Senin, 13 Mei 2019

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN GRASS CARP

I.  PENDAHULUAN
Grass  Carp  (Ctenopharyngodon idella) berasal dari China bagian timur dan USSR didatangkan  ke  Indonesia  pada tahun 1915 di Sumatera dan pada tahun 1949 didatangkan ke Jawa dengan tujuan untuk dibudidayakan.
Ikan Grass Carp atau dikenal juga dengan nama ikan Koan merupakan ikan herbivora yang hidup di air tawar. Ikan jenis ini pemakan tumbuhan air seperti Hydrilla sp, Salvinia,  rumput-rumputan    dan tumbuhan air lainnya, sehingga jenis ini dapat dipakai  sebagai  ikan  pengendali gulma air baik di kolam maupun di perairan umum.

II.  BIOLOGI
v  Secara  sistematis  ikan  Grass  Carp termasuk  dalam  kelas  Osteichthyes, ordo Cypriniformes, famili Cyprinidae.
v  Ikan Grass Carp dapat mencapai ukuran maksimal : panjang 120 cm dan bobot tubuh 20 kg.
v  Ciri-ciri   fisik   ikan    ini   adalah   warna   abu-abu gelap kekuningan dengan campuran perak  kemilau,  badan  memanjang, kepala  lebar dengan moncong bulai pendek, gigi paringeal dalam deretan ganda dengan bentuk seperti sisir.
v  Induk Grass Carp sudah dapat memijah pada umur 3 s/d 4 tahun dengan berat betina mencapai 3 kg dan jantan 2 kg, pemijahan biasanya terjadi pada musim penghujan.

III.  PEMBENIHAN
A.  Pemeliharaan Induk     
Induk-induk  dipelihara  di  kolam dengan kepadatan 0,2 s/d 0,3 kg/m2 setiap hari selain diberi pakan tumbuhan air atau rumput-rumputan  juga  diberi     pakan buatan berupa pellet sebanyak 3% dari berat  total  populasi   dengan  frekuensi pemberian sebanyak tiga kali per hari.
Tanda tanda induk matang gonad :
v  Betina : Perut bagian bawah membesar bila  ditekan  terasa   lembek,   lubang kelamin    kemerahan    dan    agak menyembul keluar serta gerakan relatif lamban.
v  Jantan : Dibandingkan dengan betina sirip dada bagian atas lebih kasar dan bila bagian perut diurut ke arah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih.

B.  Pemijahan
Cara pemijahan. ikan Grass Carp dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya :
a.    Induced breeding
v  Pemijahan   secara   "induced breeding"      yaitu      dengan menyuntikan      hormon perangsang yang berasal dari kelenjar hipofisa ikan donor atau menggunakan ovaprim.
v  Induk betina disuntik dua kali dengan selang waktu 4 s/d 6 jam,   apabila    menggunakan kelenjar hipofisa 2 dosis tetapi bila    menggunakan    ovaprim dengan   dosis   0,5   ml/kg. Penyuntikan pertama 1/3 bagian dan  penyuntikan  kedua  2/3 bagian.
v  Induk jantan disuntik sekali bila menggunakan kelenjar hipofisa 1 dosis,     bila     menggunakan ovaprim   0,15   cc/kg   dan dilakukan  bersamaan  dengan penyuntikan kedua pada induk betina.
v  Kedua  induk  ikan  setelah disuntik dimasukkan  ke dalam bak pemijahan yang dilengkapi dengan hapa, enam jam setelah penyuntikan  pertama  diperiksa kesiapan ovu/as/hya setiap satu jam sekali.
v  Ikan yang akan memijah biasanya dicirikan  dengan  saling  kejac, perut  besar dan  lunak,  keluar cairan kuning dari lubang kelamin atau lubang kelaminnya berwarna kemerah-merahan   dan   agak menyembul keluar.
v  Setelah   tanda-tanda   tersebut  terlihat,  induk jantan dan betina diangkat untuk dilakukan striping yaitu  dengan  mengurut  bagian perut ke arah lubang kelamin. Telurnya    ditampung    dalam wadah/baki plastik dan pada saat bersamaan induk jantan disthping dan   spermanya    ditampung dalam   wadah   yang    lain kemudian  diencerkan  dengan lamtan  fisiologis  (NaCI  0,9%) atau   cairan    infus    Sodium Klonda.
v  Sperma yang telah diencerkan dimasukkan  ke dalam wadah telur    secara    perlahan-lahan serta        diaduk        dengan menggunakan   bulu   ayam. Tambahkan  air  bersih  dan aduklah secara merata sehingga pembuahan dapat berlangsung dengan  baik.  Untuk  mencuci telur  dari  darah  dan  kotoran serta  sisa  sperma,  tambahkan lagi air bersih  kemudian  airnya dibuang. Lakukan beberapa kali sampai bersih,  setelah  bersih telur dipindahkan ke dalam wadah yang lebih besar dan berisi air serta   diberi   aerasi,   biarkan selama kurang lebih sa.tu jam sampai   mengembang   secara maksimal.

b.  Induced spawning
v  Pemijahan    secara    "induced spawning"  perlakuannya  sama seperti pada pemijahan induced breeding,  hanya  setelah  induk jantan   dan   betina   disuntik, dimasukkan   ke   dalam   bak pemijahan dan dibiarkan sampai terjadi pemijahan secara alami.
v  Setelah  memijah  maka  induk jantan dan betina dikeluarkan dari bak pemijahan dan telur yang sudah dibuahi ditampung dalam wadah  yang  berisi  air serta diaerasi  dan  dibiarkan  sampai mengembang secara maksimal.

C.  Penetasan Telur
Penetasan dilakukan di dalam hapa corong berdiameter 40 cm dan tinggi 40 cm dengan mengalirkan  air dari  bawah sebagai  aerasi  dan  untuk  memutar  air. Padat     penebaran      telur      10.000 butir/corong.  Telur  akan  menetas  dalam waktu ± 24 jam pada suhu 26 ° C.
Selain  di  dalam  hapa  corong, penetasan   juga   dapat   dilakukan   di akuarium  (40  X  60  X  40)  cm  yang dilengkapi aerasi.  Padat penebaran telur 5.000 butir/akuarium  pada  suhu  27  s/d 29° C, telur akan menetas dalam waktu ± 20 jam.

D.  Pemeliharaan Larva
Setelah  menetas  larva  dipelihara pada   corong   yang   sama,   namun sebelumnya telur-telur yang tidak menetas dibuang dahulu. Lama pemeliharaan dalam corong empat hari. Apabila telur ditetaskan di dalam akuarium, setelah menetas larva bisa dipelihara pada akuarium yang sama namun  sebelumnya  telur  yang  tidak menetas dan % bagian airnya dibuang terlebih dahulu dan diisi dengan air yang baru. Larva yang sudah berumur empat hari diberi pakan alami berupa nauplii Artemia, Brachionus atau Moina. Pemeliharaan larva selama 10 hari dan selama pemeliharaan air harus diganti setiap hari sebanyak 2/3 bagian.

E.  Pendederan
a.  Pendederan pertama
v  Persiapan  kolam  pendederan dilakukan  seminggu  sebelum penebaran larva yang meliputi : pengeringan, perbaikan, pematang,  pengolahan  tanah dasar dan pembuatan kemalir. Kolam yang digunakan luasnya 500 s/d 1.000 m2.
v  Kolam kemudian dikapur dengan kapur tohor. Dosis pengapuran 50 s/d 100 gr/m2, caranya kapur tohor dilarutkan terlebih dahulu kemudian  disebarkan  secara merata ke seluruh pematang dan dasar kolam.
v  Pemupukan dengan menggunakan  kotoran  ayam. Dosis pemupukan 500 s/d 700 gr/m , kemudian diisi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari kolam disemprot         menggunakan organophosphat 4 ppm.
v  Selang  4  s/d  6  hari  setelah penyemprotan benih Grass Carp sudah dapat ditebar,  sebaiknya pada pagi hari. Padat penebaran 300 s/d 400 ekor/m2.
v  Pemeliharaan     di     kolam pendederan pertama selama 21 hari.  Pakan  tambahan  diberikan setiap hari berupa pellet halus sebanyak 75 gr/1.000 ekor larva dengan   frekuensi   pemberian pakan 3 kali per hari.

b.  Pendederan kedua
v  Persiapan      kolam      pada pendederan   kedua   dilakukan sama seperti pada pendederan pertama.
v  Padat penebaran larva 50 s/d 100 ekor/m2. Larva setiap hari diberi pakan tambahan berupa pellet    sebanyak    10%    dari biomass   dengan   frekuensi pemberian pakan 3 kali per hari.
v  Lama   pemeliharaan   pada pendederan   kedua   selama 28 hari.


IV.  PENYAKIT
Penyakit yang  sering  menyerang benih Grass Carp adalah parasit, yaitu : Tfichodina,     Gyrodactylus,     Glosatella, Scypidia,   Chillodonella,   yang   biasanya menyerang bagian permukaan tubuh dan insang.    Cara   mengatasinya   dengan pemberian formalin 25 ppm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar