyakit, baik yang infektif maupun non infektif dalam suatu
populasi sering menunjukan tanda-tanda/petunjuk pertama terhadap suatu masalah
penyakit walaupun ikan jarang atau hampir tidak pernah memperlihatkan
tanda-tanda yang menciri (Pathogonomonic) oleh karena itu diagnosa yang tepat
berdasarkan gejala klinis membutuhkan pengalaman dan keterampilan mengobservasi
berbagai perubahan klinis. Beberapa perubahan atau tanda-tanda klinis yang
perlu diamati antara lain tingkah laku, sikap, keseimbanga warna reflex,
pergerakan, pernapasan, kerusakan / luka-luka pada kulit luar dll.
a. Tingkah laku
Lele dumbo yang
sakit biasanya memperlhatkan tingkah laku menyimpang, misalnya sering
menggosok-gosokan badannya pada benda- benda yang ada didalam kolam seperti
batu, tanaman air atau kepinggiran kolam/ pematang. Pada kasus lain, ikan lele
kehilangan keseimbangan tubuh sehingga gerakannya seprti tidak terkontrol, dan
pada ahirnya ikan lele diam didasar kolam dengan sirip dada terbuka atau
sekali-kali muncul kepermukaan air seperti menggantung. Ada pula lele sakit
yang membuka kedua tutup insangnya lebih lebar dari biasanya, prekuensi
pernafasannya meningkat dan tampak terengah-engah. Selain itu ada yang
menunjukan gejal mogok makan akibat kehilangan nafsu makan.
b. Kelainan warna tubuh
Jika tubuh lele
dumbo mulai terlihat pucat maka harus dicurigai karena kemungkinan sudah mulai
ditempeli parasit tertentu. Namun perubahan warna tubuh bisa juga disebabkan
stress akibat terjadinya intesitas cahaya gelap keterang. Jika hal ini terjadi
biasanya warna lele dumbo kembali normal dalam waktu yang tidak terlalu
lama. Perubahan warna juga sering terjadi jika lele dumbo dalam keadaan takut
atau sesaat setelah atau sebelum memijah. Dengan demikian berdasarkan kejadian
tersebut, maka perubahan warna pada lele dumbo dapat dianggap sebagai gejala
dari suatu penyakit bila tidak ada penyebab lain seperti takut, stress atau
setelah dan sebelum memijah. Perubahan warna yang disebabkan oleh penyakit
biasanya belangsung lama atau bersifat permanen.
c. Produksi Lendir
Lele dumbo yang
sakit seringkali memproduksi lendir yang berlebihan. Hal ini cukup terlihat
jelas karena lele dumbo berwarna gelap. Produksi lendir yang berlebihan
biasanya disebabkan oleh parasit yang menyerang bagian kulit. Banyaknya lendir
tersebut tergantung pada intensitas serangan penyakit.
d. Kelainan bentuk organ tubuh.
|
Serangan
tertentu dapat juga menimbulkan kelainan pada organ –organ tubuh tertentu,
misalnya terdapat bintik –bintik putih atau merah pada bagian sirip, sisik atau
bagian tubuh lainnya. Kelainan bentuk juga dapat terjadi bila serangan sangat
hebat dan terjadi infeksi yang parah sehingga mengakibatkan tonjolan –
tonjolan semacam tumor pada insang, mata dan bagian
kepala.
Cara dan teknik mengobati ikan sakit
Tindakan penanggulangan penyakit
ikan melalui pengobatan diupayakan agar lele dumbo sembuh tanpa membahayakan
keselamatannya karena keracunan obat. Untuk itu perlu diketahui gejala – gejala
umum yang timbul kemudian dilakukan diagnosis untuk menemukan faktor
penyebabnya. Setelah itu barulah ditentukan cara pengobatannya. Setelah secara
pasti faktor penyebabnya diketahui kemudian ditentukan pula jenis obat yang
akan digunakan serta dosisnya yang tepat sehingga tercapai efesiensi penggunaan
obat dan efektifitas pemberantasannya. Beberapa teknik pengobatan yang dianjurkan
dan biasa diterapkan dalam mengobati ikan terinfeksi suatu penyakit antara lain
a. Pencelupan
Pencelupan
adalah cara pengobatan menggunakan obat obatan alami atau bahan kimia
pada konsentrasi tinggi ( ratus atau ribuan ppm) dan waktu pengobatan sangat
pendek. ( 30 detik ) Pengobatan dengan cara pencelupan biasanya menggunakan
larutan obat dengan konsentrasi tinggi ( daya racun tinggi ). Bila kondisi ikan
sudah terlalu lemah sedang daya racun obat sangat tinggi. Maka ikan bisa
mati.Untuk pengobatan cara ini, lele dumbo yang terinfeksi ditangkap
menggunakan serok kemudian lele bersama serokannya dicelupkan kedalam larutan
obat yang telah disiapkan selama 30 - 60 detik. Lele dumbo yang telah
diobati dipindahkan ketempat penampungan sambil diberi airasi dan air mengalir.
b. Perendaman
Pengobatan ini adalah dengan cara
memandikan ikan – ikan yang sakit dalam suatu larutan obat tertentu dengan
konsentrasi tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah dalam waktu antara 15 -60
menit. Teknis pengobatan dengan cara peandian yaitu ikan – ikan yang terinfeksi
di kumpulkan dan secara langsung dimasukan/dilepaskan kedalam larutan obat yang
telah disediakan setelah mencapai batas waktu yang telah ditentukan ikan
ditangkap kemudian dipindah ketempat penampungan sementara dengan aliran air
bersih.
c. Perendaman
Pengobatan
melalui perendaman biasanya menggunakan larutan obat tertentu pada konsentrasi
relatif rendah, waktu yang digunakan untuk perendaman cukup panjang yaitu
sampai 24 jam. Pengobatan dengan teknik perendaman ini dilakukan 3-5 kali
berturut-turut selama 3-5 hari. Setiap kali selesai mengobati, ikan dipindahkan
ketempat yang berisi air bersih sambil diberi pakan.
d. Usapan / Olesan.
Pengobatan ini
biasanya hanya dilakukan pada lele dumbo yang luka. Lele dumbo yang luka
diolesi obat tepat pada bagian yang luka, selanjutnya dipindahkan ketempat
berair mengalir agar sisa obat yang beracun bagi ikan cepat tercuci.
e. Pemberian pakan.
Pengobatan ini
terutama ditujukan bagi lele dumbo yang terinfeksi bakteri pada organ tubuh
bagian dalam. Obat yang akan digunakan dicampur kedalam pakan ikan sesuai dosis
yang dianjurkan. Pakan yang telah dicampuri obat diberikan kepada lele dumbo
yang akan diobati sebanyak 2-3% biomas, diberikan 3 kali perhari.
JENIS-JENIS OBAT
A. OBAT ALAMI/TRADISIONAL
1. Kunyit (Curcuma longa Linn)
Nama daerah: Kunyir, Koneng, Kunyit, Alawahu, Nikwai Pagidon.
Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Bau khas aromatik, rasa
agak pahit, sedikit pedas, tidak beracun. Berkhasiat sebagai anti radang ( anti
inflamasi) dan anti bakteri.
Kandungan kimia : Rimpang mengandung minyak atsiri 3-5 %,
turmeron, zingberene, sesquiterpen, alkohol pati , tanin dan damar.
Cara pemakaian : Perendaman dan oles.
2. Lengkuas (Alpinia galanga L willd)
Nama daerah : Langkueh, halawas, lengkuas, lawas, laja,
langkuwasa.
Sifat kimiawi dan efek farmakologis: Rasanya pedas dan hangat.
Berkhasiat untuk, menetralkan racun, Meningatkan napsu makan( stomakik) dan
sebagai obat jamur kulit.
Kandungan kimia: Rimpang mengandung minyak atsiri 1%
metilsinamat, kamfer, galangin dan eugenol. Sedangkan buah mengandung, methyl
ether, kaemferide, galangin dan dimethoxyflavone.
Cara pemakaian : melalui perendaman dan dioles.
3. Daun Dewa ( Gynura
pseudochina DC.)
Nama daerah : Beluntas cina, Daun dewa.
Sifat kimiawi dan efek farmakologis Daunnya dapat dikonsumsi
dengan cara dilalap atau dijus. Berkhasiat sebagai anti radang, Penghilang
nyeri (analgesik), obat luka bakar, luka bekas gigitan hewan berbisa, anti
kanker dan peradangan pada jaringan tubuh.
Kandungan kimia: Batang, daun dan umbinya mengandung
minyakatsiri, saponin , teranoid, tanin dan tekalora.
Cara pemakaian : melalui perendaman dan dioles.
4. Mahkota dewa (phaleria
macrocarpa)
Sifat kimiawi dan efek farmakologis : Jika dikonsumsi manusia
dalam keadaan segar bisa menyebabkan keracunan. Berkhasiat untuk mengobati
kanker, anti oksidan, bersifat analgesik, antipiretik, dan anti radang.
Kandungan kimia: Daging buah dan cangkang biji mahkota dewa
mengandung alkaloid, flavonoid, senyawa politenol dan tanin.
Cara pemakaian : melalui perendaman dan dioles.
|
Berhasiat sebagai penambah napsu
makan, menetralisir racun ( anti toksik), menghilangkan gumpalan darah dan
mengobati cacing ( Vermifuge ).
Kandungan Kimia : Batang dan daun mengandung : Minyak atsiri,
tanin, lemak, phytosterol dan calcium oxalate.
Cara pemakaian : melalui perendaman atau dioles
6. Jarak Ulung ( Jatropha gossipifolia L )
Nama daerah : Jarak kosta merah, Jarak cina, jarak ulung.
Sifat kimiawi dan efek farmakologi : Getahnya bersabun, biji
mengandung minyak. Bagian yang bisa dipakai adalah daun dan biji. Berkhasiat
untuk meningkatkan napsu makan, mengobati pembengkakan dan penyakit kulit.
Kandungan kimia. : Akar mengandung alkaloid. Daun dan
batang mengandung tanin, calcium oxalate, dan sulfur.
Cara pemakaian : Perendaman dan oles
|
Cara membuat obat alami/tradisional.
a. Ekstrak.
Ekstrak adalah obat alami dalam bentuk kering, kental atau cair
yang dibuat dengan cara mengambil sari simplisia (bahan obat ) menurut cara
yang cocok tanpa pengaruh cahaya matahari langsung. Wadah untuk menyari,
merendam atau merebus simplisia bisa berupa panci stainlees atau toples kaca
dan pengaduk dari kayu. Sedangkan simplisia yang digunakan berupa daun, buah,
batang maupun rempang yang masih segar atau simplisia yang telah dikeringkan
dan telah diawetkan sebelumnya.
Salah satu cara
ekstraksi yang biasa dilakukan adalah dengan cara memasak air sampai mendidih,
kemudian simplisia direbus selama sekitar 30 menit. Selanjutnya bahan rebusan
tersebut disaring dengan kain atau kawat kasa. Setelah itu air rebusan di
panaskan lagi sampai mengental, dan didinginkan.
Ekstrak ini merupakan bahan dasar untuk pembuatan obat dalam bentuk serbuk atau
dalam bentuk salep/krim atau dapat juga digunakan langsung untuk pengobatan
dengan cara perendaman, pemandian maupun pengusapan/oles dengan cara mencampur
dengan air bersih sesuai dosis yang dianjurkan.
b. Obat
serbuk
Obat serbuk
dibuat dengan cara mencampur ekstrak kental dengan saccarum lactis ( gula
susu), sedikit demi sedikit sampai terbentuk adonan yang dapat dibentuk
lempengan. Selanjutnya lempengan tersebut di jemur sampai kering lalu digiling
dan hasil gilingannya disaring dengan kawat kasa sehingga didapatkan serbuk
halus yang berukuran seragam.
Obat serbuk ini
dapat digunakan untuk pengobatan dengan cara perendaman, pemandian, pengolesan
dan pengobatan melalui pakan.
c. Obat oles ( krim/ Lulur )
Obat oles
biasanya berupa salep yang merupakan campuran minyak tumbuhan dengan
bahan-bahan yang telah berbentuk ekstrak. Minyak tumbuhan yang digunakan untuk
mencampur adalah minyak kelapa atau minyak zaitun dicampur bahan
pengemulsi(emulgator) seperti gom arab, acacia dan tragacanth. Pembuatannya
dilakukan dengan cara mencampur, minyak, ektrak kental dan emulgator dengan
perbandingan 2 : 4 : 1 diaduk dengan cepat hingga menjadi bentuk krim emulsi.
Pembuatan obat oles ini tidak boleh dipanaskan karena dapat memisahkan minyak
dan air yang telah bercampur. Krim atau lulur ini dapat digunakan untuk
pengobatan luka atau borok yang terinfeksi bakteri atau parasit. Dengan cara
dioleskan tepat pada bagian yang luka.
d. Ramuan
Ramuan adalah campuran berbagai macam bahan obat-obatan
segar atau yang telah diawetkan untuk mengobati penyakit tertentu, sehingga
perbandingan jumlah bahannya disesuaikan dengan kebutuhan kandungan bahan kimia
dalam bahan yang akan digunakan. Cara pembuatanya, semua bahan dirajang
kecil-kecil kemudian direbus hingga air rebusan tersisa separuhnya. Air rebusan
tersebut selanjutnya digunakan untuk pengobatan.
OBAT KIMIA
Obat-obatan
kimia yang lazim digunakan dalam pengobatan penyakit ikan banyak sekali
jenisnya. Ada yang berbentuk serbuk ada pula yang berbentuk cairan. Semuanya
merupakan bahan kimia. Berdasarkan sifatnya jenis-jenis obat obatan tersebut
dapat dikelompkan menjadi obat anti biotik, desinfektan , insektisida
obat oles dan obat obat lain.
a. Obat serbuk
Umumnya obat
antibiotik digunakan untuk penyakit bakterial yang diaflikasikan dengan cara
perendaman, penyuntikan maupun pengobatan melalui pakan. Contoh obat antibiotik
adalah Tetrasiklin. Kemisitin, oksitetracyclin hcl, streptomisin, sulfamerizin
sulfanomid.
b. Obat oles
Obat oles yaitu
obat- obatan yangdigunakan manusia terutama untuk mengobati luka luka. Obat ini
berbentuk cairan, penggunaannya dalam pengobatan ikan harus diencerkan dahulu
hinga sepuluh kali. Cara penggunaannya dioleskan dengan bantuan kapas tepat
pada luka ditubuh ikan yang terinfeksi penyakit bakterial atau parasit lainnya
yang bisa menyebabkan luka atau borok pada tubuh ikan. Contohnya adalah obat
merah ( jodium tinktur, mercurochrome ) kecuali itu ada lagi bedak talk yang
penggunaannya juga dioleskan, terutama untuk melepaskan jenis ektoparasites
seperti argulus sp, yang menempel ketat pada tubuh ikan.
c. Obat- obat lain
Justru obat-
obatan inilah yang paling sering dimanfaatkan dalam pengobatan lele dumbo,
sebagian besar berbentuk serbuk, bersifat racun, dan harganya relatif mahal.
Obat ini mudah diperoleh ditoko- toko kimia atau di afotik. Obat – obat
dimaksud yang sudah dikenal luas adalah malchyt green, methyline blue, cooper
sulfat, PK, rivanol, bromex, formalin, Hcl quinine, Chinine trifaplafin, garam
amonia dan kalium bikromat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar