Senin, 27 Desember 2021

MEMAHAMI PRINSIP-PRINSIP BUDIDAYA IKAN KERAPU





Budidaya ikan laut di Indonesia telah mangalami perkembangan yang sangat pesat akhir-akhir ini. Upaya peningkatan sumber devisa Negara dari sector perikanan adalah dengan pengembangan perikanan yang berbasis kerakyatan. Salah satu upaya pemanfaatan lahan perairan Indonesia yang luas tersebut adalah melalui pengembangan usaha budidaya ikan Kerapu di karamba jaring apung (KJA).  Komoditas kerapu yang sudah berkembang di Indonesia ada dua spesies yaitu kerapu macan  atau Tiger Grouper (Epenephellus fuscogutatus) dan Kerapu Tikus atau Humpback Grouper (Cromileptes altivelis).


Penguasaan teknologi yang menyeluruh mengenai budidaya kerapu di KJA merupakan kunci dari keberhasilan usaha itu sendiri. Penguasaan ini meliputi pengetahuan internal ikan kerapu yang dipelihara serta beberapa faktor eksternal seperti teknik budidaya, pakan, serta hama dan penyakit ikan. Disamping itu pengetahuan mengenai lokasi budidaya, penentuan sarana dan prasarana.


Teknik budidaya ikan Kerapu Macan dan Kerapu tikus di KJA relative sederhana dan sama yaitu meliputi pendederan, penggelondongan serta pembesaran. Ketiga tahapan ini dibedakan berdasarkan ukuran awal tebar serta ukuran akhir ikan dipanen. Fase pendederan memiliki ukuran awal tebar benih hari ke-40 s/d 60 (D-40 – D-60) dan dipanen pada ukuran 25-30 gram/ekor utnuk selanjutnya dijadikan ukuran awal fase penggelondongan. Fase penggelondongan dipanen pada ukuran 75-100 gram/ekor, untuk dijadikan awal fase pembesaran yang berakhir pada ukuran konsumsi yaitu antara 400-600 gram/ekor.


Pakan merupakan faktor eksternal penting dalam budidaya ikan, sebab pakan merupakan satu-satunya  masukan gizi dan energy dari luar untuk menunjang pertumbuhannya. Pemberian pakan dengan kualitas dan kuantitas yang baik dapat mengoptimalkan usaha budidaya ikan kerapu di KJA.


Pemantauan kualitas perairan yang kontinyu merupakan faktor eksternal lain yang menentukan keberhasilan budidaya. Hama dan penyakit diketahui  sering menjadi penyebab utama kegagalan.. pencegahan merupakan alternatif terbaik dibandingkan pengobatan.


Teknik panen dan metode transportasi memegang peranan penting dalam kelancaran usaha budidaya ikan. Seperti diketahui bahwa ikan kerapu merupakan komoditas ekspor yang memiliki nilai jual lebih bila dipasarkan dalam keadaan hidup.

Aspek-aspek npendukung budidaya di atas akan menjadi sia-sia bula usaha budidaya menghasilkan nilai akhir yang negative dalam ekonomi. Oleh karena itu, perhitungan, perhitungan yang matang dan terencana atas komponen-komponen utama maupun pendukung yang perlu dilalakukan.

SUMBER:
http//supmladong.kkp.go.id
Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.
PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA IKAN KERAPU

Tidak semua perairan pantai dapat dijadikan tempat pemasangan Karamba Jaring
Apung (KJA).  Keberadaan lokasi banyak mengandung resiko, bermasalah dan tidak memenuhi persyaratan secara ekologis hendaknya dihindari.  Faktor pemilihan lokasi yang tepat meliputi dua faktor, yaitu faktor pertimbangan umum dan faktor persyaratan kualitas air

Faktor Pertimbangan Umum

Pertimbangan umum yang dimaksud antara lain meliputi :

1.Perairan harus terlindungi dari angin dan gelombang yang kuat.

Badai dan gelombang besar mudah merusak konstruksi karamba sehingga memperpendek umur rakit.  Gelombang yang terus menerus menyebabkan terganggunya aktovitas pemberian pakan dan juga dapat menyebabkan ikan menjadi stress dan selera makannya berkurang sehingga menurunkan produksi.  Tinggi gelombang yang disarankan untuk menentukan lokasi pembesaran ikan Kerapu Tikus dan Kerapu Macan tidak lebih dari 0,5 meter pada saat musim Barat maupun Timur.

2.Kedalaman Perairan

          Kedalaman perairan yang ideal untuk pembesaran ikan kerapu menggunakan KJA adalah 5 – 15 meter. Perairan yang terlalu dangkal (< 5 meter) dapat mempengaruhi kualitas air yang berasal dari sisa kotoran ikan yang membusuk dan perairan yang terlalu dangkal sering terjadi serangan ikan Buntal yangmerusak jaring. Sebaliknya kedalaman >15 meter membutuhkan tali jangkar yang terlalu panjang.

3. Dasar Perairan
          Pemilihan lokasi yang ideal untuk budidaya Kerapu Macan dan Tikus adalah yang memiliki dasar perairan berkarang hidup dan berpasir putih.  Hal ini berkaitan dengan habitat asli ikan Kerapu.

4. Jauh dari limbah pencemaran

          Lokasi harus bebas dari bahan pencemaran yang mengganggu kehidupan ikan. Limbah rumah tangga seperti detergen dan sampah organik dapat mempengaruhi kondisi perairan atau menjadi pathogen dan mengganggu ikan secara langsung. Sedangkan limbah buangan tambak dapat meningkatkan kesuburan perairan yang berakibat suburnya organisme penempel seperti kutu ikan, teritip dan kekerangan lainnya yang banyak menempel dan menutupi jaring pemeliharaan.

5. Tidak Mengganggu Alur Pelayaran
          Lokasi yang berdekatan atau dialur pelayaran akan mengganggu ikan pemeliharaan, terutama adanya gelombang yang ditimbulkan serta limbah bahan bakar perahu atau kapal motor tersebut.

6.Dekat dengan sumber pakan

          Ada dua jenis pakan yang diberikan untuk ikan kerapu yaitu pakan buatan dan pakan ikan segar.  Untuk pakan segar perlu diperhatikan tentang ketersediaannya di sekitar lokasi budidaya. Hal ini berkaitan dengan jenis ikan segar, serta kualitas pakan segar. Apabila jauh dari tempat pelelangan ikan, maka dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan nelayan bagan.

7.Dekat dengan sarana dan prasarana transportasi

          Tersedianya sarana dan prasarana transportasi berupa jalan darat menuju ke lokasi, merupakan lokasi yang sangat baik karena dapat memudahkan transportasi benih dan hasil panen. Hal ini dapat melancarkan penjualan hasil panen ke pasar yang dituju

8.Keamanan

          Yang dimaksud dengan aspek ini  adalah terjaminnya keamanan usaha, baik dari tangan-tangan jahil, hama penyakit, ataupun gangguan lain dari masyarakat sekitar.

9.Tenaga Kerja

          Lokasi terpilih merupakan lokasi yang banyak menyediakan tenaga kerja terampil dan upahnya wajar.  Sebaiknya tenaga kerja diambil dari daerah sekitar usaha.


Faktor Persyaratan Kualitas Air

Didalam budidaya ikan, secara umum kualitas air dapat diartikan sebagai setiap peubah (variabel) yang mempengaruhi pengelolaan, kelangsungan hidup, dan produktivitas ikan yang dibudidayakan.  Kualitas air ini meliputi sifat fisk dan kimia air.

1. Kualitas Fisik air

a.  Kecepatan arus:

kecepatan arus yang ideal untuk pembesaran ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tikus adalah : 15 – 30 cm/detik. Kecepatan arus >30 cm/detik dapat mempengaruhi posisi jaring dan jangkar. Sebaliknya kecepatan arus yang terlalu kecil dapat mengurangi pertukaran air dalam jaring, sehingga berpengaruh terhadap ketersediaan oksigen, serta ikan mudah terserang parasit.

b.  Kecerahan

kecerhaan perairan yang baik untuk budidaya ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tius di karamba adalah >4 meter. Hal ini berkaitan dengan pemantauan ikan di dasar jaring serta pemantauan sisa pakan. Kecerahan yang rendah karena tingkat bahan organik  yang tinggi menyebabkan cepatnya perkembangan organisme penempel seperti kutu ikan,  lumut, cacing, kekerangan dan lain-lain yang dapat menempel pada ikan dan jaring.

c.  Suhu Air

     Suhu air yangoptimal sebaiknya 27-32ºC. Hal ini sangat penting bagi pertumbuhan ikan yang dipelihara. Lokasi budidaya juga sebaiknya terhindar dari stratifikasi suhu dan oksigen.

2. Kualitas Kimia Air

Beberapa parameter kualitas kimia air yang perlu diketahui antara lain :

a.  Salinitas (kadar garam)

Fluktuasi salinitas bisa mempengaruhi pertumbuhan dan nafsu makan ikan kerapu yang dipelihara. Oleh karena itu calon lokasi tidak boleh berdekatan dengan muara sungai kususnya untuk jenis Kerapu Tikus dan Kerapu Macan. Lokasi di muara sungai sering mengalami stratifikasi salinitas, sehingga dapat menghambat terjadinya difusi oksigen secara vertikal. Salinitas yang ideal untuk pembesaran Ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tikus adalah 30-33 ppt.

b.  Konsentrasi Ion Hidrogen (pH)

Kondisi perairan dengan pH netral atau sedikit kearah basa sangat ideal untuk kehidupan ikan air laut. Sedangkan jika pH rendah mengakibatkan aktifitas tubuh menurun atau ikan menjadi lemah, lebih mudah terkena infeksi dan biasanya diikuti dengan tingkat mortalitas tinggi. Ikan diketahui mempunyai toleransi pada pH antara 4,0 – 11,0. Pertumbuhan ikan kerapu Macan dan kerapu Tikus akan baik pada nilai pH normal, yaitu 8,0 – 8,2.

c.  Oksigen terlarut (DO)

konsentrasi dan ketersediaan oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi ikan yang dibudidayakan. Oksigen terlarut sangat dibutuhkan bagi kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Konsentrasi oksigen dalam air dapat mempengaruhi  pertumbuhan, konversi pakan, dan mengurangi daya dukung perairan. Ikan Kerapu Macan dan Kerapu Tikus dapat hidup layak dalam karamba jaring apung dengan konsentrasi oksigen terlarut kurang dari 5 ppm.

d.  Senyawa Nitrogen

     Bentuk senyawa nitrogen dalam air laut bermacam-macam dan yang bersifat racun terhadap ikan dan organisme lainnya ada 3 senyawa yaitu Amonia (NH3-N), Nitrit (NO2-N) dan Nitrat (NO3-N).

e.  Pospat

     Kadar posfat yang tinggi di perairan akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi dan akan merangsang tumbuhnya plankton. Jika kondisi plankton melimpah atau blooming dan terjadi kematian masal (die off) maka akan menyebabkan penurunan oksigen secara drastis yang akan menyebabkan kematian masal ikan dan organisme ekuatik lainnya (Adnan, 1994 dalam Mayunar, 1995). Untuk keperluan budidaya ikan kandungan fosfat dalam perairan yang aman adalah 0,2 – 0,5 mg/l.


SUMBER:
http//supmladong.kkp.go.id
Mulyadi A., 2014. Diktat Pembesaran Ikan Kerapu di Karamba Jaring Apung. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.

1 komentar: