Kamis, 21 Oktober 2021

PENANGANAN HAMA PENYAKIT



Pada awal mulanya bentuk tubuh ikan mas koki sama dengan ikan mas biasa (Cyprinus carpio), bedanya hanya pada sepasang sungut yang tidak ada pada ikan mas biasa pada mulutnya. Akhirnya ikan mas koki mengalami mutasi  setelah melewati proses persilangan gen diawali dari warna tubuh, sirip dan ekor.


Ikan mas koki tidak sulit dalam pembudidayaannya, budidaya ikan mas koki juga sangat menguntungkan. Tidak membutuhkan lahan yang cukup luas dan siklus reproduksinya relatif singkat dengan nilai jual yang sangat tinggi.

Ikan mas koki digemari masyarakat banyak lantaran memiliki keindahan warnanya, gerak-gerik, dan bentuk tubuhnya yang sangat unik. Dengan harga yang relatif terjangkau, ikan mas koki mempunyai permintaan pasar yang stabil.
Menurut Iskandar (2004), ikan mas koki mempunsyai tubuh yang unik dan sisik yang menarik. Ikan mas koki tergolong ke dalam jenis ikan yang mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Bentuk tubuh ikan mas koki agak memanjang dan pipih tegak (compressed) dan mulutnya terletak pada ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protaktil).

Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi kerongkongan yang tersusun dari tiga baris. Gigi geraham secara umum, hampir seluruh tubuh ikan mas koki ditutupi oleh sisik yang berukuran relatif kecil.

Sirip punggung (dorsal) memanjang dan bagian belakangnya berjari tulang keras. Sementara itu, sirip ketiga dan keempatnya bergerigi. Letak sirip punggung berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral).

Sirip dubur (anal) mempunyai ciri seperti sirip punggung, yakni berjari tulang keras dan bergerigi dan seluruh bagian siripnya berbentuk rumbai-rumbai atau panjang. Garis rusuk atau gurat sisi (linnea lateralis) pada ikan mas koki tergolong lengkap, berada dipertengahan tubuh dengan posisi melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor.

Menurut Ardi et al. (2008), adapun ciri-ciri induk jantan ikan mas koki adalah pada sirip dada terdapat bintik-bintik bulat menonjol dan jika diraba terasa kasar. Warna tubuhnya cemerlang dibandingkan dengan induk betina, ukuran tubuhnya lebih ramping, gerakannya lebih lincah, dan induk jantan yang telah matang gonad bila diurut pada bagian perut sampai pada lubang urogenital akan mengeluarkan cairan berwarna putih yang disebut dengan sperma.

Sedangkan pada induk betina, sirip dada terdapat bintik-bintik dan terasa halus jika diraba. Warna tubuh agak pucat tidak secerah induk jantan, gerakannya relatif lebih lambat, ukuran tubuhnya lebih besar dari induk jantan. Induk betina yang sudah matang gonad bila diurut dibagian perut sampai lubang urogenital akan mengeluarkan cairan berwarna kuning yang disebut dengan sel telur.

Keberhasilan suatu usaha budidaya ikan tidak terlepas dari masalah penyakit dan parasit ikan. Adapun organisme penyebab penyakit dan parasit pada ikan peliharaan umumnya berasal dari golongan jamur, bakteri, virus, dan hewan invertebrata.
          Untuk mengatasi timbulnya penyakit dan parasit pada ikan peliharaan, ada baiknya kita mengetahui bagaimana cara berjangkit maupun penularan penyakit atau parasit terhadap ikan adapun caranya sebagai berikut :
1.  Melalui Air
2.  Melalui kontak langsung dengan ikan yang telah terserang penyakit atau parasit.
3.  melalui alat-alat yang telah digunakan untuk menangani atau mengangkut ikan-ikan yang terserang penyakit atau parasit.
4.  Terbawa oleh ikan, makanan atau tumbuhan dari daerah asalnya sehingga berkembang dengan pesat pada lingkungan yang baru.
Adapun cara untuk mengatasi masalah penyakit dan parasit pada ikan, dapat dilakukan dengan cara pencegahan atau pemberantasan.

Pencegahan
          Usaha pencegahan merupakan cara yang efektif dan dianjurkan dalkam menanggulangi masalah penyakit atau parasit pada ikan maskoki. Cara pencegahan dianggap lebih baik dan murah bila dibandingkan denganusaha pemberantasan.
Adapun cara pencegahan terhadap penyakit atau parasit dapat dilakukan dengan cara :
Sanitasi Kolam Ikan
Sanitasi kolam biasanya dilakukan dengan menjaga kebersihan kolam dan air yang digunakan. Kolam yang akan digunakan dikeringkan dan dijemur selama 2-5 hari hal ini dimaksudkan untuk memutus siklus hidup penyakit atau parasit yang mengganggu. Selain pengeringan dan penjemuran, sanitasi kolam dapat dilakukan dengan pengapuran.
Sanitasi Peralatan Kerja
Peralatan atau perlengkapan kerja yang digunakan dalam kegiatan sehari-hari harus dalam keadaan steril. Untuk itu sebelum alat-alat tersebut digunakan sebaiknya direndam terlebih dahulu menggunakan larutan PK 20 mg/l selama 30 menit.
Sanitasi Ikan
Selain sanitasi kolam, upaya pencegahan terhadap serangan penyakit atau parasit dapat dilakukan dengan casra sanitasi terhadap ikan. Adapun caranya sebagai berikut :
-   Jangan mendatangkan ikan atau memasukan air dari daerah yang telah terkena wabah penyakit atau parasit.
-   Ikan yang telah memperlihatkan gejala-gejala penyakit segera diasingkan atau diobati secara terpisah.
-   Jangan membuang air bekas pengangkutan kekolam karena dikhawatirkan mengandung bibit penyakit atau parasit yang dapat menyebar.
-   Ikan yang akan ditebar sebaiknya direndam terlebih dahulu dalam larutan PK sebanyak 20 gr/m³ air selama 30 menit.
Pemberian Makanan Bergizi
Cara lain untuk mencegah serangan penyakit atau parasit pada ikan adalah dengan cara menjaga kondisi ikan agar tetap selalu dalam kondisi sehat dan memiliki ketahanan tubuh yantg kuat. Hal ini dapat dilakukan dengan memberinya makanan bergizi dan mengandung cukup vitamin yang dibutuhkan untuk menambah daya tahan tubuh.

Pengobatan
          Jika telah terjadi serangan penyakit atau parasit terhadap maskoki yang dipelihara, hanya ada satu alternative untuk mengatasinya, yaitu dengan melakukan usaha pengobatan secepat mungkin agar kerugian yang ditimbulkan tidak terlalu besar.

          Adapun penyakit yang sering menyeranga ikna maskoki berserta gejala dan cara pengobatannya deapat dilihat pada table dibawah ini:
NO
JENIS PENYAKIT DAN PENYEBABNYA
GEJALA
PENGOBATAN
SECARA KIMIA
SECARA ALAMI
1
White Spote (Bintik Putih)
 Ichthyophthyrius      multifillis
Terdapat banyak bintik putih pada permukaan tubuh
Berenang di permukaan air
Ikan berkumpul ditempat yang dangkal
Ikan menggosokan tubuhnya ke dinding atau benda yang keras
Gerakan tutup insang lebih cepat.
Direndam dengan larutan methylen blue 10 gr/I air selama 24 jam.
Perendaman menggunakan larutan malachite green oxalate  0,1 gr/m³air selama 24 jam.
Perendaman dengan formalin 25 ml/m³air selama 10 menit.
Dengan menggunakan daun ketapang kering yang direndam

Dengan menggu nakan  rebusan buah mahkota dewa





NO
JENIS PENYAKIT DAN PENYEBABNYA
GEJALA
PENGOBATAN
2
Argulus

Sirip atau bagian tubuh lainnya mengalami pendarahan. Pada bagian yang luka akan didapati satu atau sekelompok argulus.
Ikan direndam dalam larutan neguvon 1 gr/l air selama 10-30 menit.
Perendaman dengan menggunakan larutan garam (NaCl) 20gr/l air selama 5-10 menit
Dengan menggu nakan daun ketapang kering yang direndam

Dengan menggu nakan rebusan buah mahkota dewa 
3
Gyrodactylus
Produksi lendir yang berlebih.
Warna ikan menjadi pucat
Ikan menjadi lemas karena pernapasannya terganggu
Gerakan tutup insang lebih cepat
Menggeletak didasar karena lemas
Perendaman dengan menggunakan larutan machete green 1 mg/300 ml air.
Perendaman dengan menggunakan larutan
Dengan menggo sokan jeruk yang dibelah kebagian tubuh yang luka








DAFTAR PUSTAKA

Daelami Deden A.S. 2001. Agar Ikan Sehat. Jakarta : Penebar Swadaya
Hermanto, Ning. 2004 Menggempur Penyakit Hewan Kesayangan dengan Mahkota Dewa.  Penebar Swadaya.
Lesmana Darti S dan Iwan Darmawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Jakarta : Penebar Swadaya,
Lesmana Darti S. 2003 Mencegah dan Menanggulangi Penyakit Ikan Hias. Jakarta : Penebar Swadaya

Noryadin U. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Koki Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
https://www.superperikanan.com/2016/11/klasifikasi-ikan-mas-koki.html

Selasa, 19 Oktober 2021

TEMPERATUR DAN SUHU AIR





Temperatur atau suhu air adalah ukuran tinggi rendahnya panas air yang berada ditempat budidaya, baik kolam, karamba, maupun karamba jaring apung maupuan budidaya air payau ditambak serta budidaya laut. Air mempunyai kapasitas yang besar untuk menyimpan panas sehingga suhunya relatif  konstan dibanding suhu udara. Energi cahaya matahari sebagian besar diserap di lapisan permukaan air. Intensitas cahaya matahari semakin kedalam semakin berkurang. Transfer panas dari lapisan atas ke bawah tergantung kekuatan pengadukan air oleh angin. Untuk meningkatkannya maka dipasang kincir angin. semakin tinggi konsentrasi bahan terlarut dalam air maka akan tinggi penyerapan panasnya. Suhu air mempengaruhi densitasnya. semakin tinggi suhu air, densitasnya semakin rendah (gr/cm3).
Menurut Kordi dan Tancung (2005), suhu mempengaruhi aktivitas metabolieme organisme, oleh karena itu penyebaran organisme di perairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Memperhatikan suhu yang diperoleh pada kolam budidaya lele Kelurahan Melajeh, Kabupaten Bangkalan memberikan gambaran kualitas air pada lokasi tersebut sedikit lebih dingin dari perkiraan dan suhu ideal yang diperlukan untuk budidaya ikan lele yang menghendaki kisaran suhu 27-31°C, walaupun masih pada batas standar baku kualitas air untuk budidaya secara umum sebagaimana menurut Kordi (2010), bahwa suhu yang cocok untuk kegiatan budidaya biota air antara 23 hingga 32°C.
Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, larva dan benih sampai ukuran dewasa. Suhu media pemeliharaan akan berpengaruh terhadap perkembangan larva setelah telur, hal ini dikarenakan suhu dapat mempengaruhi laju penyerapan kuning telur yang menjadi sumber energi untuk proses metabolisme bagi larva. Menurut Kamler (1992), suhu berpengaruh terhadap laju metabolisme hewan akuatik. Ditegaskan pula oleh Avault (1985) dalam Sriharti (1997), menyatakan suhu air berpengaruh terhadap aktifitas ikan untuk mendapatkan pakan.
Kohno et al. (1986) dalam Pramono dan Marnani (2006), melaporkan bahwa cepatnya pertambahan panjang larva pada fase awal tergantung kepada kecepatan penyerapan kuning telur. Suhu air yang terlalu rendah dapat mengakibatkan proses metabolisme menjadi lambat hal ini dapat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan larva ikan akan menjadi lambat tumbuh. Menurut Kurniawan (2012), laju penyerapan kuning telur semakin meningkat seiring dengan peningkatan suhu. Suhu mempengaruhi sintasan larva secara signifikan. Ditegaskan oleh Sriharti (1997), suhu rendah akan mempengaruhi metabolisme dan pencernaan makanan. Namun, suhu terlalu tinggi dapat mengurangi nafsu makan (BPP Teknologi 2000).
Menurut Sriharti (1997), rentang fluktuasi suhu yang tinggi dapat menurunkan aktivitas makan larva ikan. Ketika suhu yang diperlukan larva tidak sesusai dengan keperluan untuk tumbuh dan berkembang, maka hal tersebut dapat berpengaruh terhadap fisiologi larva terutama dalam metabolisme, sehingga larva tidak mau makan yang tersedia sumber makanan didalam tubuh dan tidak tumbuh dan lama kelamaan menyebabkan daya tahan hidupnya hilang (Shierman dan Smith 1983 dalam Sriharti 1997).
Menurut Effendi (2004) menyatakan bahwa kematian larva yang tinggi dikarenakan pada fase kritis stadia larva, terjadi peralihan pemanfaatan makanan dari kuning telur (endogenous feeding) ke pemanfaatan pakan dari luar (exogenous feeding). Apabila terjadi kesenjangan pemanfaatan energi dari endogenous feeding ke exogenous feeding maka akan menyebabkan kematian larva. Kesenjangan diartikan pada saat kuning telur larva habis, larva belum melakukan proses organogenesis secara sempurna seperti pembentukan bintik mata, bukaan mulut dan lainnya. Ketidaksempurnaan dalam proses organogenesis dengan memanfaatkan energi dari kuning telur (endogenous feeding) akan mengakibatkan ketidakmampuan larva dalam memanfaatkan pakan dari luar (exogenous feeding). Oleh karena itu, suhu optimum media pemeliharaan sangat perlu diketahui, untuk menghasilkan larva dengan laju pertumbuhan yang optimal dengan kelangsungan hidup yang tinggi.
Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan, aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf. Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut.
Ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak (jv, bjn), jukut (vkt). Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan.
Air sebagai lingkungan hidup organisme air termasuk ikan relatif tidak begitu banyak mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1° C, setiap satuan volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau fluktuasi suhu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain sebagai berikut.
         Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
          Angin, sebagai penggerak permindahan massa air.
         Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau) terdapat lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan perairan.
Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap proses penetasan telur dan perkembangan telur. Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan ikan berbeda untuk setiap jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang berbeda. Suhu memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan :
a.         Suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan peningkatan suhu
b.        Peningkatan aktivitas metabolisme ikan
c.         Penurunan gas (oksigen) terlarut
d.        Efek pada proses reproduksi ikan
e.         Suhu ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan. (Anonim, 2009. SITH ITB)

Kisaran suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis dapat berlangsung berkisar antara 25° C – 32° C. Kisaran suhu tersebut biasanya berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat menguntungkan untuk melakukan kegiatan budi daya ikan. Suhu air sangat berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan, sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari hasil penelitian diketahui bahwa peningkatan 10° C suhu perairan mengakibatkan meningkatnya konsumsi oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2–3 kali lipat, sehingga kebutuhan oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal bagi organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu 58 yang mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5° C). Pada perairan yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu.
Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32° C menjadi 28° C). Lapisan kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai penurunan suhu sangat tajam (dari 28° C menjadi 21° C). Lapisan ketiga disebut lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini perbedaan suhu sangat kecil relatif konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi karena masuknya panas dari cahaya matahari ke dalam kolom air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari 2 meter biasanya terjadi stratifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena itu, bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan budi daya ikan kedalaman air tidak boleh lebih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah stratifikasi suhu pada wadah budi daya ikan diperlukan suatu alat bantu dengan menggunakan aerator/blower/ kincir air.