Selasa, 26 April 2022

IKAN SUMATERA




Ikan yang berukuran kecil, dengan panjang total (beserta ekor) mencapai 70mm. Tubuh berwarna kekuningan dengan empat pita tegak berwarna gelap; pita yang pertama melewati mata dan yang terakhir pada pangkal ekor. Gurat sisi tak sempurna, 22-25 buah dengan hanya 8-9 sisik terdepan yang berpori. Batang ekor dikelilingi 12 sisik. Tinggi tubuh sekitar setengah kali panjang stkamur (tanpa ekor)
Ikan sumatra senang berenang bergerombol. Bila dipelihara dalam jumlah kecil, kurang dari 5 ekor, ikan ini dapat menjadi agresif dan mengganggu ikan-ikan yang lain. Ikan-ikan yang lemah dan kurang gesit dapat menjadi sangat menderita akibat gigitan ikan sumatra yang dominan, yang terutama akan menyerang sirip-siripnya. Dalam kelompok yang besar, agresivitas ikan ini dapat terkendalikan.[2]
Tangkas dan berenang cepat, ikan sumatra dapat dipelihara bercampur dengan ikan-ikan yang sama gesitnya seperti ikan-ikan platis, kerabat lele, atau kerabat ikan macan (Chromobotia macracanthus). Sebaiknya akuarium diisi pula dengan tumbuh-tumbuhan air sebagai tempatnya bermain-main. Ikan sumatra bersifat omnivora, dapat diberi makanan kering (buatan) atau mangsa hidup seperti cacing, kutu air atau jentik-jentik nyamuk.
Ikan ini dapat dibiakkan di dalam akuarium. Ikan sumatra betina mengeluarkan antara 150–200 butir sekali bertelur, yang disebarkan di antara tumbuh-tumbuhan air. Telur akan menetas setelah 24 jam, dan anak-anak ikan mulai terlihat aktif setelah 3 hari. Sebagai pakan anak ikan pada minggu-minggu pertama dapat digunakan udang renik.
Jenis yang berkerabat[sunting | sunting sumber]
Asal mula ikan Sumatra
Dijuluki ikan Sumatra karena pertama kali ditemukan di Pulau Sumatra, tepatnya di perairan Lampung, Jambi, dan Riau. Lantaran berasal dari Sumatra, orang lantas menyebutnya ikan Sumatra atau board sumatra kata orang asing. Belakangan, baru ketahuan bahwa ia bisa juga ditemukan di Kalimantan.
Menurut Axelrod dalam "Exotic Tropical Fish", di habitat aslinya "harimau air" hidup di perairan jernih, dengan pH 6,6-6,7 dan temperatur 23-27 derajat celcius. Makanan alaminya jasad renik (zooplankton) dan unsur tumbuh-tumbuhan (phytoplankton). Varietasnya ada 4 dengan bentuk tubuh yang sama hanya berbeda pada warna tubuh dan sirip.
Paling populer adalah yang berwarna kuning keperakan, berhiaskan empat buah garis hitam kelam. Mulutnya kemerahan, sirip punggung hitam bertepi merah, sirip ekor bersisi merah bening, dan sirip perutnya berwarna oranye.


Di habitat asalnya, Sumatra, dapat mencapai panjang 8 cm, sedangkan yang terdapat di akuarium-akuarium pedagang ikan hias, ukuran terpanjangnya paling banter hanya 6 cm, dan rata-rata 5 cm. Walau demikian, pada ukuran ini pun ia sudah dapat dijadikan induk yang cukup memadai.
Sebagai ikan yang terancam punah, ikan sumatera dilindungi dan diawasi oleh pemerintah. di perairan alami. Namun sekarang ikan sumatera masih dicari dan diburu orang secara illegal untuk diperdagangkan. Permasalahan yang sering dihadapi dalam pemeliharaan ikan sumatera adalah serangan penyakit. Secara alami, ikan sumatera sudah memiliki sistem pertahanan tubuh untuk mencegah masuknya patogen, yaitu :
         Gabungan kulit, sisik, dan lendir yang berfungsi untuk menahan masuknya bahan yang bersifat toksik (racun). 
         Sistem sel darah putih dan organ tubuh ikan, seperti hati yang mampu menetralisir bahan-bahan yang bersifat toksik.
         Vaksinasi untuk membentuk sistem kekebalan tubuh, sehingga dapat menghambat masuknya penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan protozoa.
Pemicu munculnya penyakit pada ikan sumatera ada tiga, faktor yakni menurunnya kualitas lingkungan pemeliharaan, adanya jasad patogen, dan kondisi aikan yang lemah. Bila ikan terserang penyakit, dapat dipastikan ditimbulkan oleh beberapa faktor tersebut. Untuk mencegah dan mengobatinya maka harus diketahui faktor penyebabnya.

Sistematika
          Sistematika ikan Sumatera menurut Pinus Lingga dan Heru Susanto adalah sebagai berikut :
         Kelas            : Pisces
         Ordo            : Malacopterygii
         Famili           : Cyprinidae
         Genus                    : Puntius
         Species         : Puntius tetrazona
         Asal             :  Sumatera
         Nama Inggris          :  Tiger Barb

Morfologi
          Adapun beberapa ciri-ciri khusus yang dapat kita lihat secara kasat mata yang terdapat pada ikan  Sumatera:
  • Bentuk bada memanjang, pipih kesamping
  • Warna dasar tubuhnya tampak putih keperakan
  • Pada bagian atas tubuhnya terlihat warna agak sawo matang dengan corak hijau
  • Pada bagian sisi badanya berwarna kemerah-kemerahan
  • Terdapat empat garis berwarna hitam kebiruan yang memotong badanya
  • Sirip punggung mempunyai garis yang berwarna hitam sama halnya dengan sirip-sirip yang terdapat pada bagisn yang lainya.

Habitat dan Penyebaran
Dihabitat aslinya sumatera hidup diperairan tawar. ikan menyukai sungai yang berarus lambat atau sedang dan rawa atau danau yang berkedalaman 2-3 meter. Ikan sumatera lebih menyukai danau yang dasarnya berlumpur, banyak ditumbuhi tanaman air, dan ber-pH agak asam.
Daerah penyebaran ikan sumatera yaitu  perairan Riau, Jambi, Medan, dan Kalimantan.

Pemilihan Induk
          Sebelum ikan Sumatera dipijahkan sebaiknya calon induk diseleksi terlebih dahulu. ikan yang akan dijadikan induk harus benar-benar berkualitas. Calon induk arwana hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :
         Ikan jantan memiliki tubuh yang lebih langsing dan warna yang agak tua
         Sedagkan pada induk betina memilki tubuh yang lebih montok dengan warna yang tidak menyolok
         Induk jantan memiliki warna hidung yang merah cherry
         Pada induk betina lebih kelihatan perut yang membulat dengan terisi telur yang padat
         Induk-induk yang dipilih harus sudah mencapai ukuran cukup besar, kurang lebih 4-6 cm, dan sudah meiliki umur yang cukup yaitu berkisar antara 5-6 bulan

Teknik Pemijahan
          Bak atau akuarium pemijahan dibersihkan dan di isi air setinggi 30 cm, tanaman air dibersihkan dan disusun pada tempat pemijahan setelah dipasangi pemberat berupa pecahan genteng. Setelah bak pemijahan siap, induk yang telah diseleksi dimasukan pelan-pelan dan hati-hati usahakan pagi hari. Dengan luas bak 2m2  dapat dikawinkan sebanyak 40 pasang, dengan perbandingan jumlah jantan 1:1 jika menggunakan akuarium sebaiknya  tidak lebih dari 4 pasang
          Biasanya ikan Sumatera akan memijah pada siang hari, jika pada waktu memilih induk benar-benar dapat yang bagus, kalaupun meleset pada hari berikutnya akan memijah. Telur-telur akan dikeluarkan berserakan tampa ada usaha dari induk untuk menempatkanya ditempat yang pantas, sebagian telur akan melekat pada tanaman air dan sebagiaa terjatuh kedasar pada tempat pemijahan. Setelah proses pemijahan selesai maka induk dapat dipindahkan ketempat perawatan induk, dan telurnya dapat ditetaskan pada tempat pemijahan
          Telur-telur yang telah dibuahi kalau ada yang tidak sempat kena sperma maka akan mati. Dua hari kemudian maka benih-benih ikan ini akan berenag bebas dan mulai harus disediakan makanan setelah umur 4 hari, makanan pertama yang pantas jadi santapanya adalah Infusoria. Kemudian meningkat kutu air yang disaring  sebelum akhirnya diberi ktu air yang kasar dang cacing sutera, pemberian makan diberikan rutin.

Pembesaran
          Pembesaran benih dilakukan ditempat benih tersebut di tetaskan, setelah 4 hari terhitung setelah memijah maka binih sudah harus diberi makanan tambahan yang cocok dengan kondisinya. Dan pergantian air sebaiknya dilakukan secara rutin setiap 3-4 hari sekali dengan menyipon ½ atau 2/3 air yang dipakai untuk menggantinya dan tidak boleh air langsung dari sumur, air harus di diamkan paling tidak sehari semalam pergantian ini sudak dilakukan pada saat benih berumur dua minggu sampai pada akhirnya benih dipindahkan ditempat yang lebih besar atau dikurangi kepadatannya.
http://komunitaspenyuluhperikanan.blogspot.com/2013/09/pembenihan-ikan-sumatera.html

UDANG ROSTRIS




Udang rostris (Litopenaeus stylirostris) berasal dari kawasan Amerika Latin khususnya dari negara Mexico, mempunyai prospek pasar internasional yang cukup baik bagi dunia usaha dan sudah banyak diproduksi secara massal dengan menerapkan teknologi sederhana hingga intensif oleh beberapa negara di Amerikan dan Asia. Informasi yang didapat dari hasil kajian dan hasil produksi di beberapa negara produsen, bahwa udang rostris menunjukkan keunggukan-keunggulan sebagai berikut:
-       Laju pertumbuhan yang menyerupai udang windu (dapat mencapai ukuran 30 gr/4 bulan).
-       Toleran terhadap suhu rendah dan perubahan salinitas (khususnya pada salinitas tinggi).
-       Toleran terhadap lingkungan yang ekstrim (kindisi tanah gambut dan kondisi lainnya).
Pemicu munculnya penyakit pada udang rostris ada tiga, faktor yakni menurunnya kualitas lingkungan pemeliharaan, adanya jasad patogen, dan kondisi udang yang lemah. Bila udang rostris terserang penyakit dapat dipastikan ditimbulkan oleh beberapa faktor tersebut. Untuk mencegah dan mengobatinya maka harus diketahui faktor penyebabnya.
Klasifikasi
            Klasifikasi dari udang rostris (Litopenaeus stylirostris) adalah sebagai berikut :
       Sub Phyllum    : Crustacea
       Kelas                : Malacostraca
       Ordo                : Decapoda
       Famili              : Penaidae
       Genus              : Litopenaeus
       Species            : Litopenaeus stylirostris

Morfologi
Ciri morfologi udang rostris ini tidak berapa beda dengan deskripsi udang pada umumnya. Secara jelas yang tampak adalah udang ini berwarna biru kehitaman, keki renang merah kebiru-biruan, rostrum panjang bergigi 7 pada bagian atas (dorsal) dan 1 gigi lunak yang berkembang di bagian ventral.
      Persiapan Air Media
            Dalam persiapan air media awal sudah dianggap baik apabila kondisi parameter kualitas air dan kelimpahan plankton tidak mengalami goncangan (fluktuasi) yang mencolok. Tahapan dalam persiapan air media awal adalah sebagai berikut :
-            Pengamatan parameter kualitas tanah (pH : 6,5-7,5 ; kandungan bahan organic 8-10 %). Tujuan dari pengamatan parameter kualitas tanah ini adalah untuk mengetahui kondisi tanah tersebut sudah layak atau belum bagi kebutuhan biologis udang yang akan dipelihara.
-            Pengisian air seluruh komponen petakan tambak hingga mencapai ketinggian yang optimal (1,2-1,4 m), dilakukan pada saat kondisi air laut sedang pasang tinggi. Kemudian air dibiarkan 2-5 hari dengan tujuan untuk mengetahui tingkat porositas tanah dan tingkat evaporasi (penguapan) air pada petakan tambak yang akan dioperasionalkan.
-            Sterilisasi air media dengan kaporit berkisar antara 25-30 ppm dan ditebar merata, kemudian diaerasi (dikincir) yang kuat selama 3-5 jam. Pengadukan dengan kincir bertujuan agar kaporit yang diaplikasikan tersebar secara merata hingga ke dasar tambak, sehingga air media tersebut dapat segera steril.
-            Pengamatan parameter kualitas air, seperti pH (7,5-8,5), suhu (28o-31o C), dan salinitas (15-35 ppt), serta parameter air lainnya. Pengukuran parameter kualitas air ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kualitas air secara awal, sehingga pada saat penebaran benur dapat disesuaikan (untuk proses adaptasi penebaran benur).

     Pemilihan dan Penebaran Benih
Apabila kondisi air media sudah siap dalam artian baik kondisi parameter kualitas air dan kondisi kelimpahan plankton, maka segera dapat dilakukan penebaran benih.
Pemilihan standar benih udang rostris adalah sebagai berikut :
-            Ukuran diusahakan seragam.
-            Gerakan lincah dan menantang arus.
-            Respon terhadap gerakan.
-            Warna tubuhnya putih transparan.
-            Kaki dan kulit bersih.
-            Isi usus tidak putus, dan
-            Adaptif (tahan) terhadap perubahan salinitas.
Benih udang rostris yang ditebar adalah ukuran PL-15 atau ukuran tokolan (sebesar pentol korek api) dan sudah dalam kondisi bebas virus. Standar baku benih yang baik adalah setelah dipilah dengan formalin, kematiannya maksimal tidak lebih dari 5 %. Benih tersebut diangkut ke tambak dan kemudian sebelum ditebar terlebih dahuludiadaptasikan terhadap parameter kualitas air yaitu suhu, salinitas, pH, dan parameter lainnya secara perlahan-lahan selama 5-15 menit.
Waktu penebaran yang baik diusahakan pagi hari (jam 0500- 0700). Dengan padat penebaran yang optimal pada pembesaran udang rostris dengan teknologi intensif pada system ini adalah berkisar antara 25-50 ekor/m2 (tergantung factor daya dukung lahan dan sarana penunjang lainnya).

      Masa Pemeliharaan
Selama masa pemeliharaan udang rostris berlangsung (masa operasional berjalan) perlakuan dan pengamatan sangatlah menentukan tingkat keberhasilan. Untuk itu, dalam kurun waktu tersebut ada beberapa kegiatan, perlakuan, dan pengamatan penting yang perlu diperhatikan, yaitu :
-            Pengaturan dan pemberian pakan.
-            Manajemen plankton.
-            Pengelolaan air dan lumpur.
-            Pengamatan kondisi dan pertumbuhan udang.

Faktor yang sangat penting selam masa pemeliharaan udang adalah pengamatan mengenai kondisi dan kesehatan udang rostris pada tambak yang dioperasionalkan. Untuk mengetahui kondisi ini dapat diindikatorkan dengan pengamatan secara visual yaitu diantaranya adalah :
-       Udang ditempeli oleh jenis bakteri Zoothamium sp dan jenis lainnya pada insang dan tubuh.
-       Insang kotor.
-       Kepala (karapas) dan kulit (abdomen) berlumut.
-       Ekor geripis.
-       Anthena putus.
-       Daging udang keropos.
-       Warna tubuh dan ekor kemerahan.
Udang yang sehat dicirikan dengan normalnya fungsi fisiologis yang secara fisik dapat terlihat dari nafsu makan, pertumbuhan, kelengkapan organ dan jaringan tubuh. Udang akan tetap dalam kondisi sehat selama lingkungan masih mampu untuk mentolerir beban polusi internal sebagai hasil degradasi input produksi (pupuk, pakan, dan obat-obatan). Penyakit yang pada umumnya mulai terjadi pada bulan kedua pada masa pemeliharaan.
Kemampuan mengendalikan factor penyebab stress dan antisipasi yang tepat terhadap potensi serta gejala sakit  akan menentukan kualitas dan kuantitas pada akhir masa pemeliharaan hingga panen. Hampir semua kunci manajemen kesehatan adalah pencegahan, namun tidak menutup kemungkinan dilakukannya pengobatan. Ada beberapa kegiatan monitoring kesehatan dan perlakuan udang selama masa pemeliharaan, diantaranya :
-       Pengamatan Rutin
-       Pengamatan Visual
-       Pencegahan Penyakit

Penyakit yang biasa menyerang ikan sumatera adalah sebagai berikut :
1.      White Spot Syndrom Virus (WSSV)
         Gejala / Ciri-ciri
-          Udang menempel di pematang/bamboo.
-          Berenang abnormal.
-          Secara mikroskopik terlihat bercak putih dengan bentuk bunga dan inti kehitaman.
-          Timbul bercak putih di kulit.
         Pengobatan
-          Dengan bahan kimia
Dapat diberikan Vitamin C sebanyak 100 ppm yang dicampurkan dalam pakan dan diberikan kepada udang yang terserang selama 3 hari, atau dapat juga diberikan Fucoidan (ekstrak rumput laut) sebanyak 60 - 100 mg/ kg udang/ hari selama 15 hari.
-          Dengan bahan alami
Dapat digunakan ekstrak dari daun sambiloto dengan cara diremas, air tersebut dicampur dengan pakan dan dikeringkan, setelah itu baru diberikan pada udang, atau dapat juga menggunakan ekstrak daun Maiyana dengan dosis 0,5 gr/5 liter air.
         Pengendalian
-          Memilih benih yang telah bebas virus.
-          Aplikasikan air steril dan juga pagar keliling.
2.      Bakteri Zoothalium sp
         Gejala / Ciri-ciri
-          Kulit dan badan berlumut.
-          Karapas dan kulit abdomen.
-          Warna tubuh kemerahan.
         Pengobatan
-          Dengan bahan kimia
Dapat digunakan Formalin dengan dosis 30 ppm atau kaporit 1 ppm diberikan selama 1 hari.
-          Dengan bahan alami
Menggunakan larutan kunyit atau daun sirih.
         Pengendalian
-          Membuang lapisan dasar tambak.
-          Pelihara ikan bandeng.
-          Perbaiki dasar tambak.

3.      Lumutan
         Gejala
-          Kulit seperti berbulu.
-          Tubuh keropos/kusam.
-          Insang kotor.
         Pengobatan
-          Dengan bahan kimia
Menggunakan Formalin 30 ppm atau larutan kaporit sebanyak 1 ppm, yang dilarukan dengan air tambak.
-          Dengan bahan alami
Dapat menggunakan daun sadah sebanyak 2 gr/liter air, yang dilarutkan selama 15 menit. Atau dapat juga menggunakan daun sirih yang telah diremas, direndam dan disaring airnya, kemudian udang yang terserang penyakit ini direndam selama 15 menit.
         Pengendalian
Langkah pengendalian penyakit ini dapat dilakukan dengan membuang lapisan Lumpur organic dan memberikan pengapuran pada dasar tambak.

DAFTAR PUSTAKA
Kokarkin, C., 2002. “Petunjuk Teknis Budidaya Udang Rostris”. Dirjen Perikanan. Jakarta.
Junaidah, S., 2004. “Petunjuk Teknis Pembenihan Udang Rostris”. Dirjen Perikanan Budidaya. BBPBAP Jepara.

Basri H. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Udang Rostris Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.