Temperatur atau suhu air adalah ukuran tinggi
rendahnya panas air yang berada ditempat budidaya, baik kolam, karamba, maupun
karamba jaring apung maupuan budidaya air payau ditambak serta budidaya laut.
Air mempunyai kapasitas yang besar untuk menyimpan panas sehingga suhunya
relatif konstan dibanding suhu udara. Energi cahaya matahari sebagian
besar diserap di lapisan permukaan air. Intensitas cahaya matahari semakin
kedalam semakin berkurang. Transfer panas dari lapisan atas ke bawah tergantung
kekuatan pengadukan air oleh angin. Untuk meningkatkannya maka dipasang kincir
angin. semakin tinggi konsentrasi bahan terlarut dalam air maka akan tinggi
penyerapan panasnya. Suhu air mempengaruhi densitasnya. semakin tinggi suhu
air, densitasnya semakin rendah (gr/cm3).
Menurut Kordi dan Tancung (2005), suhu mempengaruhi aktivitas
metabolieme organisme, oleh karena itu penyebaran organisme di perairan tawar
dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Memperhatikan suhu yang diperoleh pada
kolam budidaya lele Kelurahan Melajeh, Kabupaten Bangkalan memberikan gambaran
kualitas air pada lokasi tersebut sedikit lebih dingin dari perkiraan dan suhu ideal yang diperlukan untuk budidaya ikan lele
yang menghendaki kisaran suhu 27-31°C, walaupun masih pada batas standar baku
kualitas air untuk budidaya secara umum sebagaimana menurut Kordi (2010), bahwa
suhu yang cocok untuk kegiatan budidaya biota air antara 23 hingga 32°C.
Suhu berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari
telur, larva dan benih sampai ukuran dewasa. Suhu media pemeliharaan akan
berpengaruh terhadap perkembangan larva setelah telur, hal ini dikarenakan suhu
dapat mempengaruhi laju penyerapan kuning telur yang menjadi sumber energi
untuk proses metabolisme bagi larva. Menurut Kamler (1992), suhu berpengaruh
terhadap laju metabolisme hewan akuatik. Ditegaskan pula oleh Avault (1985)
dalam Sriharti (1997), menyatakan suhu air berpengaruh terhadap aktifitas ikan
untuk mendapatkan pakan.
Kohno et al. (1986) dalam Pramono dan Marnani (2006), melaporkan
bahwa cepatnya pertambahan panjang larva pada fase awal tergantung kepada
kecepatan penyerapan kuning telur. Suhu air yang terlalu rendah dapat
mengakibatkan proses metabolisme menjadi lambat hal ini dapat berpengaruh
terhadap laju pertumbuhan larva ikan akan menjadi lambat tumbuh. Menurut
Kurniawan (2012), laju penyerapan kuning telur semakin meningkat seiring dengan
peningkatan suhu. Suhu mempengaruhi sintasan larva secara signifikan.
Ditegaskan oleh Sriharti (1997), suhu rendah akan mempengaruhi metabolisme dan
pencernaan makanan. Namun, suhu terlalu tinggi dapat mengurangi nafsu makan
(BPP Teknologi 2000).
Menurut Sriharti (1997), rentang fluktuasi suhu yang tinggi dapat
menurunkan aktivitas makan larva ikan. Ketika suhu yang diperlukan larva tidak
sesusai dengan keperluan untuk tumbuh dan berkembang, maka hal tersebut dapat
berpengaruh terhadap fisiologi larva terutama dalam metabolisme, sehingga larva
tidak mau makan yang tersedia sumber makanan didalam tubuh dan tidak tumbuh dan
lama kelamaan menyebabkan daya tahan hidupnya hilang (Shierman dan Smith 1983
dalam Sriharti 1997).
Menurut Effendi (2004) menyatakan bahwa kematian larva yang tinggi
dikarenakan pada fase kritis stadia larva, terjadi peralihan pemanfaatan
makanan dari kuning telur (endogenous feeding) ke pemanfaatan pakan dari luar
(exogenous feeding). Apabila terjadi kesenjangan pemanfaatan energi dari
endogenous feeding ke exogenous feeding maka akan menyebabkan kematian larva.
Kesenjangan diartikan pada saat kuning telur larva habis, larva belum melakukan
proses organogenesis secara sempurna seperti pembentukan bintik mata, bukaan
mulut dan lainnya. Ketidaksempurnaan dalam proses organogenesis dengan
memanfaatkan energi dari kuning telur (endogenous feeding) akan mengakibatkan
ketidakmampuan larva dalam memanfaatkan pakan dari luar (exogenous feeding).
Oleh karena itu, suhu optimum media pemeliharaan sangat perlu diketahui, untuk
menghasilkan larva dengan laju pertumbuhan yang optimal dengan kelangsungan
hidup yang tinggi.
Menurut Laevastu dan Hela (1970), pengaruh suhu terhadap ikan
adalah dalam proses metabolisme, seperti pertumbuhan dan pengambilan makanan,
aktivitas tubuh, seperti kecepatan renang, serta dalam rangsangan syaraf.
Pengaruh suhu air pada tingkah laku ikan paling jelas terlihat selama
pemijahan. Suhu air laut dapat mempercepat atau memperlambat mulainya pemijahan
pada beberapa jenis ikan. Suhu air dan arus selama dan setelah pemijahan adalah
faktor-faktor yang paling penting yang menentukan “kekuatan keturunan” dan daya
tahan larva pada spesies-spesies ikan yang paling penting secara komersil. Suhu
ekstrim pada daerah pemijahan (spawning ground) selama musim pemijahan dapat
memaksa ikan untuk memijah di daerah lain daripada di daerah tersebut.
Ikan
adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin) yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan
jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi
menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan
hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes). Ikan dalam berbagai bahasa daerah disebut iwak (jv, bjn), jukut
(vkt). Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus
hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout
infantfish yang
hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering
dianggap sebagai "ikan", seperti ikan
paus, ikan cumi dan ikan
duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai
ikan.
Air sebagai
lingkungan hidup organisme air termasuk ikan relatif tidak begitu banyak
mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas
jenis air lebih tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1° C, setiap satuan
volume air memerlukan sejumlah panas yang lebih banyak dari pada udara. Pada
perairan dangkal akan menunjukkan fluktuasi suhu air yang lebih besar dari pada
perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang stabil atau
fluktuasi suhu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah
maka perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam
antara lain sebagai berikut.
Penyerapan (absorbsi) panas matahari pada bagian permukaan air.
Angin, sebagai penggerak permindahan
massa air.
Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan (danau)
terdapat lapisan suhu air yaitu lapisan air yang bersuhu rendah akan turun
mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik kepermukaan perairan.
Suhu
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan, mulai dari telur, benih sampai
ukuran dewasa. Suhu air akan berpengaruh terhadap proses penetasan telur dan
perkembangan telur. Rentang toleransi serta suhu optimum tempat pemeliharaan
ikan berbeda untuk setiap jenis/spesies ikan, hingga stadia pertumbuhan yang
berbeda. Suhu memberikan dampak sebagai berikut terhadap ikan :
a. Suhu dapat mempengaruhi aktivitas makan ikan peningkatan suhu
b. Peningkatan aktivitas metabolisme ikan
c. Penurunan gas (oksigen) terlarut
d. Efek pada proses reproduksi ikan
e. Suhu ekstrim bisa menyebabkan kematian ikan. (Anonim, 2009. SITH ITB)
Kisaran
suhu air yang sangat diperlukan agar pertumbuhan ikan-ikan pada perairan tropis
dapat berlangsung berkisar antara 25° C – 32° C. Kisaran suhu tersebut biasanya
berlaku di Indonesia sebagai salah satu negara tropis sehingga sangat
menguntungkan untuk melakukan kegiatan budi daya ikan. Suhu air sangat
berpengaruh terhadap proses kimia, fisika dan biologi di dalam perairan,
sehingga dengan perubahan suhu pada suatu perairan akan mengakibatkan
berubahnya semua proses di dalam perairan. Hal ini dilihat dari peningkatan
suhu air maka kelarutan oksigen akan berkurang. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa peningkatan 10° C suhu perairan mengakibatkan meningkatnya konsumsi
oksigen oleh organisme akuatik sekitar 2–3 kali lipat, sehingga kebutuhan
oksigen oleh organisme akuatik itu berkurang. Suhu air yang ideal bagi
organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak terjadi perbedaan suhu
58 yang mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5° C). Pada perairan
yang tergenang yang mempunyai kedalaman air minimal 1,5 meter biasanya akan
terjadi pelapisan (stratifikasi) suhu.
Pelapisan
ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi dibanding dengan suhu air
dibagian bawahnya. Stratifikasi suhu pada kolom air dikelompokkan menjadi tiga
yaitu pertama lapisan epilimnion yaitu lapisan sebelah atas perairan yang
hangat dengan penurunan suhu relatif kecil (dari 32° C menjadi 28° C). Lapisan
kedua disebut dengan lapisan termoklin yaitu lapisan tengah yang mempunyai
penurunan suhu sangat tajam (dari 28° C menjadi 21° C). Lapisan ketiga disebut
lapisan hipolimnion yaitu lapisan paling bawah di mana pada lapisan ini perbedaan
suhu sangat kecil relatif konstan. Stratifikasi suhu ini terjadi karena
masuknya panas dari cahaya matahari ke dalam kolom air yang mengakibatkan
terjadinya gradien suhu yang vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang
dari 2 meter biasanya terjadi stratifikasi suhu yang tidak stabil. Oleh karena
itu, bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan budi daya ikan
kedalaman air tidak boleh lebih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah
stratifikasi suhu pada wadah budi daya ikan diperlukan suatu alat bantu dengan
menggunakan aerator/blower/ kincir air.
Terimakasih artikelnya
BalasHapus