Senin, 25 Juli 2022

MANFAAT DARI MEMBUAT PAKAN IKAN SENDIRI

 


 Bagi Anda yang hobi memancing atau memiliki usaha ternak ikan, pelet adalah sebuah hal yang harus diperhatikan. Pelet bukan hanya makanan untuk menarik ikan agar bisa terpancing oleh kail, tetapi juga makanan rutin bagi ikan-ikan ternak Anda. Untuk itu, penting bagi Anda mencari tahu cara membuat pelet ikan yang benar dan bisa mengapung.
Mengapa pelet ikan apung ini penting? Pasalnya, pelet ikan apung lebih disenangi oleh ikan, lebih mudah dicerna, dan tentunya tidak akan mencemari habitat ikan.
Habitat yang kotor akan pelet tidak membuat ikan-ikan menjadi nyaman, dan memengaruhi kesehatan mereka. Anda tentunya tidak mau bukan ikan-ikan ternak Anda menjadi sakit bahkan mati karena habitat yang kotor?
Apalagi, habitat ikan yang kotor juga akan merugikan. Pasalnya, Anda harus mengeluarkan biaya dan tenaga lebih untuk membersihkan habitat ikan ternak.

Sayangnya, pelet ikan apung memang cenderung lebih mahal daripada pelet ikan tenggelam. Selain itu, ada banyak rumor yang beredar bahwa pelet ikan apung sulit untuk dibuat sendiri. Untuk itu, terkadang banyak orang yang malas untuk membeli pelet ikan apung apalagi membuatnya.
Namun rumor itu tidak sepenuhnya tepat, karena Anda bisa membuat pelet ikan apung di rumah, lho! Hanya saja, berbeda dengan pelet ikan biasa, cara membuat pelet ikan apung memang lebih detil dan membutuhkan ketelitian. Untuk itu, ada beberapa hal yang harus Anda lakukan saat membuat pelet ikan apung. Apa sajakah itu?

Perhatikan Mutu Bahan Pelet

Ada beberapa kriteria yang dapat menentukan mutu bahan pelet ikan apung. Yang pertama, nilai gizi. Pelet bukanlah sekadar makanan untuk memancing ikan. Pelet haruslah bergizi tinggi karena apa yang dimakan oleh ikan, tentunya memengaruhi kualitas ikan.
Pelet tanpa kandungan gizi maksimal akan membuat ikan menjadi kurus dan sakit-sakitan. Bagi para peternak ikan, hal tersebut tentunya merugikan.
Yang kedua, pelet ikan apung haruslah bebas racun dan bukan makanan pokok manusia. Apa yang aman dimakan oleh manusia, belum tentu aman dimakan oleh ikan.
Untuk itu kita tidak boleh sembarangan menjadikan makanan sebagai pelet ikan apung. Yang ketiga, pelet haruslah memiliki tekstur yang lembut agar mudah dimakan oleh ikan, dan juga mudah untuk diolah dan diperoleh supaya tidak menyulitkan kita.
Yang terakhir dan tak kalah penting, pilihlah bahan-bahan dengan harga terjangkau. Terjangkau bukan berarti murahan. Lakukan riset terlebih dahulu untuk memastikan berapa standar harga untuk bahan-bahan pelet ikan apung. Jangan terbuai dengan harga murah, tetapi jangan pula membeli bahan dengan harga yang terlalu mahal.
Banyak peternak amatir yang meremehkan mutu bahan pembuat pelet ikan apung dan asal-asalan dalam membeli bahan baku. Mereka berpikir bahwa makanan ikan tak perlu dipikirkan kandungan gizinya, karena pada akhirnya ikan-ikan tersebut akan dibersihkan juga setelah dipancing. Ini jelas pemikiran yang salah besar.

Pelet sebagai makanan ikan jelas memengaruhi kualitas ikan, seperti yang telah disinggung di atas. Pelet dengan bahan dasar berkualitas tinggi akan dapat menggemukkan ikan, dan juga meningkatkan gizi ikan-ikan yang bersangkutan.
Ikan dengan gizi tinggi tentunya akan menyehatkan para manusia yang mengonsumsinya. Jadi, siapa bilang pakan untuk hewan tak perlu diperhatikan dengan matang?

Mempersiapkan Bahan-Bahan dengan Cermat

Setelah membeli bahan-bahan bermutu tinggi, yang harus Anda lakukan adalah mempersiapkan dan menakar kuantitas bahan tersebut. Untuk membuat pelet yang dapat mengapung dengan sempurna, Anda tidak bisa mencampur semua bahan dengan takaran seenaknya. Untuk itu, berikut detil bahan-bahan dan takaran yang tepat dalam pembuatan pelet ikan apung yang berkualitas:
  • 10 gram garam mineral
  • 80 gram kaldu
  • 200 gram tepung kedelai
  • 100 gram tepung darah (tepung hasil limbah pemotongan hewan ternak)
  •  50 gram vitamin
  •  350 gram tepung daun turi
  •  350 gram dedak halus
  •  100 gram tepung terigu
  •  120 gram tepung ikan
  •  150-200 gram tepung tapioka

Mulai Membuat Pelet Ikan Apung

Setelah mempersiapkan bahan-bahan, kini kita bisa mulai untuk menyimak cara membuat pelet ikan apung. Langkah-langkahnya sangat mudah, bahkan bisa langsung dilakukan oleh Anda yang masih awam. Nah, bagaimanakah langkah-langkahnya? Ini dia:

1. Giling Bahan-Bahan Sampai Halus

Langkah ini penting dilakukan apabila bahan-bahan yang Anda beli belum dihaluskan. Namun bila Anda membeli bahan-bahan jadi yang memang sudah dihaluskan, Anda bisa melewati langkah ini.


Bagi Anda yang masih awam dalam proses pembuatan pelet ikan apung, disarankan bagi Anda untuk membeli bahan-bahan yang sudah dihaluskan. Hal ini bertujuan agar Anda tidak terlalu banyak membuang waktu dan tidak melakukan kesalahan saat menghaluskan bahan, yang nantinya akan membuat pelet ikan tidak mengapung sempurna.

2. Tambah Bahan Perekat

Usai mempersiapkan bahan-bahan dengan ukuran yang tepat, Anda tidak bisa serta merta mencampurkan semuanya sekaligus, di waktu yang sama. Untuk menghasilkan pelet ikan yang padat dan pulen, pertama-tama, tambah bahan yang mampu menjadi perekat, seperti tepung tapioka dengan takaran 10%-20% dari total campuran bahan pembuat pelet ikan apung.
Tepung kanji atau tapioka teksturnya akan berubah seperti lem setelah disiram air. Bahan ini harus dimasukkan terlebih dahulu supaya dapat merekatkan bahan-bahan lainnya ketika dicampur nanti.
Apabila Anda tidak memiliki tepung tapioka, Anda juga bisa menggunakan tepung gaplek atau tepung onggok. Keduanya sama-sama terbuat dari singkong dan akan lengket saat disiram dengan air.

3. Tambahkan Sumber Protein

Sumber protein dalam bahan-bahan pembuat pelet ikan apung sudah pasti adalah tepung ikan. Tepung ikan amat kaya akan DHA dan EPA, dan akan meningkatkan kualitas ikan yang Anda pancing. Kadar air rendah dalam proses penggilingan ikan membuat tepung ini memliki asam amino esensial lengkap.
Anda juga bisa mengganti tepung ikan dengan tepung jeroan atau kepala udang. Keduanya sama-sama memiliki kadar protein tinggi dan bermanfaat bagi ikan yang Anda pancing.

4. Masukkan Bahan-Bahan Pelengkap

Setelah itu, masukkan bahan-bahan pelengkap lainnya dimulai dari dedak, vitamin (disarankan vitamin B kompleks), dan disusul dengan bahan-bahan lain. Masukkan dengan hati-hati, jangan sampai ada yang tumpah dan merusak adonan.
Agar pelet ikan apung lebih sehat dan bergizi, Anda juga bisa menambahkan kalsium karbonat dengan jumlah sekitar 1% – 2 % dari total berat bahan keseluruhan. Namun hal ini sifatnya tentatif, karena bahan-bahan lain pun sudah cukup untuk menunjang gizi ikan.

5. Campur dengan Menggunakan Mesin Ekstruder

Untuk membuat pelet ikan apung yang berkualitas, tak dapat dimungkiri bahwa Anda membutuhkan mesin ekstruder. Apa itu mesin ekstruder? Mesin ekstruder adalah mesin yang dapat mencampur, mencetak, dan mengeringkan pelet ikan, sehingga Anda tidak perlu menghabiskan waktu untuk menguleni adonan pelet ikan apung dan mengeringkannya.

Ada beberapa langkah yang harus Anda lewati saat menggunakan mesin ekstruder untuk membuat pelet ikan. Berikut langkah-langkahnya:
  • Tahap pencampuran (blending): Dalam tahap ini, semua bahan dipersiapkan masuk ke dalam mesin ekstruder, seperti apa yang sudah dijelaskan di atas.
  • Tahap penambahan air: Tahap ini sekilas terlihat mudah, tetapi jangan dianggap remeh. Anda harus menyesuaikan air yang ditambahkan hingga kelembapan adonan menjadi merata dan cukup. Bila air kurang atau terlalu banyak, adonan tidak akan terekstrusi sempurna dan membuat pelet ikan tidak akan bisa mengapung dengan mudah.
  • Tahap cetak/ekstrusi: Usai memastikan bahwa adonan telah pulen dan juga cukup lembab, kini Anda akan memasuki tahap cetak alias ekstrusi. Adonan yang dimasukkan ke dalam mesin dicetak menjadi pelet-pelet ikan dengan bentuk dan kandungan yang seragam.
  • Tahap pasca-ekstrusi: Usai pelet ikan dicetak, maka pelet-pelet ikan tersebut harus dimasukkan ke dalam pengering yang tersedia pada mesin ekstruder. Proses pengeringan ini sangat berpengaruh terhadap pengapungan pelet ikan. Pelet ikan yang kering akan lebih ringan dan tentunya mudah mengapung.

6. Kemas dengan Baik

Anda bisa menjual kembali pelet-pelet ikan apung yang sudah Anda produksi. Mengingat usaha ternak ikan adalah usaha yang tak pernah mati, maka pelet ikan pun akan selalu diminati. Apalagi pelet ikan apung yang sudah jelas lebih ramah lingkungan dan lebih sehat bagi ikan.
Untuk itu, jangan lupa mengemas pelet ikan apung usai Anda membuatnya. Anda tak perlu membeli kemasan yang mahal. Plastik pun cukup untuk mengemasi pelet ikan apung yang sudah Anda produksi. Meski begitu, pastikan Anda merekatkan plastik pembungkus dengan baik, agar pelet ikan apung menjadi terlihat rapi dan juga tahan lama.

Bagi yang membuat pelet ikan apung untuk konsumsi pribadi (memberi makan ikan-ikan ternak Anda sendiri), proses pengemasan juga penting. Anda tentunya tidak mau pelet ikan apung yang sudah susah payah dibuat, kemudian terbuang karena mudah basi dan tidak tahan lama.
Maka dari itu, pastikan Anda telah mengemas pelet ikan apung yang diproduksi dengan baik. Jangan lupa untuk menyimpannya dalam suhu normal agar tidak mudah rusak.



Manfaat Membuat Pelet Ikan Apung Sendiri

 

 

Cara membuat pelet ikan apung memang tak sesulit yang dibayangkan, bukan? Dengan bantuan mesin ekstruder, pelet ikan apung pun dapat dengan mudah diproduksi di rumah Anda.
Masalahnya, masih ada banyak orang yang merasa jengah membuat pelet ikan apung sendiri. Sebagian orang ini menganggap kalau membeli pelet ikan apung yang sudah jadi akan lebih praktis dan tidak melelahkan.

Padahal, dibandingkan membeli pelet ikan apung yang sudah jadi, ada lebih banyak manfaat dari membuat pelet ikan apung sendiri. Apa sajakah manfaatnya? Ini dia:
  1. Anda bisa mengontrol gizi untuk ikan-ikan ternak.
  2. Anda tidak akan tertipu dengan kandungan yang berkualitas rendah atau bahkan berbahaya bagi ikan-ikan ternak.
  3. Anda bisa menjadikan pelet ikan apung ini sebagai bisnis pelet ikan dan memperoleh penghasilan tambahan.
  4. Anda bisa memproduksi pelet ikan apung sesuai dengan kebutuhan sendiri.
Jelas tidak ada ruginya mempelajari cara membuat pelet ikan apung dan mempraktikkannya di rumah Anda sendiri. Pelet ikan apung buatan sendiri jelas lebih terjamin mutunya dan dapat dikontrol keamanannya. Dengan demikian, ikan ternak Anda pun akan lebih sehat dan lebih berkualitas. Hal ini jelas akan menjadi nilai tambah bagi Anda selaku peternak ikan.


Rabu, 20 Juli 2022

MANFAAT IKAN




 Ikan dikenal sebagai salah satu sumber protein yang baik bagi tubuh, selain daging dan ayam. Namun, penduduk Indonesia masih tergolong rendah dalam hal mengonsumsi ikan, terutama penduduk di pulau Jawa. Di Jawa, konsumsi ikan masih 32 kg per kapita per tahun, sementara di Sumatera dan Kalimantan konsumsi ikannya antara 32-43 per kapita per tahun, dan di Indonesia bagian timur sebanyak 40 kg per tahun, menurut data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan. Padahal, manfaat makan ikan sangat banyak, terutama pada anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan.

Ikan termasuk makanan yang rendah lemak tinggi protein dan merupakan sumber asam lemak omega 3 (lemak baik). Karena tubuh manusia jarang mendapatkan nutrisi penting ini dalam jumlah besar maka ikan merupakan makanan yang sangat baik untuk dikonsumsi. Selain itu ikan juga rendah lemak atau disebut asam lemak omega-6 di mana kandungan ini sering ditemukan dalam daging merah. Dulu orang beranggapan bahwa kebanyakan makan ikan bisa menyebabkan cacingan sehingga anak-anak kecil pun enggan untuk memakan ikan. Tapi sekarang makan ikan sangat dianjurkan karena dipercaya dapat mencegah penyakit jantung dll. Beberapa studi kesehatan yang menghubungkan khasiat ikan dengan jantung memperlihatkan bahwa jenis hewan ini sangat bersahabat dengan organ jantung sampai saat ini pun sudah lebih dari 5000 publikasi penelitian di dunia yang melaporkan khasiat ikan terhadap kesehatan jantung. Salah satu penelitian tertua adalah yang dilakukan dua peneliti Denmark di tahun 1970. Mereka menemukan fakta rendahnya kasus kematian orang Eskimo akibat penyakit jantung koroner walaupun mereka banyak mengkonsumsi makanan berlemak tinggi. Dan ternyata rahasia dibalik fakta ini adalah orang Eskimo memiliki kebiasaan untuk menyantap daging ikan. Tetapi bukan hanya jantung saja yang bisa di sembuhkan oleh khasiat ikan. Beberapa penyakit pun dapat disembuhkan oleh khasiat ikan. 
Dengan mengonsumsi ikan produksi negeri sendiri, rakyat Indonesia bisa membantu menaikan taraf hidup nelayan. Dengan bertambahnya permintaan pasar terhadap ikan, tentu geliat perekonomian nelayan akan dapat kita lihat.
Selain dapat membantu meningkatkan taraf hidup nelayan, mengonsumsi sumber pangan dari laut, khususnya ikan, juga dapat memberikan keuntungan bagi diri kita.
Sayangnya, banyak penduduk Indonesia yang lebih memilih untuk makan daging dan ayam sebagai sumber protein dibandingkan ikan. Padahal, nutrisi dalam ikan sangat tinggi, bahkan lebih tinggi dibanding daging dan ayam. Ditambah lagi, harga ikan mungkin lebih terjangkau dibandingkan daging dan ayam.

Dan berikut adalah beberapa khasiat ikan yang bisa kita dapatkan :
  1. Khasiat ikan dapat menekan resiko stroke dan serangan jantung hal ini karena ikan mengandung asam lemak dan omega-3 yang sangat dibutuhkan oleh otak. Mengkonsumsi ikan secara rutin dan teratur setiap pekannya dapat menekan resiko penyakit jantung pada pria ataupun perempuan.
  2. Rendah lemak khasiat ikan yang satu ini adalah rendah lemak karena sebagian besar ikan memiliki kandungan total lemak yang paling rendah dibandingkan sumber protein hewani yang lainnya terutama ikan tuna sirip kuning.
  3. Sumber protein, vitamin dan mineral khasiat ikan ini adalah mampu menyerap nutrisi yang terdapat dalam ikan karena ikan memiliki kandungan vitamin A, vitamin D, fosfor, magnesium, selenium, yodium dan kalsium. Dasarnya ikan memiliki protein hewani yang sama dengan daging sapi, tapi kelebihan ikan adalah tidak memiliki lemak yang tinggi.
  4. Khasiat ikan dapat mengurangi kolesterol LDL (kolesterol jahat), ini karena ikan memiliki kandungan lemak jenuh paling sedikit dengan protein hewani lainnya seperti daging ayam, udang ataupun lobster. Dan lemak jenuh sendiri memiliki peranan penting untuk menaikan kadar kolesterol jahat dalam darah.
  5. Khasiat ikan dapat mengurangi peradangan dan sakit sendi hal ini karena ikan memiliki kandungan asam lemak omega-3 ikan tuna, salmon, makarel ataupun sarden yang bisa menghilangkan resiko peradangan dan sakit sendi.
  6. Khasiat ikan dapat menambah nutrisi otak hal ini karena ikan mengandung asam lemak omega-3 yang sangat penting untuk otak. Asupan nutrisi ini sangat dibutuhkan untuk meningkatkan stamina otak.
Semua kandungan positif yang terdapat dalam ikan tidak akan kita rasakan apabila kita memilih ikan yang salah. Bukan salah jenis ikannya akan tetapi salah memilih ikan yang tidak dalam keadaan segar atau salah dalam proses pengolahannya. Para peneliti tidak memberikan penjelasan jenis ikan apa saja yang memeberikan khasiat ikan yang terbaik, tapi ikan salmon dipercaya memiliki kandungan omega-3 yang cukup tinggi. Dan beberapa pengolahan sebenarnya cukup baik untuk ikan tapi pengolahan dengan cara digoreng atau dibakar dengan olesan mentega maka akan meningkatkan kadar lemak jadi tidak disarankan untuk terlalu sering dikonsumsi. Selain itu minyak goreng yang dipanaskan akan menurunkan kadar omega-3 dalam ikan sehingga efek protektif bagi jantung berkurang. Selain jenisnya salah satu yang paling berpengaruh terhadap komposisi nutrisi ikan ialah tempat hidupnya. Berdasarkan tempat hidupnya ikan dikategorikan menjadi ikan yang hidup di air tawar dan air laut. Ikan air tawar yang umum dikonsumsi adalah ikan lele, mas, nila, gurame, dan patin. Ikan air laut yang umum dikonsumsi berasal dari kelompok pelagis dan demersal. Ikan pelagis merupakan ikan perenang cepat, gemar bermigrasi dan biasanya hidup di dekat permukaan laut. Contohnya ialah ikan tuna, tongkol, cakalang, marlin, sardin, dan mackerel. Ikan demersal (groundfish) hidup dan mencari makanan di dekat dasar laut. Contohnya ialah ikan kerapu, kuwe, halibut dan kakap merah.
Daging ikan baik ikan air laut maupun ikan air tawar terdiri dari daging berwarna merah (dark meat) dan putih. Daging merah mengandung pigmen darah merah, pigmen otot, jaringan ikat dan pembuluh darah yang tinggi. Kelompok ikan pelagis biasanya memiliki banyak bagian daging merah karena membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk bergerak dan mengandalkan metabolisme jaringan lemak dan konsumsi oksigen tinggi yang terjadi dalam daging merah. Sementara daging putih memiliki jenis-jenis protein yang berkualitas tinggi. Pada umumnya, ikan air tawar dan demersal memiliki daging putih yang dominan dan sedikit sekali daging merah.
Kualitas protein ikan sangat tinggi karena mengandung berbagai asam amino esensial (tidak diproduksi oleh tubuh) dalam jenis dan jumlah yang mendekati kebutuhan manusia. Fungsi utama protein bagi tubuh ialah untuk pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, pembentukan senyawa tubuh yang esensial, regulasi keseimbangan air, memepertahankan netralitas pH tubuh, pembentukan antibodi dan pengangkutan zat gizi. Ikan yang kandungan proteinnya cukup tinggi diantaranya ialah mackerel, salmon, marlin, tuna, cakalang, hiu, dan kakap. Ikan memiliki kandungan asam amino sistin dan metionin yang tinggi. Jika dibandingkan dengan protein susu, kandungan asam-asam amino arginin, histidin, lisin dan sistin ikan lebih banyak.

Rabu, 13 Juli 2022

MORFOLOGI Ikan Sepat Siam (Trichogaster pectoralis Regan)









Sistematika
:

Ordo
:
Labyritnhici
Subordo
:
Anabantoidea
Famili
:
Anabantidae
Genus
:
Trichogaster
Spesies
:
Trichogaster pectoralis
Nama Indonesia
:
Sepat siam, Sepat siem, Sape siam

Ciri-ciri Morfologis
Klasifikasi dan Morfologi Ikan Sepat Siam – Ikan sepat siam atau rawa adalah salah satu jenis ikan air tawar yang termasuk dalam genus Trichogaster dengan famili osphronemidae ( ikan gurami ). Ikan sepat ini memiliki sebutan Siamese gouram dalam bahasa inggris dan thalaindikan ini sering disebut sebagai snake – skin gourami.
Pada umumnya ikan sepat siam ini memiliki bentuk tubuh sedang, dengan panjang mencapai 20-25 cm bahkan lebih, berbentuk pipih, dengan mulut yang meruncing.
Secara umumnya ikan sepat siam ini memiliki ukuran sedang, dengan panjang mencapai 20 – 25 cm bahkan lebih tergantung dengan varietes, berbentuk lebar dan pipih, serta memiliki mulut yang meruncing. Bagian sirip punggung, ekors sirip dada da sirip dubur dewasa berwarna gelap. Pada bafian sirp perut akan berupa menjadi alat peraba yang hampir menyerupai cambuk atau pecut, yang memanjang hingga ekornya, biasanya dilengkapi dengan sepasang duri dan 2-3 jumbai dengan ukuran yang pendekIkan sepat siam ini liar yang biasanya berwarna kusam kehitaman hingga kehijuaan yang menutupi seluruh tubuhnya. Namun, terkadang bagian sisi tubuh bagian belakang tampak belang – belang kemiringan yang sejalur dengan bintik besar kehitaman. Selain itu, bagian sisi lainnya akan tampak lebih terang apabila di lihat dari belakang mata hingga kepanagkal ekornya.
      Bentuk badan agak panjang dan pipih kesamping. Mulutnya mungil dengan bibir yang tipis. Sisik kecil termasuk tipe sisik otoneoid. Mempunyai alat pernafasantambahan yang berbentuk mirip bunga mawar yaitu alat “labyrinth”. Jari-jari sirip perut berubah menjadi sepasang benang yang memanjang dan bisa digerak-gerakkan. Bentuk sirip ekor berlekuk tunggal. Bagian punggung bewarna hijau kehitaman, sedangkan bagian perut agak lebih terang. Bagian kepala dan sepanang badan terdapat garis-garis memanjang yang terputus-putus.

Sifat-sifat biologis
Pemijahan ikan sepat siam dapat berlangsung sepanjang tahun, biasnya hasil pemijahan yang baik pada musim kemarau, terutama pemijahan yang dilakukan di kola yang tidak terkontrol.
Ikan sepat siam adlaah ikan asli perairan sungai dan rawa-rawa. Termasuk golongan ikan herbivore, yang lebih menyukai plankton terutama pada bagian stadia benih.
Makanan ikan yang dewasa terdiri dari tumbuhan air yang lunak, misalnya ganggang (Hydrilia verticilata), kangkung (ipoemor aquatic) dan mata lele (Lenna SP), selain itu mamakan phytoplankton (baciillariophycene, Cyannphyceae, dan Cholophycene) dan zooplankton (rotifera, copepoda, Cladocera).
Ikan sepat siam dapat hidup di perairan yang berpli rendah, seperti daerah rawa-rawa. Selain itu juga tahan hidup pada perairan yang miskin oksigen, karena mempunyai alat pernafasan tumbuhan “labyrinth organ”.
Pada saat akan memijah induk ikan akan membuat sarang lebih dahulu, yaitu berupa gelembung-gelembung busa yang biasanya ditemepelkan pada tanaman. Yang membuat sarang tersebut adalah induk jantan.
Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk sepat siam biasanya dicampur dengan jenis – jenis ikan lainnya, misalanya ikan tawes, ikan mas adan ikan lele. Kolam pemeliharaan induk dapat dipupuk dengan pupuk organic, yang berupa pupuk kandang maupun pupuk hijau, atau bisa juga ditambah dengan pupuk buatan. Pemupukan ini bertujuan untuk meningkatkan kesubran kolam, sehingga jumlah makanan alami akan meningkat.
Untuk mendapatkan induk-induk ikan yang baik pertumbuhannya, pemeliharaan induk sebaiknya dilakukan secara terpisah dari jenis – jenis ikan lainnya.
Apabila makanan alami yang tersedia di kolam mulai tampak berkurang, dapat diberikanan makanan tambahan berupa remeh yang berkadar protein berkisar antara 20-30% dengan jumlah pemberian sebanyak 2-3% dari berat badan per hari.
Pemijahan
Seperti halnya ikan tambakan, pemijahan ikan sepat siam dapat dilakukan di kolam khusus ataupun di sawah. Dalam hal ini kolam atau sawah merangkap fungsi sebagai kolam penetasan dan kolam pendederan.
Sebagai persiapan, dasar kolam dikeringkan, dipupuk secukupnya dan dialiri air hingga kedalaman air mencapai 50-75 cm. Di kolam atau sawah tersebut hendaknya di Tanami tumbuhan air, seperti Hydrilla verticilata, Coratophyllum sp, Myriophyllum sp atau eceng gondok (Eicornia crassiocs).
Sebelum pemijahan berlangsung perlu dilakukan seleksi induk terlebih dahulu, dengan ciri-ciri sebagai berikut :
Induk betina
:
warna badan pada bagian tutup insang dan perut lebih terang. Ujung sirip punggung membulat dan panjangnya tidak mencapai ujung batang ekor. Perut membesar kearah anus dan bila diraba terasa lemak.
Induk Jantan
:
Warna badan pada tutup insang dan bagian perut lebih gelap daripada induk betina. Ujung sirip punggung meruncing dan mencapai ujung batang ekor. Perut lebih langsing.

Kematangan kelamin induk dan induk betina dicapai pada umur sekitar 7-8 bulan.
Pembuatan sarang dilakukan induk jantan selama sekitar 1-2 hari. Sarang tersebut berupa gelembung-gelembung busa yang menempel pada tanaman air. Garis tengah sarang ± 5 cm. Setelah sarang selesai maka pemijahan ekor berlangsung dibawahnya.
Telur hasil pemijahan akan menempel pada sarang. Selama berlangsung penetasan, sarang dijaga oleh induk jantan sampai menetas. Dalam satu sarang biasanya terdapa telur sebanya 4000-7000 butir.
Penetasan
Penetasan telur akan terjadi selama 2-3 hari setelah pemijahan. Kantong kuning telurnya mulai habis setelah 4 hari kemudian. Karena telur dan carvornya yang baru menetas bersifat mengapung, maka sebaiknua diberi naungan atau lindung agar terhindar dari tetesan air hujan ataupun sinar matahari secara langsung.
Pemanenan anak ikan dilakukan setelah berumur 20-30 hari.
Informasi tambahan :
  • Pada umumnya ikan sepat siam atau rawa ini dapat di temukan pada rawa – rawa, daunau, sungai dan parit – parit yang berair serta di tumbuhi dengan tumbuhan air.
  • Ikan ini asli berasal dari Asia Tenggara, terutamanya Sungai Mekong, Laos, Thailand dan Vietnam
Penyebaran asli ikan ini adalah di wilayah Asia Tenggara, terutama di lembah Sungai Mekong di Laos, Thailand, Kamboja dan Vietnam; juga dari lembah Sungai Chao Phraya. Ikan ini diintroduksi ke Filipina, Malaysia, Indonesia, Singapura, Papua Nugini, Sri Lanka, dan Kaledonia Baru. Sepat siam dimasukkan ke Indonesia pada tahun 1934, untuk dikembangkan pembudidayaannya di kolam-kolam dan sawah. Tahun 1937, sepat ini dimasukkan ke Danau Tempe di Sulawesi dan sedemikian berhasil, sehingga dua tahun kemudian ikan ini mendominasi 70% hasil ikan Danau Tempe. Saat ini sepat siam telah meliar dan berbiak di berbagai tempat di alam bebas, termasuk di Jawa.
Nilai ekonomi
Sepat siam merupakan ikan konsumsi yang penting, terutama sebagai sumber protein di daerah pedesaan. Selain dijual dalam keadaan segar di pasar, sepat siam kerap diawetkan dalam bentuk ikan asin dan diperdagangkan antar pulau di Indonesia.
Tidak seperti jenis sepat yang lain, sepat siam kurang populer sebagai ikan akuarium. Namun terdapat beberapa varian yang berwarna cerah (putih, kuning atau merah) yang diperdagangkan sebagai ikan hias. Di Thailand, sepat siam merupakan salah satu dari lima ikan air tawar terpenting yang dibudidayakan untuk konsumsi maupun untuk akuarium.


ALAT TANGKAP RAMAH LINGKUNGAN

 


Jenis-jenis Alat Tangkap Ikan Menurut Klasifikasi FAO
1. Surrounding net (Jaring Lingkar)

Jaring lingkar merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara melingkari gerombolan ikan sasaran tangkap menggunakan jaring yang dioperasikan dengan perahu atau kapal serta didukung sarana alat bantu penangkapan sesuai untuk mendukung efektivitas dan efisiensi pengoperasiannya. Desian dan konstruksi jaring ingkar berkembang disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat bergagai bentuk dan ukuran jaring lingkar serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan yang digunakan.
Alat ini ditujukan sebagai penangkap ikan pelagis yang bergerombol di permukaan. Pada umumnya, alat ini berbentuk empat persegi panjang dilengkapi yang dilewatkan melalui cincin yang diikatkan pada bagian bawah jaring (tali ris bawah. Dengan menarik tali kerucut bagian bawah ini, jaring dapat dikuncupkan (lihat gambar) dan jaring akan membentuk semacam “mangkuk”.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap jaring lingkar terdiri dari :
– With purse lines (Purse seines)
b. One boat operated purse seines
c. Two boats operated purse seines
– Without purse lines (lampara)
Purse seine (Sumber: Subani dan Barus 1989)

2. Seine net (Pukat)
Seine nets atau pukat atau pukat tarik merupakan alat penangkapan ikan berkantong tanpa alat pembuka mulut jaring. Pengoperasiannya dengan cara melingkari gerombolan ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau ke darat/pantai melalui kedua bagian sayap tali selambar.
Desain dan konstruksi pukat tarik disesuaikan dengan terget ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pukat tarik serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pukat tarik terdiri dari :
– Beach seines
– Boat or vessel seines
a. Danish seines
b. Scottish seines
c. Pair seines
– Seine nets (not specified)
Pukat (Sumber: Subani dan Barus 1989)

3. Trawl
Secara teknis, baik menurut umum ataupun mengikuti standar ISSCFG (International Standard Statistical Classification Fishing Gear), FAO (Nedelec and Prado 1990) “Trawl” adalah alat penangkap ikan yang mempunyai target spesies baik untuk menangkap ikan maupun untuk udang. Trawl memiliki kreteria yaitu (a) jaring berbentuk kantong (pukat) baik yang berasal dari karakteristik asli maupun hasil modifikasi. (b) miliki kelengkapan jaring (pukat) untuk alat pembuka mulut jaring baik palang/gawang (beam) atau sepasang papan rentang (otter board) dengan cara operasi dihela atau diseret (towing) oleh sebuah kapal (c) Tanpa memiliki kelengkapan jaring (pukat) dengan cara operasi dihela oleh dua buah kapal.
Trawl asli adalah jaring (pukat) trawl yang dirancang bukan dari hasil modifikasi tidak ada perubahan dari aspek desain – konstruksi, karakteristik dan metoda pengoperasian dengan ciri-ciri yaitu (a) karakteristik bentuk konstruksi masih sesuai ketentuan teknis jaring yang lazim (b) banyak menggunakan potongan miring (cutting rate) pada bagian¬ jaring (c) miliki bagian jaring berupa medan jaring atas (square) bagi trawl dasar (bottom trawl) atau medan jaring bawah (bosoom trawl) pertengahan permukaan (mid water trawl) (d) cara operasi dirancang dengan dihela / diseret oleh sebuah atau dua buah kapal.
Trawl hasil modifikasi adalah alat tangkap yang masuk kategori trawl, karena adanya perubahan desain konstruksi , karakteristik jaring dan metode operasi penangkapan dengan ciri-ciri (c) ada perubahan bentuk dan ukuran dari jaring aslinya , terutama pemendekan ukuran sayap (b) teknik pemotongan bagian jaring masih menggunakan potongan lurus (all point dan all mesh), (c) kebanykan belum menambah bagian medan jaring (square) masih tetap seperti kondisi aslinya (d) ada penambahan kelengkapan janng berfungsi alat pembuka mulut jaring baik berupa palang/gawang (beam) maupun papan rentang (otter board) dad kondisi aslinya. Okda perubahan metode pengoperasian dari cara ditarik dari atas perahu atau pantai menjadi cara dengan diseret / dihela oleh sebuah kapal.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap trawl terdiri dari:
– Bottom trawls
a. beam trawls
b. otter trawls
c. pair trawls
d. nephrops trawls
e. shrimp trawls
f. bottom trawls (not specified)
– Midwater trawls
– Otter twin trawls
– Otter trawls (not specified)
– Pair trawls (not specified)
– Other trawls (not specified)

4. Dredge (Penggaruk)
Penggaruk merupakan alat penangkap ikan berbingkai kayu atau besi yang bergerigi atau bergancu di bagian bawahnya, yang dilengkapi atau tanpa jaring/bahan lainnya. Penggaruk dioperasikan dengan cara menggaruk di dasar perairan dengan atau tanpa perahu untuk menangkap kekerangan dan biota lainnya.
Desain dan konstruksi penggaruk disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran penggaruk serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap penggaruk terdiri dari : 1 ). Boat Dredges dan; 2). Hand Dredges.
Metode pengoperasian penggaruk dilakukan dengan cara menarik ataupun menghela pengaruk di dasar perairan sehingga hasil tangkapan berupa kekerangan, teripang, dan lainnya bisa terkumpul dan tertangkap serta masuk ke dalam penggaruk.
5. Lift net (Jaring Angkat)
Jaring angkat dioperasikan dengan menurunkan dan mengangkatnya secara vertikal. Jaring ini biasanya dibuat dengan bahan jaring nion yang menyerupai kelambu, karena ukuran mata jaringnya yang kecil (sekitar 0,5 cm). Jaring kelambu kemudian diikatkan pada bingkai bambu atau kayu yang berbentuk bujur sangkar.
Dalam penggunaannya, jaring angkat sering menggunakan lampu atau umpan untuk mengundang ikan. Biasanya dioperasikan dari perahu, rakit, bangunan tetap, atau langsung.
Dari bentuk dan cara penggunaannya, jaring angkat dapat mencakup bagan perahu, bagan tancap (termasuk kelong), dan serok
Jaring Angkat (Sumber: Subani dan Barus. 1989)

6. Falling gear (alat yang dijatuhkan)
Alat yang dijatuhkan atau ditebarkan merupakan alat penangkapan ikan yang pengoperasiannya dilakukan dengan ditebarkan atau dijatuhkan untuk mengurung ikan dengan atau tanpa kapal.
Desain dan konstruksi alat yang dijatuhkan atau ditebarkan disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dihendaki. Berkaitan dengan hal ini maka terdapat berbagai bentuk dan ukuran serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan. Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap yang dijatuhkan atau ditebarkan terdiri dari: 1) Cast nets; dan 2); Falling gears (not specified).

7. Gill net, entangling nets (Jaring Insang Dan Jaring Puntal)
Jaring insang (gill net) merupakan alat penangkapan ikan berbentuk empat persegi panjang yang ukuran mata jaringnya merata dan dilengkapi dengan pelampung, pemberat, tali ris atas dan tali ris bawah atau tanpa tali ris bawah.
Jaring insang digunakan untuk menangkap ikan dengan cara menghadang ruaya gerombolan ikan. Ikan-ikan yang tertangkap pada jaring umumnya karena terjerat di bagian belakang penutup insang atau terpuntal oleh mata jaring. Biasanya ikan yang tertangkap dalam jaring ini adalah jenis ikan yang migrasi vertical maupun horizontalnya tidak terlalu aktif.
Ada berbagai jenis jaring insang, yang terdiri dari satu lapis jaring, dua lapis, maupun tiga lapis jaring. Jaring insang memiliki mata jaring yang sama ukurannya pada seluruh badan jaring. Jaring ini kemudian dibentangkan untuk membentuk semacam dinding yang dapat menjerat. Jaring insang dilengkapi dengan pelampung di bagian atas jaring dan pemberat pada bagian bawahnya.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap jaring insang terdiri dari:
– Set gillnets (anchored)
– Driftnets
– Encircling gillnets
– Fixed gillnets (on stakes)
– Trammel nets
– Combined gillnets-trammel nets
– Gillnets and entangling nets (not spicied)
– Gillnets (not specified)
Jaring Insang (Sumber: Subani dan Barus. 1989)

8. Trap (perangkap)
Perangkap merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara memperangkap ikan dengan menggunakan jaring dan atau bahan lainnya yang dioperasikan dengan atau tanpa perahu atau kapal.
Desain dan konstruksi perangkap disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran perangkap.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap perangkap terdiri dari:
– Stationary uncovered pounds nets
– Pots
– Fyke nets
– Stow nets
– Barriers, fences, weirs, dll
– Aerial traps
– Traps (not specified)

9. Hook and line (pancing)
Hook and line (pancing) merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan memancing ikan target sehingga terkait dengan mata pancing yang dirangkai dengan tali menggunakan atau tanpa umpan.
Desain dan konstruksi pancing disesuaikan dengan target ikan tangkapan yang dikehendaki, sehingga terdapat berbagai bentuk dan ukuran pancing serta sarana apung maupun alat bantu penangkapan ikan yang digunakan.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap hooks and lines ini terdiri dari:
– Handlines and pole-lines (hand operated)
– Handlines and pole-lines (mechanized)
– Set longlines
– Drifting longlines
– Longlines (not specified)
– Trolling lines
– Hook and lines (not specified)

10. Grappling and wounding gear (pengait dan alat yang melukai)
Alat pengait/penjepit dan alat yang melukai merupakan alat penangkapan ikan yang mempunyai prinsip penangkapan dengan cara menerkam, mengait/menjepit, melukai atau membunuh sasaran tangkap yang dilakukan dari atasu kapal atau tanpa menggunakan kapal. Desain dan konstruksi alat penjepit dan melukai mempunyai bentuk runcing/tajam pada salah satu ujungnya.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap pengait dan alat yang melukai ini adalah harpoon.

11. Harvesting machine (mesin pemanen)
Yang dimaksud dengan Pump fishing adalah suatu alat tangkap tanpa menggunakan jaring tetapi dengan menggunakan pompa untuk menyedot ikan,udang,cumi-cumi dan krill plankton masuk ke dalam kapal. Alat tangkap ini dioperasikan pada kedalaman 110 meter dengan catchable area 20cm. Efektifnya menangkap cumi-cumi .

12. Alat tangkap lainnya.
Alat-alat lainnya merupakan alat penangkapan ikan yang tidak termasuk ke dalam penggolongan kelompok sebelumnya, dimana prinsip penangkapan tidak dengan cara menjerat, memancing, memerangkap, mencengkram, mengait/menjepit, melukai atau membunuh sasaran tangkap.
Desain dan konstruksi alat tangkap lainnya ini merupakan konstruksi yang bentuknya tidak terdapat pada setiap kelompok sebelumnya. Sehingga dapat digolongkan sebagai kelompok tersendiri dan dimungkinkan akan mengalami perkembangan sesuai dengan modifikasi dan kreatifitas nelayan dalam rangka menciptakan rancang bangun alat penangkap ikan ke depan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi penangkapan ikan yang ada.
Menurut International Standard Statistical Classificarion on Fishing Gear (ISSCFG) yang dikeluarkan oleh FAO (Nedelec and Prado 1990), kelompok alat tangkap lainnya ini adalah: Miscellaneous Gear. Sebagai informasi, di Indonesia alat tangkap muro ami, serok teri dan alat penangkap lobster termasuk dalam kategori alat tangkap ini.
Kajian Keramahan Lingkungan Alat Tangkap Menurut Klasifikasi Statistik Internasional Standar FAO
Metode yang digunakan dalam kajian keramahan alat tangkap ikan ini dengan pendekatan destkriptif yaitu menilai dan mengkaji karakteristik dari suatu alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO dengan ke-9 (sembilan) kriteria keramahan menurut standart FAO. Disebabkan karena banyaknya jenis alat tangkap dalam suatu klasifikasi, maka untuk memudahkan pengkajiannya penulis membatasi salah satu alat tangkap saja yang disebutkan sebagai dalam contoh yang termasuk dalam klasifikasi alat tangkap tersebut.

Selanjutnya mencatat kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan dan dari kriteria tersebut diberikan solusi untuk meningkatkan keramahannya. Adapun alat tangkap menurut klasifikasi statistik internasional standar FAO :


a. Surrounding net (Jaring Lingkar)

Jaring Lingkar/Puse seine
Dari sembilan kriteria yang digunakan dalam mengkaji keramahan alat tangkap surrounding net, dua kriteria yang kurang memenuhi sebagai persyaratan puse seine yang ramah lingkungan. Kedua kriteria tersebut adalah :
1. Selektifitas. Khusus selektifitas ini diperlukan penelitian lebih lanjut terutama untuk mengetahui berapa spesies yang tertangkap dalam satu kali hauling dan ukuran catch (panjang total dan lingkar tubuh) di fishing ground tertentu. Hal ini disebabkan dapat saja diketahui selektifitas yang berbeda pada fishing ground yang berbeda pula
2. Biaya investasi yang tinggi dalam satu unit penangkapan
Dari kedua kriteria tersebut dapat diberikan solusi untuk meningkatkan keramahannya, untuk selektifitas diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kurva selektifitasnya. Biaya investasi yang tinggi dapat diatasi dengan memberdayakan kelompok nelayan,setiap anggota mempunyai saham sesuai dengan jenis dan besarnya kontribusinya.

b. Seine net (Pukat)
Pukat pantai/Beach seine
Dari sembilan kriteria yang digunakan dalam mengkaji keramahan alat tangkap pukat pantai, terdapat satu kriteria yang kurang memenuhi sebagai persyaratan puse seine yang ramah lingkungan. Kedua kriteria tersebut adalah :
1. Selektifitas. Sama halnya dengan puse seine, pukat pantai juga diperlukan penelitian lebih lanjut dalam hal selektifitasnya ukuran catch (panjang total dan lingkar tubuh) pada suatu fishing ground tertentu.
Dari kriteria tersebut solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kurva selektifitasnya.

c. Trawl
Pukat dasar/bottom trawl
Pada alat tangkap trawl ini saat dioperasikan sesuai dengan habitat pengoperasiannya yaitu didaerah pasir atau lumpur maka, kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai botttom trawl yang ramah lingkungan, adalah :
1. Selektifitasnya rendah, hal ini disebabkan dapat menangkap ikan juvenil sampai yang dewasa
2. By-catchnya rendah, menangkap tidak saja pada target spesies tetapi juga terkadang banyak menangkap ikan non target spesies
3. Dampak pada biodiversity tinggi, sering juga tertangkap biota yang dilindungi seperti penyu,dll
4. Kadang menimbulkan koflik sosial, terutama dengan nelayan bubu
Dari ketiga kriteria tersebut solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya, untuk selektifitas dan by-catch yang rendah diperlukan perbaikan mesh size terutama pada codend. Pada dampak biodiversity diperlukan pemasangan BED (By catch excluder devise) dan TED (Turtle excluder devise) dengan sistem pengawasan yang terpadu. Sedangkan konflik yang terjadi dengan nelayan bubu biasanya masalah pengoperasian alat tangkap yang sama dengan bubu, maka solusi yang dapat diberikan dengan pengaturan fishing ground trawl diluar zona I dan Zona II.

d. Dredge (Penggaruk)
Scoop Nets

Pada alat tangkap ini Ke-sembilan kriteria memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan.
d. Lift net (Jaring Angkat)
Bagan perahu

Pada alat tangkap bagan perahu ini kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. Selektifitasnya rendah, khususnya ikan teri, bagan apung cukup selektif terhadap ikan ini
2. By-catch tinggi, menangkap tidak saja pada target spesies tetapi juga terkadang banyak menangkap ikan non target spesies
3. Konsumsi BBM
Dari ketiga kriteria tersebut solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya, untuk selektifitas dan by-catch yang rendah diperlukan perbaikan mesh size. Untuk konsumsi BBM yang tinggi dianjurkan menggunakan solar cell sebagai alternatif yang perlu dicoba

e. Falling gear (alat yang dijatuhkan)
Jala Lempar/Hand cast nets

Pada alat tangkap jala lempar ini apabila dioperasikan di daerah pasir atau lumpur tidak dioperasikan di daerah karang maka, kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. Selektifitasnya rendah, hal ini disebabkan dapat menangkap ikan kecil sampai ikan dewasa yang masuk dalam catchable area alat tangkap ini.
solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya ialah diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dan meningkatkan selektifitasnya.

f. Gill net, entangling nets (jaring insang dan jaring puntal)
Trammel nets

Pada alat tangkap ini delapan kriteria memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan. Kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. By-catch, target spesies alat tangkap ini adalah udang tetapi juga menangkap ikan.seperti misalnya ikan gulamah. Perlu juga diketahui alat tangkap ini direkomendasikan untuk menggantikan pengoperasian trawl karena dapat menangkap udang dengan efektif. Solusi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keramahannya ialah perbaikan mesh size terutama inner net dari bahan multifilamen.

g.Trap (perangkap)
Bubu

Pada alat tangkap bubu kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. Selektifitas, perlu penelitian tentang ukuran panjang total dan ukuran lingkar tubuh ikan yang tertangkap dengan bubu untuk mengetahui selektifitasnya pada setiap fishing ground.
2. Dapat merusak habitat karang, apabila digunakan batu karang sebagai pemberat
Dari kedua kriteria tersebut solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya, untuk selektifitas diperlukan penelitian lebih lanjut tentang hasil tangkapan hubungannya dengan selektifitasnya. Untuk penggunaan batu karang diperlukan modifikasi bahan seperti dengan menggunakan bahan dari besi,kawat dan sebagainya sehingga tidak diperlukan lagi batu karang sebagai pemberat.

h. Hook and line (pancing)
Pancing (Hand line)

Dari semua alat tangkap, yang dibahas dalam makalah ini pancing adalah alat tangkap yang paling selektif dan ramah terhadap lingkungan, sangat memenuhi dari Ke-sembilan kriteria persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan
i. Grappling and wounding gear (pengait dan alat yang melukai)
Tombak/Harpoon

Pada alat tangkap tombak atau harpoon kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. Dapat membahayakan nelayan. Apabila digunakan tidak menggunakan prinsip kehati-hatian maka alat tangkap ini dapat melukai operator(nelayan). Solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya ialah dengan menggunakan pendekatan prinsip kehati-hatian dalam pengoperasian alat tangkap tombak.

j. Harvesting machine (mesin pemanen)
Pump fishing

Yang dimaksud dengan Pump fishing adalah suatu alat tangkap tanpa menggunakan jaring tetapi dengan menggunakan pompa untuk menyedot ikan,udang,cumi-cumi dan krill plankton masuk ke dalam kapal. Kriteria yang kurang memenuhi persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan, adalah :
1. Selektifitasnya rendah
2. Menghasilkan ikan dengan kualitas yang rendah
3. By-catch tinggi


Solusi yang dapat diberikan untuk meningkatkan keramahannya ialah untuk selektifitas dan dan by-catch yang rendah agar menggunakan alat bantu penangkapan seperti cahaya kemudian dalam catchable area yang remang-remang(cahaya redup) alat tangkap di tawing ke perairan sehingga cumi-cumi saja yang mendekat dan tertangkap(untuk metode ini perlu penelitian lebih lanjut)sedangkan untuk ikan yang berkualitas rendah sebaiknya alat tangkap ini menangkap cumi-cumi dan krill plankton saja agar untuk menghindari penurunan kualitas hasil tangkapan.

j. Alat tangkap lainnya.
Tangan , pisau dan sabit

Alat ini digunakan untuk mengumpulkan rumput laut dan kerang-kerangan.
Paling selektif dan ramah terhadap lingkungan, sangat memenuhi Ke-sembilan kriteria persyaratan sebagai alat tangkap yang ramah lingkungan.

 

 

 

 

SUMBER :

https://suksesmina.wordpress.com/2016/03/23/jenis-jenis-alat-tangkap-ikan-menurut-klasifikasi-fao/