Ikan
yang berukuran kecil, dengan panjang total (beserta ekor) mencapai 70mm. Tubuh
berwarna kekuningan dengan empat pita tegak berwarna gelap; pita yang pertama
melewati mata dan yang terakhir pada pangkal ekor. Gurat sisi tak sempurna,
22-25 buah dengan hanya 8-9 sisik terdepan yang berpori. Batang ekor
dikelilingi 12 sisik. Tinggi tubuh sekitar setengah kali panjang stkamur (tanpa
ekor)
Ikan
sumatra senang berenang bergerombol. Bila dipelihara dalam jumlah kecil, kurang
dari 5 ekor, ikan ini dapat menjadi agresif dan mengganggu ikan-ikan yang lain.
Ikan-ikan yang lemah dan kurang gesit dapat menjadi sangat menderita akibat
gigitan ikan sumatra yang dominan, yang terutama akan menyerang sirip-siripnya.
Dalam kelompok yang besar, agresivitas ikan ini dapat terkendalikan.[2]
Tangkas dan berenang cepat, ikan sumatra dapat dipelihara bercampur dengan ikan-ikan yang sama gesitnya seperti ikan-ikan platis, kerabat lele, atau kerabat ikan macan (Chromobotia macracanthus). Sebaiknya akuarium diisi pula dengan tumbuh-tumbuhan air sebagai tempatnya bermain-main. Ikan sumatra bersifat omnivora, dapat diberi makanan kering (buatan) atau mangsa hidup seperti cacing, kutu air atau jentik-jentik nyamuk.
Ikan ini dapat dibiakkan di dalam akuarium. Ikan sumatra betina mengeluarkan antara 150–200 butir sekali bertelur, yang disebarkan di antara tumbuh-tumbuhan air. Telur akan menetas setelah 24 jam, dan anak-anak ikan mulai terlihat aktif setelah 3 hari. Sebagai pakan anak ikan pada minggu-minggu pertama dapat digunakan udang renik.
Jenis yang berkerabat[sunting | sunting sumber]
Asal mula ikan Sumatra
Dijuluki ikan Sumatra karena pertama kali ditemukan di Pulau Sumatra, tepatnya di perairan Lampung, Jambi, dan Riau. Lantaran berasal dari Sumatra, orang lantas menyebutnya ikan Sumatra atau board sumatra kata orang asing. Belakangan, baru ketahuan bahwa ia bisa juga ditemukan di Kalimantan.
Menurut Axelrod dalam "Exotic Tropical Fish", di habitat aslinya "harimau air" hidup di perairan jernih, dengan pH 6,6-6,7 dan temperatur 23-27 derajat celcius. Makanan alaminya jasad renik (zooplankton) dan unsur tumbuh-tumbuhan (phytoplankton). Varietasnya ada 4 dengan bentuk tubuh yang sama hanya berbeda pada warna tubuh dan sirip.
Paling populer adalah yang berwarna kuning keperakan, berhiaskan empat buah garis hitam kelam. Mulutnya kemerahan, sirip punggung hitam bertepi merah, sirip ekor bersisi merah bening, dan sirip perutnya berwarna oranye.
Di habitat asalnya, Sumatra, dapat mencapai panjang 8 cm, sedangkan yang terdapat di akuarium-akuarium pedagang ikan hias, ukuran terpanjangnya paling banter hanya 6 cm, dan rata-rata 5 cm. Walau demikian, pada ukuran ini pun ia sudah dapat dijadikan induk yang cukup memadai.
Tangkas dan berenang cepat, ikan sumatra dapat dipelihara bercampur dengan ikan-ikan yang sama gesitnya seperti ikan-ikan platis, kerabat lele, atau kerabat ikan macan (Chromobotia macracanthus). Sebaiknya akuarium diisi pula dengan tumbuh-tumbuhan air sebagai tempatnya bermain-main. Ikan sumatra bersifat omnivora, dapat diberi makanan kering (buatan) atau mangsa hidup seperti cacing, kutu air atau jentik-jentik nyamuk.
Ikan ini dapat dibiakkan di dalam akuarium. Ikan sumatra betina mengeluarkan antara 150–200 butir sekali bertelur, yang disebarkan di antara tumbuh-tumbuhan air. Telur akan menetas setelah 24 jam, dan anak-anak ikan mulai terlihat aktif setelah 3 hari. Sebagai pakan anak ikan pada minggu-minggu pertama dapat digunakan udang renik.
Jenis yang berkerabat[sunting | sunting sumber]
Asal mula ikan Sumatra
Dijuluki ikan Sumatra karena pertama kali ditemukan di Pulau Sumatra, tepatnya di perairan Lampung, Jambi, dan Riau. Lantaran berasal dari Sumatra, orang lantas menyebutnya ikan Sumatra atau board sumatra kata orang asing. Belakangan, baru ketahuan bahwa ia bisa juga ditemukan di Kalimantan.
Menurut Axelrod dalam "Exotic Tropical Fish", di habitat aslinya "harimau air" hidup di perairan jernih, dengan pH 6,6-6,7 dan temperatur 23-27 derajat celcius. Makanan alaminya jasad renik (zooplankton) dan unsur tumbuh-tumbuhan (phytoplankton). Varietasnya ada 4 dengan bentuk tubuh yang sama hanya berbeda pada warna tubuh dan sirip.
Paling populer adalah yang berwarna kuning keperakan, berhiaskan empat buah garis hitam kelam. Mulutnya kemerahan, sirip punggung hitam bertepi merah, sirip ekor bersisi merah bening, dan sirip perutnya berwarna oranye.
Di habitat asalnya, Sumatra, dapat mencapai panjang 8 cm, sedangkan yang terdapat di akuarium-akuarium pedagang ikan hias, ukuran terpanjangnya paling banter hanya 6 cm, dan rata-rata 5 cm. Walau demikian, pada ukuran ini pun ia sudah dapat dijadikan induk yang cukup memadai.
Sebagai ikan yang terancam punah, ikan sumatera dilindungi dan diawasi
oleh pemerintah. di perairan alami. Namun sekarang ikan sumatera masih dicari
dan diburu orang secara illegal untuk diperdagangkan. Permasalahan yang sering
dihadapi dalam pemeliharaan ikan sumatera adalah serangan penyakit. Secara
alami, ikan sumatera sudah memiliki sistem pertahanan tubuh untuk mencegah
masuknya patogen, yaitu :
Gabungan kulit, sisik, dan lendir yang berfungsi untuk menahan
masuknya bahan yang bersifat toksik (racun).
Sistem sel darah putih dan organ tubuh ikan, seperti hati yang mampu
menetralisir bahan-bahan yang bersifat toksik.
Vaksinasi untuk membentuk sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat
menghambat masuknya penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa.
Pemicu munculnya penyakit pada ikan sumatera ada tiga, faktor yakni
menurunnya kualitas lingkungan pemeliharaan, adanya jasad patogen, dan kondisi
aikan yang lemah. Bila ikan terserang penyakit, dapat dipastikan ditimbulkan
oleh beberapa faktor tersebut. Untuk mencegah dan mengobatinya maka harus
diketahui faktor penyebabnya.
Sistematika
Sistematika ikan Sumatera menurut Pinus Lingga dan Heru Susanto
adalah sebagai berikut :
Kelas
: Pisces
Ordo
: Malacopterygii
Famili :
Cyprinidae
Genus
: Puntius
Species : Puntius
tetrazona
Asal
:
Sumatera
Nama Inggris
: Tiger Barb
Morfologi
Adapun
beberapa ciri-ciri khusus yang dapat kita lihat secara kasat mata yang terdapat
pada ikan Sumatera:
- Bentuk bada memanjang, pipih kesamping
- Warna dasar tubuhnya tampak putih keperakan
- Pada bagian atas tubuhnya terlihat warna agak sawo matang dengan corak hijau
- Pada bagian sisi badanya berwarna kemerah-kemerahan
- Terdapat empat garis berwarna hitam kebiruan yang memotong badanya
- Sirip punggung mempunyai garis yang berwarna hitam sama halnya dengan sirip-sirip yang terdapat pada bagisn yang lainya.
Habitat dan Penyebaran
Dihabitat aslinya sumatera hidup diperairan tawar. ikan menyukai
sungai yang berarus lambat atau sedang dan rawa atau danau yang berkedalaman
2-3 meter. Ikan sumatera lebih menyukai danau yang dasarnya berlumpur, banyak
ditumbuhi tanaman air, dan ber-pH agak asam.
Daerah penyebaran ikan sumatera yaitu perairan Riau, Jambi,
Medan, dan Kalimantan.
Pemilihan Induk
Sebelum ikan Sumatera dipijahkan sebaiknya calon induk diseleksi
terlebih dahulu. ikan yang akan dijadikan induk harus benar-benar berkualitas.
Calon induk arwana hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
Ikan jantan memiliki tubuh yang lebih langsing dan warna yang agak
tua
Sedagkan pada induk betina memilki tubuh yang lebih montok dengan
warna yang tidak menyolok
Induk jantan memiliki warna hidung yang merah cherry
Pada induk betina lebih kelihatan perut yang membulat dengan terisi
telur yang padat
Induk-induk yang dipilih harus sudah mencapai ukuran cukup besar,
kurang lebih 4-6 cm, dan sudah meiliki umur yang cukup yaitu berkisar antara
5-6 bulan
Teknik Pemijahan
Bak atau akuarium pemijahan dibersihkan dan di isi air setinggi 30
cm, tanaman air dibersihkan dan disusun pada tempat pemijahan setelah dipasangi
pemberat berupa pecahan genteng. Setelah bak pemijahan siap, induk yang telah
diseleksi dimasukan pelan-pelan dan hati-hati usahakan pagi hari. Dengan luas
bak 2m2 dapat dikawinkan sebanyak 40 pasang, dengan
perbandingan jumlah jantan 1:1 jika menggunakan akuarium sebaiknya tidak
lebih dari 4 pasang
Biasanya ikan
Sumatera akan memijah pada siang hari, jika pada waktu memilih induk
benar-benar dapat yang bagus, kalaupun meleset pada hari berikutnya akan
memijah. Telur-telur akan dikeluarkan berserakan tampa ada usaha dari induk
untuk menempatkanya ditempat yang pantas, sebagian telur akan melekat pada
tanaman air dan sebagiaa terjatuh kedasar pada tempat pemijahan. Setelah proses
pemijahan selesai maka induk dapat dipindahkan ketempat perawatan induk, dan
telurnya dapat ditetaskan pada tempat pemijahan
Telur-telur
yang telah dibuahi kalau ada yang tidak sempat kena sperma maka akan mati. Dua
hari kemudian maka benih-benih ikan ini akan berenag bebas dan mulai harus
disediakan makanan setelah umur 4 hari, makanan pertama yang pantas jadi
santapanya adalah Infusoria. Kemudian meningkat kutu air yang disaring
sebelum akhirnya diberi ktu air yang kasar dang cacing sutera, pemberian makan
diberikan rutin.
Pembesaran
Pembesaran
benih dilakukan ditempat benih tersebut di tetaskan, setelah 4 hari terhitung
setelah memijah maka binih sudah harus diberi makanan tambahan yang cocok
dengan kondisinya. Dan pergantian air sebaiknya dilakukan secara rutin setiap
3-4 hari sekali dengan menyipon ½ atau 2/3 air yang dipakai untuk menggantinya
dan tidak boleh air langsung dari sumur, air harus di diamkan paling tidak
sehari semalam pergantian ini sudak dilakukan pada saat benih berumur dua
minggu sampai pada akhirnya benih dipindahkan ditempat yang lebih besar atau
dikurangi kepadatannya.
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2013/09/pembenihan-ikan-sumatera.html
mantap.....
BalasHapus