PENANGANAN
HAMA DAN PENYAKIT PADA RUMPUT LAUT
Dengan
semakin berkembangnya usaha budidaya rumput laut di Indonesia segala
permasalahan dan hambatan yang mungkin terjadi terutama terhadap kemungkinan
serangan hama dan penyakit pada tanaman rumput laut perlu mendapat diperhatikan
khusus. Serangan hama dan penyakit bila dibiarkan dapat
berakibat menurunnya produksi. Oleh karena itu perlu diketahui jenis hama
dan penyakit yang menyerang rumput laut sehingga dapat diambil langkah-langkah
penanggulangannya atau paling tidak dapat memperkecil kerugian. Data mengenai
dampak penyakit terhadap produksi budidaya rumput laut masih sangat terbatas.
H HAMA
Hama
tanaman budidaya rumput laut umumnya merupakan organisme laut yang memangsa
tanaman rumput laut. Organisme ini hidup dengan rumput laut sebagai
makanan utamanya atau sebagian masa hidupnya memakan rumput laut. Hama
dapat menimbulkan kerusakan secara fisik pada tanaman budidaya, seperti;
tanaman terkelupas, patah atau habis dimakan sama sekali.
Hama yang
menyerang tanaman budidaya rumput laut berdasarkan ukuran besar kecilnya hama
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu hama mikro (mikro grazer) hama makro
(makro grazer) (Doty, 1987).
A. Hama Mikro
Hama mikro
merupakan organisme laut yang umumnya berukuran panjang < 2 cm, hidup
menempel pada thallus tanaman rumput laut dan biasanya tidak tampak pada
thallus yang sehat. Hama mikro yang sering dijumpai pada tanaman budidaya
rumput laut adalah : larva bulu babi (Tripneustes) dan larva teripang (Holothuria
sp.).
Larva Bulu Babi
Organisme ini berbentuk planktonik,
melayang-layang di air dan kemudian menempel pada rumput laut. Organisme
ini menutupi permukaan thallus dan menyebabkan thallus berwarna kuning.
Larva Teripang
Larva
teripang merupakan organisme planktonis yang menempel dan menetap pada thallus
rumput laut. Larva ini kemudian tumbuh dan menjadi besar. Larva
teripang yang sudah besar dapat memakan thallus rumput laut dengan cara menyisipkan
ujung-ujung cabang rumput laut ke dalam mulutnya.
B. Hama Makro
Beberapa hama makro yang sering ditemui menyerang rumput laut pada tanaman
budidaya rumput laut antara lain : Ikan beronang (Siganus spp.), bintang
laut (Protoneustes nodosus), bulu babi (Diadema spp), Bulu babi
duri pendek (Tripneustes sp.) dan penyu hijau (Chelonia midas).
Ikan
Baronang
Ikan baronang (Siganus spp.)
merupakan hama perusak terbesar pada budidaya rumput laut. Cara penanggulangan
hama ini relatif sulit. Benih ikan beronang mempunyai sifat
bergerombol merupakan hama yang paling serius serangannya. Ikan ini memakan
seluruh thallus sebelah luar. Akibatnya tanaman rumput laut hanya
tertinggal kerangkanya saja. Rumput laut akan mati dalam dalam beberapa hari.
Serangan ikan baronang sifatnya musiman terutama pada musim benih, sehingga di
setiap daerah waktu serangannyapun berbeda.
Cara melindungi tanaman rumput laut
dari serangan ikan baronang dapat dilakukan dengan mengatur waktu penanaman.
Awal penanaman rumput laut sebaiknya di laur musim benih ikan baronang. Dengan
cara tersebut diharapkan kerugian dapat diperkecil. Penanaman secara
serentak juga dapat mengurangi serangan hama ikan.
Bintang Laut
Bintang
laut (Protoneostes) merupakan hama yang mempunyai kemampuan memanjat
pada tanaman rumput laut dan dapat menutupi cabang-cabangnya.
Cabang-cabang tanaman rumput laut yang ditutupi/ditempeli oleh bintang
laut akan mati serta banyak percabangan yang patah. Serangan
bintang laut pengaruhnya relatif kecil. Serangan bintang laut tidak terjadi
pada tanaman yang jauh dari dasar perairan.
Bulu Babi dan Bulu Babi Duri Pendek
Bulu babi (Diadema) dan
babi duri pendek (Tripneustes) merupakan hama yang merusak bagian tengah
thallus. Serangan bulu babi dapat mengakibatkan bagian cabang-cabang utama
thallus terlepas dari tanaman induk. Serangan bulu babi pengaruhnya relatif
kecil dan tidak terasa terutama pada areal budidaya yang cukup luas. Hama bulu
babi tidak dapat menyerang rumput laut yang jauh dari dasar perairan.
Penyu Hijau
Penyu hijau (Chelonia midas)
merupakan hama yang merusak tanaman budidaya paling ganas. Penyu hijau biasanya
menyerang pada malam hari. Hama ini dapat memangsa habis tanaman budidaya pada
areal yang tidak terlalu luas. Tanda-tanda tanaman rumput laut terserang penyu
hijau adalah: tanaman hanya tertinggal pada ikatan tali rafia saja dan
tampak bekas-bekas seperti dipotong benda tajam atau pisau. Cara
menanggulangi serangan penyu hijau terhadap tanaman rumput laut dilakukan
adalah dengan melindungi areal budidaya dengan memasang pagar dari
jaring. Pada areal budidaya yang cukup luas serangan hama ini tampak
tidak berarti. Serangan akan tampak terutama pada daerah tepi atau dekat
dengan perbatasan perairan dalam.
C. PENYAKIT
Penyakit
rumput laut dapat didefinisikan sebagai suatu gangguan fungsi atau terjadinya
perubahan anatomi atau struktur yang abnormal. Misalnya adanya perubahan dalam
laju pertumbuhan dan penampakan seperti warna dan bentuk. Perubahan ini pada
akhirnya berpengaruh terhadap tingkat produktifitas hasil.
Terjadinya penyakit umumnya disebabkan oleh adanya perubahan faktor-faktor
lingkungan dan adanya interaksi antara faktor lingkungan (suhu, kecerahan,
salinitas, dll) dengan jasad patogen (organisme yang berperan sebagai penyebab
penyakit).
Penyakit “Ice-ice”
Ice-ice
adalah penyakit yang banyak menyerang tanaman rumput laut jenis Eucheuma
spp. Penyakit ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1974 di Philipina.
Penyakit ini ditandai dengan timbulnya bintik/bercak-bercak pada sebagian
thallus yang lama kelamaan menjadi pucat dan berangsur-angsur menjadi putih dan
akhirnya thallus tersebut terputus. Penyakit ini timbul karena adanya
mikroba yang menyerang tanaman rumput laut yang lemah. Gejala yang
diperlihatkan adalah pertumbuhan yang lambat, terjadinya perubahan warna
menjadi pucat dan pada beberapa cabang menjadi putih thallus menjadi putih dan
membusuk.
Adanya
perubahan lingkungan seperti ; arus, suhu, dan kecerahan di lokasi budidaya
dapat memicu terjadinya penyakit ice-ice. Tingkat penyerangannya
terjadi dalam waktu yang cukup lama. Hal ini sesuai dengan pendapat Trono
(1974), bahwa: penyebab Ice-ice ini adalah perubahan lingkungan yang
tidak sesuai untuk pertumbuhan yang menyebabkan menurunnya daya tahan rumput
laut tersebut. Sedangkan Uyenco et al (1981) mengatakan bahwa:
kemungkinan penyebab terjadinya penyakit ini karena adalah bakteri patogen
tertentu. Hal ini menjadikan bahwa sebenarnya timbulnya
bakteri tersebut merupakan serangan sekunder. Kemungkinan efektifitas
serangan bakteri hanya terjadi pada saat pertumbuhan tanaman tidak efektif.
Penyakit White Spot
Penyakit
White spote terdapat pada jenis rumput laut Laminaria japonica di
Cina. Gejala awal penyakit ini ditandai dengan terjadinya perubahan
warna thallus dari coklat kekuning-kuningan menjadi putih kemudian
menyebar keseluruh thallus dan bagian tanaman membusuk dan
rontok.
Pemberantasan hama
dilaksanakan dengan penjagaan saluran masuk pintu air dengan saringan, agar
hama predator seperti ikan-ikan tidak masuk ke dalam tambak pemeliharaan.
Pemberantasan penyakit White spot pada rumput laut dilakukan dengan
mengganti air tambak seminggu dua kali. Apabila dalam seminggu air
tambak tidak diganti, maka pada thallus (batang) rumput laut akan terjadi
bercak putih yang akan menghambat pertumbuhan rumput laut, bahkan dapat
menyebabkan kematian.
Penyakit
ice-ice dan White Spote biasanya terjadi pada bulan April atau Mei
yaitu pada saat kecerahan perairan tinggi. Pada kondisi ini tingkat
kelarutan unsur Nitrat tidak tercukupi untuk keperluan fotosintesa sehingga
berakibat terjadinya perubahan warna secara nyata. Penyakit ini dapat
ditanggulangi dengan cara menurunkan posisi tanaman lebih dalam dari posisi
semula untuk mengurangi penetrasi sinar matahari. Cara lain juga dapat
dilakukan dengan pemberian pupuk Nitrogen. Akan tetapi saran ini
masih perlu dikaji lebih lanjut.
Koc competitor
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan rumput laut ini salah satunya termasuk
tumbuhan penempel. Tumbuhan penempel bersifat kompetitor dalam menyerap nutrisi
untuk pertumbuhan, kadang-kadang algae filamen dapat menjadi pengganggu karena
menutupi permukaan rumput laut yang menghalangi proses penyerapan dan
fotosintesa. Tumbuhan penempel tersebut antara lain Hypnea, Dictyota,
Acanthopora, Laurencia, Padina, Amphiroa dan alga filamen seperti Chaetomorpha,
Lyngbya dan Symploca (Atmadja & Sulistijo, 1977).
Binatang penempel yang mengganggu apabila koloninya cukup besar menutupi batang rumput laut adalah tunikata yang dapat mengganggu proses fotosintesa. Gangguan ini dapat mengakibatkan tanaman menjadi busuk pada bagian yang tertutup total oleh tunikata.
SUMBER:
http//supmladong.kkp.go.id
Mulyadi A., 2014. Modul "Budidaya Rumput Laut" sebagai Bahan Ajar. Sekolah Usaha Perikanan Menengah (SUPM) Ladong, Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Aceh.
artikel ini sangat membantu terima kasih!
BalasHapus