Kamis, 25 Februari 2021

LARVA IKAN NEON TETRA




Di dalam melakukan usaha budidaya ikan hias umumnya dilakukan kegiatan pembenihan dan pembesaran dalam setiap siklusnya karena masa produksi ikan hias yang relatif lebih pendek dibandingkan dengan ikan konsumsi. Ikan hias tetra memerlukan waktu sekitar 4.5 – 5 bulan yang terbagi ke dalam masa produksi benih ukuran S selama 1.5 bulan, masa produksi ukuran M selama 1.0 bulan, dan masa produksi ukuran L selama 2 – 2.5 bulan.
       Kegiatan pemeliharaan larva ikan tetra bertujuan untuk membesarkan larva yang baru menetas menjadi benih ikan yang siap untuk dipelihara lebih lanjut sampai mencapai ukuran pasar.
       Pemeliharaan larva ini biasanya dilakukan dalam akuarium yang diletakkan dalam ruangan tidak jauh letaknya dari tempat pemijahan induk ikan tetra untuk mempermudah pengelolaan.

PENYIAPAN AKUARIUM
       Akuarium pemeliharaan larva berukuran sama dengan akuarium pemijahan dan penetasan telur, yaitu berukuran 100 x 50 x 35 cm. Sebelum digunakan akuarium harus dibersihkan dari segala kotoran dan dikeringkan agar terbebas dari bibit-bibit penyakit. Kemudian akuarium diisi dengan air setinggi 15 cm. Air yang dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan hias tetra adalah air sumur, air mata air, atau air kolam yang disaring dengan saringan kain halus. Sebaiknya sebelum digunakan air diendapkan terlebih dulu selama 3 – 5 hari. Pengendapan air dapat dilakukan di dalam tandon air. Air yang digunakan sebaiknya air tandon yang telah diendapkan selama 3 –5 hari sebelumnya. Penggunaan air yang telah diendapkan ini dapat mencegah timbulnya penyakit. Ke dalam akuarium dipasang 1 titik aerasi dengan gelembung udara yang keluar halus. Masukkan juga 5 lembar daun ketapang kering untuk menjaga kualitas air dan methylene blue 0.2 ppm sebanyak 3.75 ml untuk mencegah timbulnya penyakit.
PENEBARAN LARVA
       Setelah akuarium pemeliharaan larva selesai dipersiapkan, larva dipanen dari akuarium penetasan. Caranya dengan menuangkan seluruh air berikut larva dari wadah pemijahan ke serok yang ditempatkan dalam baskom. Selanjutnya larva dari serok dipindahkan ke baskom yang berisi air tandon. Baskom berisi larva kemudian diaklimatisasi dan larva ditebarkan ke media pemeliharaan larva yang telah disiapkan.
       Ukuran larva masih kecil yaitu sekitar 5 mm, oleh karena itu penanganannya harus hati-hati dan ikan tidak kelamaan berada dalam serok tanpa air. Larva yang sehat akan bergerak normal setelah berada dalam lingkungan barunya, sedangkan yang tidak sehat cenderung mengapung dipermukaan air.

PEMBERIAN PAKAN
       Larva yang baru menetas masih mempunyai cadangan makanan berupa kantung kuning telur. Cadangan makanan itu baru habis diserap oleh larva pada hari ke-4, sehingga sampai hari ke-4 larva tidak perlu diberi makan.
       Pada hari ke-5 larva sudah memerlukan pakan dari luar. Karena ukuran ikan masih kecil maka pakan yang baik adalah pakan yang sesuai dengan bukaan mulut ikan. Pada umumnya larva ikan hias diberi pakan nauplii Artemia, karena pakan ini selain berukuran kecil juga mengandung zat nutrisi yang baik bagi ikan.
       Larva diberi pakan berupa nauplii artemia selama 10 hari setiap pagi dan sore hari dengan jumlah secukupnya. Penetasan kista Artemia (Lihat Modul Penetasan Artemia) harus dilakukan sehari sebelum waktunya larva diberi makan, yaitu hari ke-4. Pada hari ke 16, larva diberi pakan kutu air rayakan hingga berumur 30 hari dengan frekuensi 2 kali sehari.

PENGELOLAAN AIR
       Selama pemeliharaan ikan, air dalam akuarium akan dikotori oleh sisa pakan dan kotoran yang dikeluarkan oleh ikan (feses ikan). Kotoran yang terlalu banyak dalam media pemeliharaan akan menurunkan kualitas air dan dapat mengganggu kehidupan ikan sehingga perlu dibersihkan.
       Membersihkan kotoran dalam akuarium pemeliharaan ikan dilakukan dengan cara penyiponan kotoran menggunakan selang. Caranya selang diisi dengan air lalu dengan kedua ujung ditutup dengan jari lalu tempatkan satu ujung selang dalam akuarium dan satu lagi di lantai.
       Lepaskan jari dari ujung selang sehingga air akan mengalir ke bawah. Sentuhkan ujung selang dalam akuarium ke kotoran sehingga kotoran masuk ke dalam selang bersama aliran air dan terbuang. Selama penyiponan hindarkan ujung selang terlalu dekat dengan ikan agar ikan tidak terbawa. Air yang keluar sebaiknya ditampung dengan ember untuk memudahkan pengambilan ikan yang terlanjur tersedot selama
penyiponan.
       Pada pemeliharaan larva ikan tetra, penyiponan media pemeliharaan baru dapat dilakukan apabila larva telah berumur 10 hari dengan frekuensi setiap 2 hari sekali. Pada hari-hari sebelumnya tidak perlu dilakukan penyiponan karena kualitas air masih cukup baik dan ikan masih terlalu kecil sehingga dikhawatirkan dapat terganggu. Air yang terbuang akibat penyiponan harus diganti. Biasanya air akan berkurang sekitar 30%.
       Pada minggu ke 3 ikan sudah mulai membesar sehingga perlu ditambah air untuk menambah ruang gerak bagi ikan. Penambahan air dilakukan secara bertahap masing-masing setinggi 5 cm pada minggu ke 3 sehingga ketinggian air mencapai 20 cm dan pada minggu ke 5 sehingga mencapai ketinggian air maksimum 25 cm.
       Pemeliharaan larva ini berlangsung selama 1.5 bulan dan menghasilkan benih berukuran S dengan panjang tubuh ikan 1 – 1.5 cm. Derajat kelangsungan benih berukuran S berkisar antara 30% – 40% dari telur yang terbuahi.

PEMANENAN BENIH
       Setelah larva mencapai ukuran benih dilakukan pemanenan untuk dipindahkan ke tempat pemeliharaan selanjutnya. Panen dilakukan dengan cara mengurangi volume air dalam akuarium pemeliharaan sebanyak 50%. Pengurangan air ini dilakukan dengan cara penyiponan.
       Kemudian ikan diambil dengan serok dan ditampung dalam baskom yang berisi air tandon. Benih ikan sudah cukup besar dan seringkali ukurannya tidak seragam. Untuk mendapatkan ukuran ikan yang seragam dilakukan seleksi ukuran atau grading. Ikan yang akan diseleksi ditampung pada baskom yang dilapisi kain kasa halus, lalu ikan dipilih berdasarkan ukuran dengan sendok. Ikan dipisahkan berdasarkan ukuran dan ditampung pada baskom yang berbeda. Setelah selesai grading ikan dapat dihitung jumlahnya. Mengetahui jumlah ikan berdasarkan ukuran penting untuk menentukan jumlah akuarium pembesaran ikan yang harus dipersiapkan.

SUMBER:
Hadiroseyani Y., 2003.  Modul Pemeliharaan Larva sampai Ukuran Pasar Ikan Neon Tetra. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta.

REFERENSI:
Ahmad Fadly, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Pi) di Tejar Akuarium Sawangan Depok.
Aloa Yudha Satia, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Hi) di Sawangan Depok.
Indri Sri Anggraeni, 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra (Paracheisodon innesi) di CV. Citra Mina FF Sawangan Bogor.
Jumriati, 2003. Pembenihan Ikan Neon Tetra di Sawangan Depok.
Lesmana, D. S, dan I. Dermawan. 2001. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Populer. Penebar Swadaya.
Lukman Nur Hakim. 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra Merah (Paracheisodon innesi) di CV Citra Mina FF. Sawangan Depok.
Sabtunah, 2002. Pembenihan Ikan Neon Tetra di CV Citra Mina FF Sawangan Depok.
Wahyuni, S., dan A. Fauzi. 2000. Ikan Hias Air tawar : Red Phantom Tetra. Penebar Swadaya.


Kamis, 18 Februari 2021

REKAYASA GENETIKA PADA IKAN





Rekayasa genetika adalah suatu usaha memanipulasi sifat genetik suatu makhluk hidup untuk menghasilkan makhluk hidup yang memiliki sifat yang diinginkan. Rekayasa genetika dapat dilakukan dengan menambah, mengurangi, atau menggabungkan dua materi genetik (DNA) yang berasal dari dua organisme berbeda. Hasil penggabungan dua materi genetik yang berasal dari dua organisme yang berbeda disebut DNA rekombinan. Organisme hasil dari rekayasa genetika disebut organisme transgenik.
Sejenis ikan tropis yang memancarkan cahaya merah akan menjadi binatang peliharaan pertama yang direkayasa, demikian diungkapkan para ilmuwan. Ikan jenis zebra ini sesungguhnya dirancang sebagai detektor adanya racun-racun yang ada di alam.
Ikan ini semula dikembangkan untuk membantu menanggulangi polusi lingkungan, kata Alan Blake dan rekan-rekannya dari Yorktown Technologies, perusahaan yang mendaftarkan ikan tersebut sebagai ikan peliharaan. “Mereka direkayasa agar memancarkan cahaya bila berada di lingkungan yang beracun atau tidak sehat.”
Ikan zebra (Brachydanio rerio) biasanya berwarna perak dengan garis-garis hitam keunguan. Dengan rekayasa genetis, ikan ini dapat memendarkan warna hijau atau merah dari tubuhnya. Warna merah atau hijau yang bersinar itu diambil dari warna ubur-ubur yang disuntikkan ke telur-telur ikan zebra.
Dengan gen ubur-ubur itu, tubuh ikan zebra dapat memancarkan cahaya. Nah, agar bisa digunakan sebagai indikator polusi, maka para peneliti memasukkan gen pemicu yang akan mengaktifkan pancaran cahaya pada ikan bila ikan berada dalam lingkungan yang mengandung zat tertentu.
Menurut Blake, sejauh ini tidak ada bukti bahwa ikan-ikan hasil rekayasa tersebut akan menimbulkan ancaman pada lingkungan. “Ikan-ikan ini hanya akan memancarkan warna terang di bawah segala macam sinar namun tidak akan mencemari lingkungan.”
Ikan yang kini disebut Glofish ini mulanya dikembangkan oleh Zhiyuan Gong dari National University of Singapore. Menurut Gong, meski saat ini ikan tersebut hanya memiliki dua warna tambahan, namun sebenarnya ia bisa dikembangkan untuk memiliki lima warna berbeda, dimana masing-masing warna akan bersinar sesuai dengan jenis bahan polutan yang dijumpai ikan.
Perkembangan bioteknologi khususnya teknologi biologi molekuler pada tahun 1970-an dalam rekayasa genetika yang juga dinamakan DNA rekombinan dinyatakan sebagai kemajuan yang paling mengagumkan. Kegiatan rekayasa genetikikan telah dilakukan sejak pertengahan 1980’an (Zhu et al., 1985). Kegiatan ini berawal dari kegiatan rekayasa genetikikan mas (C. auratus) yang dilakukan oleh Zhu etal.(1985).
Selanjutnya rekayasa genetikjuga dilakukan pada ikan-ikan medaka (Ozato et al.,1986), ikan catfish (Yan and Özgünen, 1993), crayfishdan zebrafish(Tsai, 2008).Perkembangan teknik transfer gen di ikan bermula dari penggunaan mikroinjeksi (Zhu et al., 1985).Perkembangan selanjutnya sampai tahun 1990, transgenik ikan telah dilakukan pada 13 jenis ikan yaitu atlantic salmon, common carp, goldfish, loach, medaka, mud carp, northern pike, rainbow trout, silver crucian, nile tilapia, wuchang fish, dan zebra fish (Chen, 1994). Namun teknik ini menimbulkan banyak kegagalan dan kematian telur dan prosesnya berjalan lambat (Dunham et al.,1987).
Berbagai teknik transfer gen yang dikembangkan selanjutnuya adalah electroporation, retroviral integration, liposomal-reverse-phase-evaporation, spermmediated transfer and high velocity microprojectile bombardment.Teknik-teknik ini selanjutnya memberikan hasil yang lebih efisien yakni diantaranya transfer gen yang dihasilkan lebih banyak dan waktu yang lebih singkat. Elektroposari dilakukan dengan meletakkan telur diatas buffer solusion yang mengandung DNA dan dengan bantuan kejutan elektronik (electrical pulses), membran sel akanmembuka dan memungkinkan material genetikyang ada di solution untuk masuk ke sel telur.
Keberhasilan teknik elektroporasi ditentukan oleh voltase listrik, jumlah kejutan listrik dan frekwensi kejutan listrik.Efisiensitransfer gen ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya persentase penetasan (hatching percentage), frekwensi gen yang terintegrasi (gene integration frequency), jumlah sel yang biasadimanipulasi persatuan waktu dan besarnya usaha yang diperlukan untukmelakukan manipulasi embrio. Dalam hal ini elektroporasi merupakan teknik yang paling baik untuk produksi ikan transgenik.
Prinsip dasar teknik memproduksi ikan transgenik didasarkan pada beberapa tahapan penting yaitu penentuan spesies ikan merupakan tahapan pertama dalamteknologi ini. Menurut Chen (1994) secara umum transgenikikan dilakukan atau diproduksi pada jenis ikan komersial dengan tujuan akhir mendukung peningkatan produksi ikan budidaya.
Selain ikan komersial, penggunaan jenis ikan sebagai model untuk kepentingan penelitian, seperti halnya tikus putih yang digunakan sebagai model penelitian obat-obatan.Jenis ikan komet mempunyai beberapa karakteristik ideal.Ikan komet tersebut merupakan salah satu vertebrata kecil dengan panjang antara 16-20 cm.Karakter yang dimiliki ikan ini yaitu mudah bereproduksi, siklus hidup yang tiddak terlalu lama, pemijahan terjadi sepanjang tahun baik secara alami maupun buatan, telur yang dihasilkan banyak bahkan ratusan, dan transparan, serta mudah untuk menerima dan mengekspresikan gen asing.Berdasarkan beberapa alasan tersebut, ikan komet dipilih sebagai ikan model untuk rekayasa genetika ikan.
Penelitian mengenai transfer gen terhadap ikan hias belum banyak dilakukan (medaka, zebrafish, tetra) dan gen spesifik yang diinsersikan juga terbatas pada fourescent (GFP dan RFP).Penelitian pendahuluan terhadap ikan hias di Indonesia telah dilakukan dengan menggunakan model ikan komet dan diinsersi dengan green fluorescent protein(GFP) sebagai target yang diinginkan.Transfer gen hasil rekombinan yang telah dimurnikan diinsersikan ke dalam masing-masing telur ikan komet, yang merupakan tahapan selanjutnya dapat dilakukan dengan beberapa metode.
Teknologi yang pertama kali dikembangkan dalam bidang biteknologi transfer gen adalah mikroinjeksi.Transfer gen melalui teknik mikroinjeksi mempunyai banyak kelemahan, karena teknik membutuhkan ketrampilan yang tinggi.Efek dari teknikini telur yang sedang diperlakukan terganggu sehingga tingkat keberhasilan kecil.Selain itu, hasil yang didapatkan tidak bisa banyak, mengingat pekerjaan yang manual satu persatu telur pada pembelahan satu sel diinjeksi. Percobaan transfer gen GFP terhadap ikan komet melalui metode mikroinjeksi belum pernah berhasil sampai mendapatkan individu founder.Hal tersebut disebabkan banyaknya kesulitan dan hambatan seperti yang dikemukan oleh Khoo et al. (1992) dan Chen (1994):1.Memasukkan jarum mikroinjeksi kedalam mikropil2.Jarum mikroinjeksi sulit menembus korion telur komet yang agak keras
  1. Teknologi Rekayasa Genetika
Ikan zebra (Brachydanio rerio) berfluoresens pertama hasil rekayasa genetika berhasil dikembangkan oleh para ilmuwan untuk mendeteksi adanya polutan, bahkan mulai dipasarkan sebagai binatang peliharaan.”
Cuplikan informasi tersebut hanyalah salah satu contoh bagaimana teknologi DNA telah meluncurkan revolusi dalam bidang bioteknologi, yakni teknologi rekayasa genetika. Keberhasilan ini tentunya membawa angin segar dan kontribusi yang sangat besar, terutama dalam bidang rekayasa genetika ikan dan akuakultur karena selain bermanfaat bagi penelitian dasar juga dapat ditujukan untuk penggunaan komersial.
Rekayasa genetika atau genetic engineering pada dasarnya adalah seperangkat teknik yang dilakukan untuk memanipulasi komponen genetik, yakni DNA genom atau gen yang dapat dilakukan dalam satu sel atau organisme, bahkan dari satu organisme ke organisme lain yang berbeda jenisnya. Dalam upaya melakukan rekayasa genetika, para ilmuwan menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Sementara organisme yang dimanipulasi dengan menggunakan teknik DNA rekombinan disebut genetically modified organisme (GMO) yang memiliki sifat unggul bila dibandingkan dengan organisme asalnya. Seiring dengan kemajuan biologi molekuler sekarang ini memungkinkan ilmuwan untuk mengambil DNA suatu spesies karena DNA mudah diekstraksi dari sel-sel. Kemudian disusunlah suatu konstruksi molekuler yang dapat disimpan di dalam laboratorium. DNA yang telah mengalami penyusunan molekuler dinamakan DNA rekombinan sedangkan gen yang diisolasi dengan metode tersebut dinamakan gen yang diklon.
Ikan komet adalah salah satu strain ikan mas koki (Carassius auratusauratus). Ikan ini pertama dikembangkan di Amerika sekitar abad ke-19. Ikan komet umumnya berukuran kecil, yang dewasa berukuran kurang dari 10 cm. Di pasar harga ikan komet cukup murah dan banyak diminati konsumen ikan hias. Dibanding ikan mas koki, ikan komet memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik.
Saat ini ikan komet telah banyak dipelihara di akuarium sebagai pajangan dan mudah ditemukan di tempat penjualanikan hias. Ikan komet dapat memijah sepanjang tahun, baik yang dipelihara di akurium maupun di kolam.Ikan komet memiliki ciri khas diantaranya bentuk tubuh dan warna yang mirip seperti ikan maskoki. Ciri yang membedakan ikan komet dengan ikan mas koki adalah ekornya lebih panjang dan bentuk badannya agak membulat tapi tak sebulat ikan mas koki. Perbedaan lainnya adalah ikan komet berekor tunggal sedangkan maskoki itu berekor ganda. Bentuk badan komet juga memanjang dan bisa bergerak cepat seperti komet, sedangkan badan maskoki kebanyakan membulat dan renangnya lambat.Disamping itu ikan komet kebanyakan berwarna merah dan putih.
Ikan komet tergolong ikan pemakan segala (omnivora).Hal ini bisa dibuktikan dengan pemberian pakan dari sisa-sisa dapur atau tanaman lain yang lunak.Biasanya, benih ikan mas komet hanya memakan Protozoa dan Crustacea.Benih yang berukuran10 cm memakan jasad dasar seperti chironomidae, Olighocaeta, Epeminidae, Thricoptera, Tubificidae, Mollusca, dan lain sebagainya. Jasad-jasad tersebut dimakan bersama-sama dengan tanaman air yang membusuk dan bahan organik lainnya.
Di alam danau atau sungai tempat hidupnya, ikan ini hidup menepi sambil mengincar pakan berupa binatang kecil yang hidup diatas lapisan lumpur tepi danau atau sungai.Berdasarkan kebiasaan makan ini, tentunya akan lebih mudah mendalami kemauan sang ikan dan kemampuan pengusaha ikan dikolam pekarangan untuk dapat berproduksi semaksimal mungkin. Kebiasaan hidup di alam ikan komet yang dipelihara di kolam atau akuarium dapat dipijahkan sepanjang tahun
  1. Sejarah dan Perkembangan Rekayasa Genetika
Semenjak ditemukannya struktur DNA oleh Watson dan Crick (1953), kemudian mulai berkembanglah teknologi rekayasa genetika pada tahun 1970-an dengan tujuan untuk membantu menciptakan produk dan organisme baru yang bermanfaat. Sejarah membuktikan bahwa teknik rekayasa genetika terus-menerus mengalami perkembangan dan penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya. Awal mulanya digunakan teknik konservatif yang dipelopori oleh Gregor Mendel dalam proses perkawinan silang (breeding) untuk mendapatkan bibit unggul yang bersifat hibrid.
Proses ini memakan waktu lama dan memiliki kekurangan, yakni muncul sifat yang tak dinginkan dari tanaman atau hewan tetuanya. Sampai akhirnya lahirlah rekayasa genetika modern menggunakan teknologi DNA rekombinan. Rekombinasi dilakukan secara in vitro (di luar sel organisme), sehingga dimungkinkan untuk memodifikasi gen-gen spesifik dan memindahkannya di antara organisme yang berbeda seperti bakteri, tumbuhan dan hewan ataupun dapat mencangkok (kloning) hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam waktu cepat.
Sejak dimulainya perkembangan rekayasa genetika, beberapa teknik terus diperbaiki dan ditingkatkan dalam rangka menuju teknologi DNA rekombinan yang lebih maju. Teknik-teknik yang telah dikembangkan tersebut antara lain:
  1. Poliploidisasi
  2. Androgenesis
  3. Ginogenesis
  4. Kloning
  5. Chimeras
  6. Transgenik
Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam melakukan rekayasa genetika atau teknologi DNA rekombinan sebagai berikut:
  1. Isolasi DNA yang mengandung gen target atau gen of interest (GOI).
  2. Isolasi plasmid DNA bakteri yang akan digunakan sebagai vektor.
  3. Manipulasi sekuen DNA melalui penyelipan DNA ke dalam vektor. (a.) Pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease. (b.) Penyambungan ke vektor menggunakan DNA ligase.
  4. Transformasi ke sel mikroorganisme inang.
  5. Pengklonan sel-sel (dan gen asing).
  6. Identifikasi sel inang yang mengandung DNA rekombinan yang diinginkan
  7. Penyimpanan gen hasil klon dalam perpustakaan DNA.
Rekayasa genetika telah merambah di berbagai bidang, tidak terkecuali bidang perikanan yang menghasilkan ikan kualitas unggul sebagai contoh antara lain:
  • Ikan zebra yang biasanya berwarna perak dengan garis-garis hitam keunguan, setelah disisipi dengan gen warna ubur-ubur yang disuntikkan ke telur ikan-ikan zebra maka dapat memendarkan warna hijau atau merah dari tubuhnya. Gen pemicu dari ubur-ubur akan mengaktifkan pancaran cahaya pada ikan bila ikan berada dalam lingkungan yang mengandung bahan polutan tertentu.
  • Ikan karper transgenik dengan pertumbuhan mencapai tiga kali dari ukuran normalnya karena memiliki gen dari hormon pertumbuhan ikan salmon (rainbow trout) yang ditransfer secara langsung ke dalam telur ikan karper. Begitu pula penelitian lainnya memberikan hasil yang serupa, yakni seperti pada ikan kakap (red sea bream) dan salmon Atlantik yang juga sama-sama disisipi oleh gen growth hormone OPAFPcsGH.
  • Ikan goldfish yang disisipi dengan ocean pout antifreeze protein gene diharapkan dapat meningkatkan toleransi terhadap cuaca dingin.
  • Ikan medaka transgenik yang mampu mendeteksi adanya mutasi (terutama yang disebabkan oleh polutan) sangat bermanfaat bagi kehidupan hewan akuatik lainnya dan di bidang kesehatan manusia. Ikan tersebut setelah disisipi dengan vektor bakteriofag mutagenik, kemudian vektor DNA dikeluarkan dan disisipkan ke dalam bakteri pengindikator yang dapat menghitung gen mutan.
  • Ikan transgenik menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam penyimpanan setelah ditransplantasikan gen tomat. Namun bisa juga sebaliknya apabila penerapan ditujukan untuk dunia pertanian, maka gen ikan yang hidup di daerah dingin dapat dipindahkan ke dalam tomat untuk mengurangi kerusakan akibat dari pembekuan.
Report this ad
Berbagai kontroversi menyelimuti produk-produk hasil rekayasa genetika. Kekhawatiran-kekhawatiran mengenai produk rekayasa genetik yang memiliki kemungkinan bersifat racun, menimbulkan alergi serta terjadi resistensi terhadap bakteri dan antibiotik selalu terjadi dalam masyarakat. Memang DNA rekombinan yang diproduksi dengan cara buatan itu dapat berbahaya jika tidak disimpan secara layak dan tindakan pencegahan yang ketat perlu diterapkan pada pekerjaan semacam ini. Jadi hanya galur-galur non-patogenik yang dipergunakan sebagai inang atau galur-galur lain yang dapat tumbuh dalam kondisi laboratorium. Namun demikian, hal ini tidaklah menyurutkan para saintis untuk terus memperbaiki kualitas penelitian di bidang rekayasa genetika semata-mata adalah demi kemaslahatan bersama. Pada akhirnya, kita harus mempertimbangkan masalah-masalah sosial, etika dan moral ketika teknologi gen menjadi lebih ampuh.

Senin, 15 Februari 2021

Budidaya Ikan Cupang di Kolam Beton

 




Ikan cupang merupakan salah satu jenis hewan peliharaan yang mempunyai daya tarik pada ekor, sirip, warna warni yang di munculkan dari tubuhnya, seperti tampilan dan warna ikannya. Warna di ikan cupang memiliki berbagai warna seperti warna merah, biru dan ungu. Budidaya ikan cupang tidak memerlukan tempat luas dan modal yang besar. Bisa dilakukan sebagai usaha di rumah. ikan cupang jenis ikan yang banyak ditemukan di perairan yang tenang atau bahkan tergenang. Sawah, rawa-rawa, kolam, dan sejenisnya menjadi tempat favorit bagi ikan cupang untuk dijadikan tempat tinggalnya Ikan cupang bisa ditemukan di alam bebas ikan ini hidup berkelompok. keistimewahan ikan cupang yaitu daya tahannya, sanggup hidup dalam lingkungan air minim oksigen. Bisa dipelihara dalam toples kecil. Kemampuan ini didapat karena ikan cupang memiliki rongga labirin seperti pada paru-paru manusia. Labirin tersebut bisa membuatnya bertahan pada lingkungan miskin oksigen. di antara varietas ikan cupang yang memiliki tubuh begitu indah dan menawan.
Salah satu bisnis budidaya ikan yang menguntungkan adalah budidaya ikan cupang, karena selain mudah di lakukan, lahan yang dibutuhkan tidaklah terlalu luas. Pada kesempatan ini kita akan belajar mengenai budiaya ikan cupang di kolam beton.
Ikan cupang memiliki penggemar tersendiri diantara ikan hiasa lainnya. Warnanya yang cerah beraneka ragam dengan tampilan ekor memesona membuat ikan ini banyak dijadikan koleksi. Namun sayang, karena sifatnya yang agresif, jarang sekali kita melihat ikan ini hidup secara berkelompok dalam satu kolam.
Baiklah, langsung saja kita simak cara budidaya ikan cupang di kolam beton melalui penuturan di bawah ini.
Cara Budidaya Ikan Cupang di Kolam Beton
Berikut adalah langkah-langkah pengembangbiakan ikan cupang atau tarung yang bisa Anda ikuti untuk mengembangkan budidayanya.

1.  Persiapan kolam budidaya
Tidak seperti cara budidaya ikan gurame dari larva, budidaya ikan cupang di kolam beton tidaklah butuh lahan yang luas. Jika kita amati, banyak dijumpai para pembudidaya yang membangun kolam beton di pekarangan rumah atau di atas dak rumah yang berukuran relatif sempit.
Kolam beton yang dibangun biasanya memiliki ukuran 1 x 2 meter, sementara untuk wadah perkawinannya lebih kecil lagi. Kita bisa menggunakan baskom, ember, atau aquarium kecil.

2. Proses pemijahan ikan cupang
Sama seperti cara budidaya lele dengan buis beton , sebelum melakukan proses pemijahan, hal pertama yang wajib kita lakukan adalah menyediakan indukan ikan cupang. Pilihlah indukan yang memiliki warna terang, sisik yang mengkilat, tubuh yang gesit dan sehat. Adapun ciri-ciri dari ikan cupang jantan dan betina yang siap dipijahkan adalah sebagai berikut:
– Ciri ikan cupang jantan:
  • Umur telah memasuki 4 bulan
  • Bentuk badan serta siripnya memanjang
  • Gerakan terlihat agresif dan lincah
  • Kondisi badan sehat
– Ciri ikan cupang betina:
  • Umur telah memasuki 4 bulan
  • Bentuk badannya membulat menandakan ia telah siap kawin
  • Gerakannya lambat tidak segesit sang pejantan
  • Sirinya pendek dengan warna kurang menarik
  • Kondisi badan sehat
– Proses pemijahan:
Setelah kedua indukan terpilih, maka langkah selanjutnya adalah:
  • Siapkan wadah pemijahan, bisa baskom atau aquarium kecil yang berisi air dengan ketinggian 15 – 30 cm dan boleh berasal dari sumber mana saja seperti air sumur, ledeng, atau pun PDAM. Endapkan terlebih dahulu airnya selama semalaman, lalu berikan tanaman air guna menetralisir keasaman air kolam, selanjutnya taburkan garam ikan secukupnya.
  • Setelah itu, masukkan indukan jantan terlebih dahulu, selama 1 hari, lalu tutup wadah pemijahan dengan tutup apa saja. Jika pejantan telah siap kawin, mak ia akan mengeluarkan busa di sekitar permukaan wadah pemijahan, namun jika busa tidak muncul, maka ikan jantan belum siap kawin.
  • Sehari selepasnya (ambil sore hari), indukan betina yang telah matang telurnya boleh dimasukkan ke dalam wadah pemijahan.
  • Ikan akan melakukan proses kawin, biarkan saja dan jangan berikan makan pada indukan cupang tersebut. Hindari pula melakukan goncangan atau memperdengarkan suara gaduh dari luar.
  • Keesokan harinya kita akan melihat ikan telah bertelur dan telur sudah menempel pada sarang berupa busa yang telah disiapkan oleh cupang jantan. Selanjutnya ambil sang betina, dan biarkan cupang jantan menjaga telur-telurnya hingga menetas. 
2.   Proses perawatan anakan cupang
Telur-telur tersebut akan menetas pada hari ke 2 atau ke 3. Burayak atau anakan cupang yang baru menetas biasanya masih menempel pada busanya dan tampak halus sekali. Karena anakannya masih terlalu kecil, maka indukan jantan yang menjaga akan bersifat lebih agresif.Goncangan sedikit saja yang dirasakan akan membuat pejantan cupang mengumpulkan anakan dalam mulutnya. Jadi jangan dikira indukan jantan sedang menelan anakannya. Setelah situasi terlihat lebih aman, sang indukan akan memuntahkan kembali anakan tersebut. hari ke 5, burayak boleh diberi pakan. Pakan yang baik untuk pertumbuhan burayak ini adalah kutu air dan juga artemia. Setiap ikan hias pasti memiliki pakan yang berbeda. Demuikian pula dengan budidaya ikan ramirezi.
Ketika anakan cupang sudah pandai berenang dan telah habis kuning telurnya, maka itu berarti kita harus memindahkan anakan-anakan tersebut ke kolam pembesaran yang ukurannya lebih besar. Anakan tersebut haruslah dipindahkan bersama dengan induk jantannya.Menginjak usia 15 hari, burayak tersebut sudah boleh dipisahkan dari sang induk jantan. Indukan jantannya di kembalikan ke kolam semula, sementara burayak dipindahkan ke kolam pembesaran.
4. Proses pembesaran
Lewat usia 15 hari, anakan cupang harus dipindahkan ke kolam pembesaran agar pertumbuhan serta perkembangan lebih maksimal. Media atau kolam beton yang digunakan sebagai media pembesaran baiknya berukuran 100 x 40 x 60 cm. Sangat berbeda jauh bukan dari ukuran kolam budidaya ikan nila merah di kolam tembok Sama seperti proses persiapan kolam pemijahan yang kami tuturkan di awal, maka air kolam sebaiknya diendapkan terlebih dahulu selama semalaman menggunakan garam ikan, daun ketapang, juga enceng gondok. Untuk pakannya, anakan cupang ini sudah boleh diberikan cacing sutra atau jentik nyamuk yang halus. 

5. Masa Soliter
Karenan ikan cupang adalah ikan yang sangat agresif adan selalu mempertahankan teritorinya, maka sejak usia 1,5 bulan ikan harus dipindahkan ke media botol-botol soliter. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari kerusakan akibat ikan cupang yang saling serang.
Tentu cara panen ini berbeda dengan cara budidaya ikan betok.
Sebagian orang akan membeli cupang brusia 1, 5 bulan ini untuk diikutkan dalam kontes yang disebut dengan kelas baby. Sedangkan para peternak akan menyimpan ikan cupang hingga berusia 2 – 2,5 bulan baru dijual ke pasaran.
Konsumennya tidak hanya berasal dari kaum hobbies, tapi juga dari anak-anak kecil yang senang dengan warna serta keindahan ekornya. Namun jangan sampai membiarkan ikan ini bertarung, ya. Lebih baik memeliharanya di kolam atau aquarium terpisah.
Demikianlah cara budidaya ikan cupang di kolam beton, semoga dapat menambah pengetahuan Anda seputar dunia budidaya ikan hias. Ikan cupang selain dibudidayakan di kolam beton juga dikembangbiakkan di aquarium







Sumber :
https://ilmubudidaya.com/cara-budidaya-ikan-cupang-di-kolam-beton