b
. Penebaran telur
- Setelah persiapan bak selesai, telur
ditebar dengan kepadatan telur yang ditebar antara 10-20
butir/lite. Penebaran telur dilakukan setelah perkembangan embrio
mencapai stadia neurola akhir, karena dari hasil pengamatan pada stadia
ini perkembangan embrio sampai menetas memerlukan waktu relatif lama. Telur
yang ditebarkan sebelum stadia neurola sering terjadi kerusakan karena
perkembangan stadia sebelumnya (blastula dan gastrula) sangat sensitif terhadap
perubahan lingkungan dan perkembangan embrio pada stadia tersebut berjalan
relatif cepat.
- Telur menetas antara 18-20 jam setelah
pemijahan pada suhu 27-19 o C.
- Larva ikan kerapu baru menetas disebut
sebagai D-0. Untuk menjaga kualitas air, cangkang-cangkang telur dan
telur yang tidak menetas segera disiphon.
c. Perkembangan larva
- Pada saat awal penetasan, aerasi
dikecilkan. Hal ini dimaksudkan agar larva kerapu yang baru menetas tidak
teraduk oleh arus yang ditimbulkan aerasi.
- Pada saat menetas (D-0) sampai D-2, larva
kerapu belum memanfaatkan pakan dari luar karena masih memiliki cadangan pakan
berupa kuning telur.
- larva mulai membutuhkan pakan dari luar
yaitu rotifera (Brachionus plicatilis).
- Pada umur D-8, bakal sirip punggung dan
sirip perut mulai tampak berupa tonjolan. Pada D-10 tonjolan tersebut sudah
terlihat panjang dan berbentuk spina. Pertambahan panjang spina berlangsung
sampai D-30 s/d D-35 dan selanjutnya akan berubah bentuk menjadi duri keras
pertama pada sirip punggung dan sirip perut.
- Pada D-40, larva ikan kerapu sudah mulai
menjadi ikan muda, hal ini ditandai dengan timbulnya pigmentasi warna putih
transparan sampai coklat muda (krem) seperti ikan dewasa.
d. Pakan dan pemberian pakan
- Pakan yang dipersiapkan untuk larva ikan
kerapu terdiri dari pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami yang
dipersiapkan melalui kultur massal secara terpisah seperti Chlorella Sp. ;
rotifera (Brachionus plicatilis); Artemia dan jambret (Mysidaceae).
- Sedangkan pakan buatan diberikan untuk
melengkapi kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak mencukupi.
e. Pengelolaan kualitas air
- Dilakukan penyiponan dasar bak bila
terlihat dasar bak kotor, larva juga diberikan Chlorella Sp. dengan kepadatan
250-300 ribu sel/ml. Pemberian Chlorella Sp. ini terus dilakukan sampai larva
berumr D-30.
- Pergantian air juga dilakukan sesuai dengan
umur larva. Pada D-5 sampai D-9 pergantian air 5 % per hari. Pada
D-10 sampai D-19 pergantian air 10-15 % per hari. D-20 sampai D-30 pergantian
air 20-30 % per hari dan mulai D-30 pergantian air dilakukan
50 % per hari.
- Pemanenan dapat dilakukan setelah larva
berumur 50 - 90 hari atau telah mencapai ukuran panjang 4-5 cm (2”).
TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU
Kegiatan budidaya ikan kerapu yang sudah mulai berkembang adalah pembesaran
dalam karamba jaring apung (KJA) di laut. Meskipun begitu, tidak tertutup
kemungkinan untuk budidaya ikan kerapu di bak terkontrol secara intensif maupun
di kolam air laut (tambak).
Pembesaran di
KJA
a. Pemilihan lokasi
faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan kegiatan budidaya
ikan kerapu di KJA adalah pemilihan lokasi. Parameter yang perlu diperhatikan
dalam pemilihan lokasi tersebut adalah:
·
Lokasi terlindung dari gangguan angin dan
gelombang yang kuat.
Kedalaman air minimal 15 m,
·
Lokasi harus terhindar dari pengaruh
pencemaran, mudah diperoleh sarana dan prasarana yang diperlukan. Selain itu
lokasi tersebut memenuhi persyaratan fisika dan kimia air seperti :
-
Salinitas 20-35 ppt
-
Suhu 27-32 o C
-
DO > 5 ppm
-
PH 7,5-9,0
-
Ammonia dan nitrit < 0,1 ppm
b. Sarana budidaya
·
Kerangka/rakit : berfungsi untuk
menempatkan kurungan (jaring), terbuat dari bahan bambu, kayu atau pipa
galvanis yang telah dicat anti karat. Bentuk dan ukuran kerangka/rakit
bervariasi tergantung dari ukuran yang digunakan, sebuah rakit biasanya terdiri
dari empat buah kurungan (jaring).
·
Pelampung : berfungsi untuk mengapungkan
keseluruhan sarana budidaya, dapat digunakan pelampung dari bahan drum
oplastik, drum besi atau pelampung styrofoam. Ukuran dan jumlah pelampung yang
dipergunakan disesuaikan dengan besarnya beban dan daya apung dari
pelampung, Pelampung diikatkan pada rakit dengan tali polyethylene (PE) Æ 0,8-1,0 cm.
·
Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan :
terbuat dari bahan polyethylene (PE). Pemilihan bahan-bahan ini
didasarkan atas daya tahannya terhadap pengaruh lingkungan dan harganya relatif
lebih murah jika dibandingkan degan bahan-bahan yang lain. Bentuk dan
ukuran kurungan bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang
dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan serta faktor kemudahan dalam
pengelolaannya. Ukuran kurungan ummnya adalah (2 x 2 x 2) m3;
(3 x 3 x 3)m3 atau (3 x 3 x 5) m3. Lebar mata (mesh
size) kurunga disesuaika degan ukuran ikan yang dibudidayakan, misalnya untuk
ikan panjang kurang dari 10 cm lebar mata digunakan adalah 8 mm (5/16 “),
panjang ikan 10-15 cm lebar mata 25 mm (1”) serta apabila panjang ikan
> 15 cm lebar mata adalah 25-50 mm (1-2”)
Jangkar : berfungsi untuk menahan
keseluruhan sarana budidaya agar tetap pada tempatnya. Jangkar yang
dipergunakan harus mampu menahan sarana budidaya dari pengaruh
arus, angin dan gelombang. Jangkar dapat terbuat dari besi,
karungberisi pasir atau balok semen/beton. Jangkar diikat dengan tali PE
dan panjangnya tergantung kedalaman perairan, biasanya
3 kali kedalaman perairan pada saat pasang tinggi.
Tehnik Pembesaran
·
Penebaran Benih : Benih ikan kerapu ukuran
panjang 4-5 cm (2”)
dari hasil tangkapan di alam maupun dari hasil produksi di tempat pembenihan
(hatchery) biasanya didederkan terlebih dahulu dalam bak beton atau waring
nylon sampai mencapai ukuran glondongan (10 cm) untuk kemudian ditransfer ke
karamba jaring apung di laut sampai mencapai ukuran konsumsi. Padat
penebaran untuk benih yang beratnya 20-50 gram/ekor adalah
100 ekor/m3 .
·
Pakan : Pakan yang biasanya diberikan dalam
pembesaran ikan kerapu adalah ikan rucah (trash fish) dalam bentuk segar,
seperti ikan selar, tamban atau layang. Jenis ikan ini mengandung protein
tinggi dan kadar lemaknya rendah. Rasio konversi pakan biasanya berkisar antara
7-8, artinya untuk mendapatkan daging ikan 1 kg diperlukan 7-8 kg ikan
rucah. Pakan yang diberikan sebaiknya dalam keadaan segar dengan dosis
5-10 % dari bobot biomas setiap harinya.
Pengelolaan ikan : Kurungan apung sebagai
tempat untuk membudidayakan ikan kerapu merupakan lingkungan yang
terbatas, sehinga kebebasan ikan terbatas pula. Akibat dari keadaan ini
terjadi pertumbuhan yang tidak
·
seragam karena adanya persaingan
dalam mendapatkan makanan, ruang gerak maupun perbedaan aktivitas
ikan.
·
Untuk itu dilakukan penjarangan dengan
jalan mengurangi kepadatan dipindah ke jaring lainnya.
·
Pengelolaan sarana budidaya : Sarana
budidaya berupa rakit, kurungan apung, pelampung dan sarana lainya harus
mendapat perawatan secara berkala.
·
Pengendalian Penyakit : Penyakit yang
banyak menyerang ikan kerapu yang dibudidayakan dalam karamba
jaring apung adalah disebabkan oleh krustacea, trematoda, protozoa, jamur, bakteri
dan virus. Krustacea dan trematoda biasanya menyerang insang, sedangkan
protozoa, jamur, bakteri dan virus menyerang bagian tubuh yang luka. Gejala
ikan kerapu yang sakit berbeda-beda tergantung penyakit yang menyerangnya serta
daya tahan tubuh ikan yang diserang. Gejala tersebut harus diketahui untuk
menentukan cara pengendalian yang tepat dan efisien.
Panen : Ukuran panen dapat disesuaikan
dengan permintaan pasar. Biasanya ukuran yang dikehendaki pasar (ukuran
konsumsi) adalah 0,5-1,5 kg per ekor ikan. Untuk mencapai ukuran 500-800 gram,
ikan kerapu tikus berbobot tebar 20-50 gram harus dipelihara
selama 10-12 bulan. Sedang untuk kerapu macan membutuhkan waktu 6-8 bulan.
·
Selama masa pemeliharaan diperlukan seleksi
ukuran (grading) setetah bulan kelima untuk mengurangi variasi ukuran yang
terlalu tajam sehingga diharapkan ukuran panen pada bulan ke-12 adalah relatif
seragam. Ikan kerapu tikus mempunyai harga jual yang tinggi biasanya dalam
keadaan hidup. Untuk itu penanganan pasca panen juga harus dilakukan dengan
sangat hati-hati.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1993. Petunjuk Pelaksanaan
Penangulangan Penyakit Ikan. Direktorat Sumber Hayati. Ditjen Perikanan.
Jakarta.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol.
III No. 4 Tahub 1997
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma, et. al.
1998, Tanaman berkhasiat Obat di Indonesia, hal 133-136, Penerbit Pustaka
Kartini.
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma dan Dr.
Setiawan Dalimartha., 1997 Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi.
Hal 80-82, Penebar Swadaya, Jakarta.
Resmiyati
Purba, Waspada, Mustahal dan Susanti Diani. 1993.Kelangsungan Hidup Dan
Pertumbuhan Kerapu Macan (Epinephelus fuscoguttatus) Umur Sampai 35 Hari
Dengan Padat Tebar Yang Berbeda. Jurnal Penelitan Budidaya Pantai. Vol. 9. No.
5.1993. Bojonegoro-Serang.
Santoso B dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri
Kesehatan Ikan “Kerapu Macan Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi
Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Susanti Diani
dan Akhmad Rukyani. 1989. Pengendalian Penyakit Dalam Kurungan Apung di Laut.
Makalah temu tugas pemanfaatan sumberdaya hayati lautan bagi budidaya, Serang.
23 – 24 Mei 1989.
Zufran
et.al.,Parasit pada Ikan Kerapu Di Panti Benih dan Upaya
Penanggulangannya,Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia vol.III No.4 Tahun 1997
infonya bermanfaat
BalasHapusMaterinya sangat membantu
BalasHapus