1 1.
Penangkapan
Berdasarkan
Prasetyo et al. (1993), alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan di perairan
umum sangat beraneka ragam, cara pengoperasiannya ada yang pasif dan ada yang
aktif. Ditambahkan oleh Utomo dan Arifin (1991), di DAS musi, penangkapan ikan
di daerah rawa atau lebak lebung kebanyakan menggunakan alat tangkap yang
bersifat pasif, sedangkan di sungai adalah alat tangkap yang bersifat aktif.
Menurut Nasution dan Rupawan (1997), alat tangkap yang tergolong pasif adalah
empang (barrier and trap), corong (Filtering device), bingkai bila (bamboo pot
trap), dan rawai (hooks and line). Alat tangkap yang bersifat aktif adalah jala
(cast net), jaring (gillnet) dan langgian (scoop net).
Beberapa
jenis alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap ikan gabus oleh nelayan
di daerah rawa banjiran berdasarkan Samuel et al.(1997), Nasution dan Rupawan
(1997) adalah jala, penggilar kawat, bengkirai bilah, tajur, rawai dan empang.
2.
Makanan
Ikan
gabus merupakan ikan karnivora dengan makanan utamanya adalah udang, katak,
cacing, serangga dan semua jenis ikan. Menurut Allington (2002), pada masa
larva ikan gabus memakan zooplankton dan pada ukuran fingeling, makanannya
berupa seraangga, udang dan ikan kecil. Sementara itu menurut Anonim (2002), pada
fase pascalarva ikan gabus memakan makanan yang mempunyai kuantitas yang lebih
besar seperti Daphnia dan Cyclops, sedangkan ikan dewasa akan memakan udang,
serangga, katak, cacing dan ikan. Pada penelitian Sinaga et al. (2002) di
sungai Banjiran Jawa Tenga, diketahui makanan ikan gabus dengan kisaran panjang
total antara 5,78-13,4 cm adalah serangga air, potongan hewan air, udang dan
detritus. Sementara itu berdasarkan penelitian Buchar (1998) di danau
Sabuah Kalimantan Tengah, makanan ikan gabus adalah potongan hewan air, siput
air, rotifera dan Rhizopoda.
3.
Hubungan Panjang dengan Bobot
Pola
pertumbuhan padaikan terdiri atas pertumbuhan isometrik, yaitu pertambahan
bobot seimbang dengan pertambahan panjang, dan pola pertumbuhan allometrik
yaitu pertambahan bobot tidak seimbang dengan pertambhan panjang. Berdasarkan
hasil penelitian Kartamihardja (1994), ikan gabus yang diperoleh sebanyak 241
ekor dengan panjang total berkisar antara 15,2 – 62,8 cm dan bobot berkisar
antara 45 – 1950 gr. Hubungan panjang dan bobot ikan tersebut mengikuti
persamaan W=0,0213L2,743. pola pertumbuhan ikan gabus di waduk kedungombo
bersifat allometrik (b¹3).
4.
Faktor Kondisi
Hile
(1936) dalam weatherley (1972), melakukan penelitian pada populasi ikan cisco
(Leucichthys artedi) di beberapa danau di Amerika Utara, hasilnya menunjukan
bahwa perbedaan populai akan berpengaruh terhadap kondisi ikan tersebut.
Sedangkan hasil penelitian Allen (1951) dalam Weatherley (1972) padaikan Trout
di sungai Harokiwi menyatakan bahwa faktor kondisi ikan juga di pengaruhi oleh
musim, yaitu pada musim panas kondisi ikan Trout lebih baik di bandingkan pada
musim lain. Di tambahkan juga oleh Weathersley (1972), yang melakukan
penelitian di Tasmania, bahwa kondisi ikan Tench dewasa dengan ukuran 20 – 30
cm juga di pengaruhi proses pemijahan selain faktor musim.
5.
Pertumbuhan
Dengan
pertumbuhan ikan gabus pada beberapa jenis perairan yang di nyatakan dalam
persamaan Von Beartalanffy adalah sebagai berikut : padaa perairan waduk
kedungombo jawa tengah yaitu Lt = 66,93 {l-e-1,1(t-to)} dan di danau Tondano
Sulawesi Utara yaitu Lt = 45,7 {l - -1,1(t-to) }.
Pertumbuhan
ikan gabus di danau Tondano lebih rendah di bandingkan pertumbuhan ikan gabus
di waduk kedungombo, keadaan tersebut dapat di lihat dari nilai Loo ikan gabus
di waduk kedungombo yang lebih besar yaitu 66,93 cm di bandingkan di danau
Tondano yaitu 47,7 cm (Kartamihardja, 1994 ; 2000).
6.
Reproduksi
Ikan
gabus membuat sarang di sekitar tumbuhan air atau pingiran perairan yang
dangkal. Sarang ikan gabus membentuk busa di antara tanaman air di periran yang
berarus lemah (Syfei et al.,1995; Alington, 2000). Berdasarkan Anonim
(2002), di Srilangka ikan gabus di alam memijah beberapa kali dalam setahun,
sedangkan di Philipina ikan gabus dapat memijah setiap bulan. Ditambahkan oleh
Allington (2002), ikan gabus dapat memijah pada umur 9 bulan dengan panjang
total sekitar 21 cm. Musim pemijahan ikan gabus di Thailand antara bulan mei
sampai oktober, dengan puncaknya pada bulan juli sampai september. Sementara
itu berdasarkan duong nhut Long et al.I (2002), yang melakukan penelitian
terhadap ikan gabus di delta Mekong, diperoleh ikan gabus yang matang kelamin
lebih dahulu adalah ikan gabus betina. Berdasarkan penelitian Kartamihardja
(1994), di waduk kedungombo Jawa Tengah ikan gabus betina mulai matang kelamin
pada ukuran panjang total 16,5 cm.
Umumnya
telur-telur yang telah dibuahi akan menetas dalam waktu 24 jam (pada kondisi
alami) sedangkan pada kondisi laboratorium atau budidaya telur akan menetas
setelah 48 jam Anonim, 2002). Umumnya induk jantan akan menjaga sarang dan
telur selama periode inkubasi paling lama 3 hari. Benih ikan akan bergerombol
dan salah satu dari induknya akan menjaga mereka sepanjang waktu (Syafei et al,
1985; Allington, 2002).
7.
Tingkat Kematangan Gonad
Ukuran
ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama (Effendie, 1979).
Menurut Blay dan Egeson (1980), perbedaan ukuran ini terjadi akibat perbedaan
kondisi ekologis perairan.
Menurut
Utomo et al, (1992); Chen (1976), dalam Sinaga et al. (2000), ikan gabus dan
jenis ikan rawa lainnya melakukan pemijahan di awal atau pertengahan musim
hujan. Berdasarkan Kartamihardja (1994), yang melakukan penelitian di waduk
Kedungombo Jawa Tengah di peroleh indeks kematangan gonad ikan gabus betina
meningkat mulai dari 1,16% pada tingkat kematangan I sampai mencapai 4,15% pada
tingkat kematangan V yang kemudian menurun tajam pada tingkat kematangan VI,
yang menunjukkan penurunan berat gonad karena terjadinya pelepasan telur pada
saat memijah.
8.
Fekunditas
Fekunditas
adalah jumlah telur matang dalam ovari yang akan dikeluarkan pada waktu memijah
(Hunter et al, 1992). Pertumbuhan bobot dan panjang ikan cendrung meningkat
fekunditas secara linier. Sebagai ikan mas (Cyprinus carpio) dengan
panjang 15 cm mempunyai fekunditas 13512 butir, dan panjang 60 cm
mempunyai fekunditas 2945000 butir (Bardach et al., 1972).
Menurut
Kartamihardja (1994), yang melakukan penelitian biologi reproduksi populasi
ikan gabus di Waduk Kedongombo Jawa Tengah, diperoleh kesimpulan bahwa ikan
gabus di daerah tersebut memijah dengan perbandingan kelamin jantan dan betina
1 : 1. Fekunditas ikan gabus yang dihitung dari 24 individu dengan kisaran
panjang total antara 18,5-50,5 cm, kisaran bobot antara 60-1020 g dan kisaran
bobot gonad antara 2,70-16,02 g berkisar antara 2585-12880 butir. Fekunditas
tersebut lebih besar dari rata-rata fekunditas ikan gabus yang terdapat di
rawa-rawa Pekanbaru Riau yang berkisar antara 1190-11307 butir telur. Hal
ini karena ukuran ikan yang diteliti di rawa-rawa Pekanbaru lebih kecil yaitu
antara 165-360 mm dengan bobot antara 35-375 g dan bobot gonad antara 0,82-7,84
g.
9.
Diameter Telur
Pengukuran
diameter telur pada gonad yang sudah matang berguna untuk menduga frekuensi
pemijahan, yaitu dengan modus penyebarannya. Telur-telur ikan gabus yang telah
dibuahi mengapung pada busa, diameter telur tersebut sekitar 1,5 mm (Anonim,
2002). Sedangkan berdasarkan Duong Nhut Long et al., (2002) ukuran telur ikan
gabus rata-rata pada TKG IV adalah antara 0,10-1,6 mm.
PENYAKIT
1.
Jenis Penyakit
Penyakit
yang sering menyerang ikan gabus adalah parasit yang disebabkan oleh organisme
tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa.
Namun,
jenis penyakit yang dibahas dalam buku ini adalah sebagai berikut:
Tabel
1. Jenis penyakit dan penyebabnya
NO
|
NAMA
PENYAKIT
|
PENYEBAB
|
1.
|
Bintik
Putih
(White
Spot)
|
Penyebabnya
adalah jamur Ichthiopthirius multifiliis. Penularan penyakit ini dapat
melalui air dan kontak langsung antar ikan.
|
Tabel
2. Penyakit dan gejala serangan
NO
|
NAMA
PENYAKIT
|
GEJALA
SERANGAN
|
1.
|
Bintik
Putih
(White
Spot)
|
Timbul
bintik-bintik putih pada bagian ekor, kepala, dan punggung.
Gerakan
lemah.
Nafsu
makan berkurang.
|
2.
Pengobatan
Penyakit
yang menyerang ikan gabus dapat diobati dengan menggunakan bahan kimia dan
bahan alami. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel
3. Pengobatan dengan menggunakan bahan kimia
NO
|
NAMA
PENYAKIT
|
PENGOBATAN
DENGAN BAHAN KIMIA
|
1.
|
Bintik
putih
(White
Spot)
|
Menggunakan
Formalin untuk menghilangkan lendir dengan dosis 0,1 ppm atau 0,1 mg (0,1 ml)
/ liter air.
2.Menggunakan
Malachite Green (MG) untuk membunuh Ichtthyoptirius multifulis dengan dosis
0,1 ppm atau 0,1 mg (0,1 ml) / liter air.
|
Tabel
4. Pengobatan dengan bahan alami
NO
|
NAMA
PENYAKIT
|
PENGOBATAN
DENGAN BAHAN ALAMI
|
1.
|
Bintik
putih
(White
Spot)
|
1.
Daun Sambiloto
-
Dosis 10 lembar/10 liter air.
-
Rendam selama 20 jam.
2.
Mahkota Dewa
Dosis
10 iris/2 liter air, direbus sampai sisa air sebanyak 1 liter dan dibiarkan
sampai dingin.
Rendam
selama 8 jam sampai ikan benar-benar sembuh.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2002. Budidaya Ikan Air Tawar. Deputi Manegeristik Bidang Pendayagunaan dan
Kemasyarakatan IPTEK. Jakarta.
Djuanda,
Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung.
Sentis
Y. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Gabus Sehat Produksi Meningkat”.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Siswoyo,
Pujo. 2004. Tumbuhan Berkhasiat Obat. Absolut. Yogyakarta.
Skripsi
hasil penelitian Mahasiswa IPB tahun 2003.
1.
Penangkapan
Berdasarkan
Prasetyo et al. (1993), alat tangkap yang dipergunakan oleh nelayan di perairan
umum sangat beraneka ragam, cara pengoperasiannya ada yang pasif dan ada yang
aktif. Ditambahkan oleh Utomo dan Arifin (1991), di DAS musi, penangkapan ikan
di daerah rawa atau lebak lebung kebanyakan menggunakan alat tangkap yang
bersifat pasif, sedangkan di sungai adalah alat tangkap yang bersifat aktif.
Menurut Nasution dan Rupawan (1997), alat tangkap yang tergolong pasif adalah
empang (barrier and trap), corong (Filtering device), bingkai bila (bamboo pot
trap), dan rawai (hooks and line). Alat tangkap yang bersifat aktif adalah jala
(cast net), jaring (gillnet) dan langgian (scoop net).
Beberapa
jenis alat tangkap yang biasa digunakan untuk menangkap ikan gabus oleh nelayan
di daerah rawa banjiran berdasarkan Samuel et al.(1997), Nasution dan Rupawan
(1997) adalah jala, penggilar kawat, bengkirai bilah, tajur, rawai dan empang.
2.
Makanan
Ikan
gabus merupakan ikan karnivora dengan makanan utamanya adalah udang, katak,
cacing, serangga dan semua jenis ikan. Menurut Allington (2002), pada masa
larva ikan gabus memakan zooplankton dan pada ukuran fingeling, makanannya
berupa seraangga, udang dan ikan kecil. Sementara itu menurut Anonim (2002), pada
fase pascalarva ikan gabus memakan makanan yang mempunyai kuantitas yang lebih
besar seperti Daphnia dan Cyclops, sedangkan ikan dewasa akan memakan udang,
serangga, katak, cacing dan ikan. Pada penelitian Sinaga et al. (2002) di
sungai Banjiran Jawa Tenga, diketahui makanan ikan gabus dengan kisaran panjang
total antara 5,78-13,4 cm adalah serangga air, potongan hewan air, udang dan
detritus. Sementara itu berdasarkan penelitian Buchar (1998) di danau
Sabuah Kalimantan Tengah, makanan ikan gabus adalah potongan hewan air, siput
air, rotifera dan Rhizopoda.
3.
Hubungan Panjang dengan Bobot
Pola
pertumbuhan padaikan terdiri atas pertumbuhan isometrik, yaitu pertambahan
bobot seimbang dengan pertambahan panjang, dan pola pertumbuhan allometrik
yaitu pertambahan bobot tidak seimbang dengan pertambhan panjang. Berdasarkan
hasil penelitian Kartamihardja (1994), ikan gabus yang diperoleh sebanyak 241
ekor dengan panjang total berkisar antara 15,2 – 62,8 cm dan bobot berkisar
antara 45 – 1950 gr. Hubungan panjang dan bobot ikan tersebut mengikuti
persamaan W=0,0213L2,743. pola pertumbuhan ikan gabus di waduk kedungombo
bersifat allometrik (b¹3).
4.
Faktor Kondisi
Hile
(1936) dalam weatherley (1972), melakukan penelitian pada populasi ikan cisco
(Leucichthys artedi) di beberapa danau di Amerika Utara, hasilnya menunjukan
bahwa perbedaan populai akan berpengaruh terhadap kondisi ikan tersebut.
Sedangkan hasil penelitian Allen (1951) dalam Weatherley (1972) padaikan Trout
di sungai Harokiwi menyatakan bahwa faktor kondisi ikan juga di pengaruhi oleh
musim, yaitu pada musim panas kondisi ikan Trout lebih baik di bandingkan pada
musim lain. Di tambahkan juga oleh Weathersley (1972), yang melakukan
penelitian di Tasmania, bahwa kondisi ikan Tench dewasa dengan ukuran 20 – 30
cm juga di pengaruhi proses pemijahan selain faktor musim.
5.
Pertumbuhan
Dengan
pertumbuhan ikan gabus pada beberapa jenis perairan yang di nyatakan dalam
persamaan Von Beartalanffy adalah sebagai berikut : padaa perairan waduk
kedungombo jawa tengah yaitu Lt = 66,93 {l-e-1,1(t-to)} dan di danau Tondano
Sulawesi Utara yaitu Lt = 45,7 {l - -1,1(t-to) }.
Pertumbuhan
ikan gabus di danau Tondano lebih rendah di bandingkan pertumbuhan ikan gabus
di waduk kedungombo, keadaan tersebut dapat di lihat dari nilai Loo ikan gabus
di waduk kedungombo yang lebih besar yaitu 66,93 cm di bandingkan di danau
Tondano yaitu 47,7 cm (Kartamihardja, 1994 ; 2000).
6.
Reproduksi
Ikan
gabus membuat sarang di sekitar tumbuhan air atau pingiran perairan yang
dangkal. Sarang ikan gabus membentuk busa di antara tanaman air di periran yang
berarus lemah (Syfei et al.,1995; Alington, 2000). Berdasarkan Anonim
(2002), di Srilangka ikan gabus di alam memijah beberapa kali dalam setahun,
sedangkan di Philipina ikan gabus dapat memijah setiap bulan. Ditambahkan oleh
Allington (2002), ikan gabus dapat memijah pada umur 9 bulan dengan panjang
total sekitar 21 cm. Musim pemijahan ikan gabus di Thailand antara bulan mei
sampai oktober, dengan puncaknya pada bulan juli sampai september. Sementara
itu berdasarkan duong nhut Long et al.I (2002), yang melakukan penelitian
terhadap ikan gabus di delta Mekong, diperoleh ikan gabus yang matang kelamin
lebih dahulu adalah ikan gabus betina. Berdasarkan penelitian Kartamihardja
(1994), di waduk kedungombo Jawa Tengah ikan gabus betina mulai matang kelamin
pada ukuran panjang total 16,5 cm.
Umumnya
telur-telur yang telah dibuahi akan menetas dalam waktu 24 jam (pada kondisi
alami) sedangkan pada kondisi laboratorium atau budidaya telur akan menetas
setelah 48 jam Anonim, 2002). Umumnya induk jantan akan menjaga sarang dan
telur selama periode inkubasi paling lama 3 hari. Benih ikan akan bergerombol
dan salah satu dari induknya akan menjaga mereka sepanjang waktu (Syafei et al,
1985; Allington, 2002).
7.
Tingkat Kematangan Gonad
Ukuran
ikan pada saat pertama kali matang gonad tidak selalu sama (Effendie, 1979).
Menurut Blay dan Egeson (1980), perbedaan ukuran ini terjadi akibat perbedaan
kondisi ekologis perairan.
Menurut
Utomo et al, (1992); Chen (1976), dalam Sinaga et al. (2000), ikan gabus dan
jenis ikan rawa lainnya melakukan pemijahan di awal atau pertengahan musim
hujan. Berdasarkan Kartamihardja (1994), yang melakukan penelitian di waduk
Kedungombo Jawa Tengah di peroleh indeks kematangan gonad ikan gabus betina
meningkat mulai dari 1,16% pada tingkat kematangan I sampai mencapai 4,15% pada
tingkat kematangan V yang kemudian menurun tajam pada tingkat kematangan VI,
yang menunjukkan penurunan berat gonad karena terjadinya pelepasan telur pada
saat memijah.
8.
Fekunditas
Fekunditas
adalah jumlah telur matang dalam ovari yang akan dikeluarkan pada waktu memijah
(Hunter et al, 1992). Pertumbuhan bobot dan panjang ikan cendrung meningkat
fekunditas secara linier. Sebagai ikan mas (Cyprinus carpio) dengan
panjang 15 cm mempunyai fekunditas 13512 butir, dan panjang 60 cm
mempunyai fekunditas 2945000 butir (Bardach et al., 1972).
Menurut
Kartamihardja (1994), yang melakukan penelitian biologi reproduksi populasi
ikan gabus di Waduk Kedongombo Jawa Tengah, diperoleh kesimpulan bahwa ikan
gabus di daerah tersebut memijah dengan perbandingan kelamin jantan dan betina
1 : 1. Fekunditas ikan gabus yang dihitung dari 24 individu dengan kisaran
panjang total antara 18,5-50,5 cm, kisaran bobot antara 60-1020 g dan kisaran
bobot gonad antara 2,70-16,02 g berkisar antara 2585-12880 butir. Fekunditas
tersebut lebih besar dari rata-rata fekunditas ikan gabus yang terdapat di
rawa-rawa Pekanbaru Riau yang berkisar antara 1190-11307 butir telur. Hal
ini karena ukuran ikan yang diteliti di rawa-rawa Pekanbaru lebih kecil yaitu
antara 165-360 mm dengan bobot antara 35-375 g dan bobot gonad antara 0,82-7,84
g.
9.
Diameter Telur
Pengukuran
diameter telur pada gonad yang sudah matang berguna untuk menduga frekuensi
pemijahan, yaitu dengan modus penyebarannya. Telur-telur ikan gabus yang telah
dibuahi mengapung pada busa, diameter telur tersebut sekitar 1,5 mm (Anonim,
2002). Sedangkan berdasarkan Duong Nhut Long et al., (2002) ukuran telur ikan
gabus rata-rata pada TKG IV adalah antara 0,10-1,6 mm.
PENYAKIT
1.
Jenis Penyakit
Penyakit
yang sering menyerang ikan gabus adalah parasit yang disebabkan oleh organisme
tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa.
Namun,
jenis penyakit yang dibahas dalam buku ini adalah sebagai berikut:
Tabel
1. Jenis penyakit dan penyebabnya
NO
|
NAMA
PENYAKIT
|
PENYEBAB
|
1.
|
Bintik
Putih
(White
Spot)
|
Penyebabnya
adalah jamur Ichthiopthirius multifiliis. Penularan penyakit ini dapat
melalui air dan kontak langsung antar ikan.
|
Tabel
2. Penyakit dan gejala serangan
NO
|
NAMA
PENYAKIT
|
GEJALA
SERANGAN
|
1.
|
Bintik
Putih
(White
Spot)
|
Timbul
bintik-bintik putih pada bagian ekor, kepala, dan punggung.
Gerakan
lemah.
Nafsu
makan berkurang.
|
2.
Pengobatan
Penyakit
yang menyerang ikan gabus dapat diobati dengan menggunakan bahan kimia dan
bahan alami. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel
3. Pengobatan dengan menggunakan bahan kimia
NO
|
NAMA
PENYAKIT
|
PENGOBATAN
DENGAN BAHAN KIMIA
|
1.
|
Bintik
putih
(White
Spot)
|
Menggunakan
Formalin untuk menghilangkan lendir dengan dosis 0,1 ppm atau 0,1 mg (0,1 ml)
/ liter air.
2.Menggunakan
Malachite Green (MG) untuk membunuh Ichtthyoptirius multifulis dengan dosis
0,1 ppm atau 0,1 mg (0,1 ml) / liter air.
|
Tabel
4. Pengobatan dengan bahan alami
NO
|
NAMA
PENYAKIT
|
PENGOBATAN
DENGAN BAHAN ALAMI
|
1.
|
Bintik
putih
(White
Spot)
|
1.
Daun Sambiloto
-
Dosis 10 lembar/10 liter air.
-
Rendam selama 20 jam.
2.
Mahkota Dewa
Dosis
10 iris/2 liter air, direbus sampai sisa air sebanyak 1 liter dan dibiarkan
sampai dingin.
Rendam
selama 8 jam sampai ikan benar-benar sembuh.
|
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim,
2002. Budidaya Ikan Air Tawar. Deputi Manegeristik Bidang Pendayagunaan dan
Kemasyarakatan IPTEK. Jakarta.
Djuanda,
Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung.
Sentis
Y. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Gabus Sehat Produksi Meningkat”.
Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Siswoyo,
Pujo. 2004. Tumbuhan Berkhasiat Obat. Absolut. Yogyakarta.
Skripsi
hasil penelitian Mahasiswa IPB tahun 2003.
ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
BalasHapushanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^
Blogger ini sangat membantu!
BalasHapus