Jumat, 06 Desember 2019

IKAN KERAPU PART 2


b




.   Penebaran telur
-       Setelah  persiapan bak selesai, telur ditebar dengan kepadatan telur yang ditebar antara 10-20 butir/lite.   Penebaran telur dilakukan setelah perkembangan embrio mencapai stadia neurola akhir, karena  dari hasil pengamatan pada stadia ini perkembangan embrio sampai menetas memerlukan waktu relatif lama. Telur yang ditebarkan sebelum stadia neurola sering terjadi kerusakan karena perkembangan stadia sebelumnya (blastula dan gastrula) sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan perkembangan embrio pada stadia tersebut berjalan relatif cepat.
-       Telur menetas antara 18-20 jam setelah pemijahan pada suhu 27-19 o C.
-       Larva ikan kerapu baru menetas disebut sebagai D-0.  Untuk menjaga kualitas air, cangkang-cangkang telur dan telur yang tidak menetas segera disiphon.
c.   Perkembangan larva
-       Pada saat awal penetasan, aerasi dikecilkan. Hal ini dimaksudkan agar larva kerapu yang baru menetas tidak teraduk oleh arus yang ditimbulkan aerasi.

-       Pada saat menetas (D-0) sampai D-2, larva kerapu belum memanfaatkan pakan dari luar karena masih memiliki cadangan pakan berupa kuning telur.
-       larva mulai membutuhkan pakan dari luar yaitu rotifera (Brachionus plicatilis).
-       Pada umur D-8, bakal sirip punggung dan sirip perut mulai tampak berupa tonjolan. Pada D-10 tonjolan tersebut sudah terlihat panjang dan berbentuk spina. Pertambahan panjang spina berlangsung sampai D-30 s/d D-35 dan selanjutnya akan berubah bentuk menjadi duri keras pertama pada sirip punggung dan sirip perut.
-       Pada D-40, larva ikan kerapu sudah mulai menjadi ikan muda, hal ini ditandai dengan timbulnya pigmentasi warna putih transparan sampai coklat muda (krem) seperti ikan dewasa.
d.   Pakan dan pemberian pakan
-       Pakan yang dipersiapkan untuk larva ikan kerapu terdiri dari pakan alami dan pakan buatan.  Pakan alami yang dipersiapkan melalui kultur massal secara terpisah seperti Chlorella Sp. ; rotifera (Brachionus plicatilis);  Artemia dan jambret (Mysidaceae).
-       Sedangkan pakan buatan diberikan untuk melengkapi kebutuhan nutrisi larva jika pakan alami tidak mencukupi. 
e.   Pengelolaan kualitas air
-       Dilakukan penyiponan dasar bak bila terlihat dasar bak kotor, larva juga diberikan Chlorella Sp. dengan kepadatan 250-300 ribu sel/ml. Pemberian Chlorella Sp. ini terus dilakukan sampai larva berumr D-30.
-       Pergantian air juga dilakukan sesuai dengan umur larva. Pada D-5 sampai D-9 pergantian air 5 % per hari. Pada   D-10 sampai D-19 pergantian air 10-15 % per hari. D-20 sampai D-30 pergantian air 20-30 % per hari dan mulai    D-30 pergantian air dilakukan 50 % per hari.    
-       Pemanenan dapat dilakukan setelah larva berumur 50 - 90 hari atau telah mencapai ukuran panjang 4-5 cm (2”).          

TEKNIK PEMBESARAN IKAN KERAPU
            Kegiatan budidaya ikan kerapu yang sudah mulai berkembang adalah pembesaran dalam karamba jaring apung (KJA) di laut. Meskipun begitu, tidak tertutup kemungkinan untuk budidaya ikan kerapu di bak terkontrol secara intensif maupun di kolam air laut (tambak).
Pembesaran di KJA
a.    Pemilihan lokasi
            faktor yang perlu diperhatikan untuk menunjang keberhasilan kegiatan budidaya ikan kerapu di KJA adalah pemilihan lokasi. Parameter yang perlu diperhatikan dalam pemilihan lokasi tersebut adalah:
·         Lokasi terlindung dari gangguan angin dan gelombang yang kuat.
Kedalaman air minimal 15 m,
·         Lokasi harus  terhindar dari pengaruh pencemaran, mudah diperoleh sarana dan prasarana yang diperlukan. Selain itu lokasi tersebut  memenuhi persyaratan fisika dan kimia air seperti :
-     Salinitas 20-35 ppt
-          Suhu 27-32 o C
-          DO > 5 ppm
-          PH 7,5-9,0
-          Ammonia dan nitrit < 0,1 ppm
b.    Sarana budidaya
·         Kerangka/rakit : berfungsi untuk menempatkan kurungan (jaring), terbuat dari bahan bambu, kayu atau pipa galvanis yang telah dicat anti  karat. Bentuk dan ukuran kerangka/rakit bervariasi tergantung dari ukuran yang digunakan, sebuah rakit biasanya terdiri dari empat buah kurungan (jaring).
·         Pelampung : berfungsi untuk mengapungkan keseluruhan sarana budidaya, dapat digunakan pelampung dari bahan drum oplastik, drum besi atau pelampung styrofoam. Ukuran dan jumlah pelampung yang dipergunakan disesuaikan dengan besarnya beban  dan daya apung dari pelampung, Pelampung diikatkan pada rakit  dengan tali polyethylene (PE) Æ 0,8-1,0 cm.
·         Kurungan atau wadah untuk memelihara ikan : terbuat dari bahan polyethylene (PE).   Pemilihan bahan-bahan ini didasarkan atas daya tahannya terhadap pengaruh lingkungan dan harganya relatif lebih murah jika dibandingkan degan bahan-bahan yang lain.  Bentuk dan ukuran kurungan bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh jenis ikan yang dibudidayakan, ukuran ikan, kedalaman perairan serta faktor kemudahan dalam pengelolaannya.  Ukuran kurungan ummnya adalah (2 x 2 x 2) m3; (3 x 3 x 3)m3 atau (3 x 3 x 5) m3.  Lebar mata (mesh size) kurunga disesuaika degan ukuran ikan yang dibudidayakan, misalnya untuk ikan panjang kurang dari 10 cm lebar mata digunakan adalah 8 mm (5/16 “), panjang ikan 10-15 cm lebar mata 25 mm (1”) serta apabila panjang ikan  > 15 cm lebar mata adalah 25-50 mm (1-2”)
Jangkar : berfungsi untuk menahan keseluruhan  sarana budidaya agar tetap pada tempatnya.  Jangkar yang dipergunakan harus mampu menahan sarana  budidaya  dari pengaruh arus, angin dan gelombang.  Jangkar dapat terbuat dari besi, karungberisi pasir atau balok semen/beton. Jangkar diikat dengan tali PE dan  panjangnya tergantung kedalaman perairan, biasanya       3 kali kedalaman perairan pada saat  pasang tinggi.

 Tehnik Pembesaran
·         Penebaran Benih : Benih ikan kerapu ukuran panjang           4-5 cm (2”) dari hasil tangkapan di alam maupun dari hasil produksi di tempat pembenihan (hatchery) biasanya didederkan terlebih dahulu dalam bak beton atau waring nylon sampai mencapai ukuran glondongan (10 cm) untuk kemudian ditransfer ke karamba jaring apung di laut sampai mencapai ukuran konsumsi. Padat  penebaran untuk benih yang beratnya 20-50 gram/ekor adalah         100 ekor/m3 .
·         Pakan : Pakan yang biasanya diberikan dalam pembesaran ikan kerapu adalah ikan rucah (trash fish) dalam bentuk segar, seperti ikan selar, tamban atau layang. Jenis ikan ini mengandung protein tinggi dan kadar lemaknya rendah. Rasio konversi pakan biasanya berkisar antara 7-8, artinya untuk mendapatkan daging ikan 1 kg diperlukan 7-8 kg ikan rucah.  Pakan yang diberikan sebaiknya dalam keadaan segar dengan dosis 5-10 % dari bobot biomas setiap harinya. 
Pengelolaan ikan : Kurungan apung sebagai tempat untuk membudidayakan ikan kerapu  merupakan lingkungan yang terbatas, sehinga kebebasan ikan terbatas pula.  Akibat dari keadaan ini terjadi pertumbuhan yang tidak
·         seragam karena adanya persaingan dalam  mendapatkan makanan, ruang gerak maupun perbedaan  aktivitas ikan.
·         Untuk itu dilakukan penjarangan dengan jalan mengurangi kepadatan dipindah ke jaring lainnya.
·         Pengelolaan sarana budidaya : Sarana budidaya berupa rakit, kurungan apung, pelampung dan sarana lainya harus mendapat perawatan secara berkala. 
·         Pengendalian Penyakit :  Penyakit yang banyak  menyerang ikan kerapu  yang dibudidayakan dalam karamba jaring apung adalah disebabkan oleh krustacea, trematoda, protozoa, jamur, bakteri dan virus. Krustacea dan trematoda biasanya menyerang insang, sedangkan protozoa, jamur, bakteri dan virus menyerang bagian tubuh yang luka. Gejala ikan kerapu yang sakit berbeda-beda tergantung penyakit yang menyerangnya serta daya tahan tubuh ikan yang diserang. Gejala tersebut harus diketahui untuk menentukan cara pengendalian yang tepat dan efisien.


Panen : Ukuran panen dapat disesuaikan dengan permintaan pasar. Biasanya ukuran yang dikehendaki pasar (ukuran konsumsi) adalah 0,5-1,5 kg per ekor ikan. Untuk mencapai ukuran 500-800 gram, ikan kerapu tikus berbobot tebar    20-50 gram harus dipelihara selama 10-12 bulan. Sedang untuk kerapu macan membutuhkan waktu 6-8 bulan.
·         Selama masa pemeliharaan diperlukan seleksi ukuran (grading) setetah bulan kelima untuk mengurangi variasi ukuran yang terlalu tajam sehingga diharapkan ukuran panen pada bulan ke-12 adalah relatif seragam. Ikan kerapu tikus mempunyai harga jual yang tinggi biasanya dalam keadaan hidup. Untuk itu penanganan pasca panen juga harus dilakukan dengan sangat hati-hati.


DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1993. Petunjuk Pelaksanaan Penangulangan Penyakit Ikan. Direktorat Sumber Hayati. Ditjen Perikanan. Jakarta.
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia Vol. III No. 4 Tahub 1997
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma, et. al. 1998, Tanaman berkhasiat Obat di Indonesia, hal 133-136, Penerbit Pustaka Kartini.
Prof. H. M. Hembing Wijayakusuma dan Dr. Setiawan Dalimartha., 1997 Ramuan Tradisional Untuk Pengobatan Darah Tinggi. Hal 80-82, Penebar Swadaya, Jakarta.
Resmiyati Purba, Waspada, Mustahal dan Susanti Diani. 1993.Kelangsungan Hidup Dan Pertumbuhan Kerapu Macan  (Epinephelus fuscoguttatus) Umur Sampai 35 Hari Dengan Padat Tebar Yang Berbeda. Jurnal Penelitan Budidaya Pantai. Vol. 9. No. 5.1993. Bojonegoro-Serang.
Santoso B dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Kerapu Macan Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Susanti Diani dan Akhmad Rukyani. 1989. Pengendalian Penyakit Dalam Kurungan Apung di Laut. Makalah temu tugas pemanfaatan sumberdaya hayati lautan bagi budidaya, Serang. 23 – 24 Mei 1989.
Zufran et.al.,Parasit pada Ikan Kerapu Di Panti Benih dan Upaya Penanggulangannya,Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia vol.III No.4 Tahun 1997

2 komentar: