Rekayasa
genetika adalah suatu usaha memanipulasi sifat genetik suatu makhluk hidup
untuk menghasilkan makhluk hidup yang memiliki sifat yang diinginkan. Rekayasa
genetika dapat dilakukan dengan menambah, mengurangi, atau menggabungkan dua
materi genetik (DNA) yang berasal dari dua organisme berbeda. Hasil
penggabungan dua materi genetik yang berasal dari dua organisme yang berbeda
disebut DNA rekombinan. Organisme hasil dari rekayasa genetika disebut organisme
transgenik.
Sejenis
ikan tropis yang memancarkan cahaya merah akan menjadi binatang peliharaan
pertama yang direkayasa, demikian diungkapkan para ilmuwan. Ikan jenis zebra
ini sesungguhnya dirancang sebagai detektor adanya racun-racun yang ada di
alam.
Ikan
ini semula dikembangkan untuk membantu menanggulangi polusi lingkungan, kata
Alan Blake dan rekan-rekannya dari Yorktown Technologies, perusahaan yang
mendaftarkan ikan tersebut sebagai ikan peliharaan. “Mereka direkayasa agar
memancarkan cahaya bila berada di lingkungan yang beracun atau tidak sehat.”
Ikan
zebra (Brachydanio rerio) biasanya berwarna perak dengan garis-garis hitam
keunguan. Dengan rekayasa genetis, ikan ini dapat memendarkan warna hijau atau
merah dari tubuhnya. Warna merah atau hijau yang bersinar itu diambil dari
warna ubur-ubur yang disuntikkan ke telur-telur ikan zebra.
Dengan
gen ubur-ubur itu, tubuh ikan zebra dapat memancarkan cahaya. Nah, agar bisa
digunakan sebagai indikator polusi, maka para peneliti memasukkan gen pemicu
yang akan mengaktifkan pancaran cahaya pada ikan bila ikan berada dalam
lingkungan yang mengandung zat tertentu.
Menurut
Blake, sejauh ini tidak ada bukti bahwa ikan-ikan hasil rekayasa tersebut akan
menimbulkan ancaman pada lingkungan. “Ikan-ikan ini hanya akan memancarkan
warna terang di bawah segala macam sinar namun tidak akan mencemari
lingkungan.”
Ikan
yang kini disebut Glofish ini mulanya dikembangkan oleh Zhiyuan Gong dari
National University of Singapore. Menurut Gong, meski saat ini ikan tersebut
hanya memiliki dua warna tambahan, namun sebenarnya ia bisa dikembangkan untuk
memiliki lima warna berbeda, dimana masing-masing warna akan bersinar sesuai
dengan jenis bahan polutan yang dijumpai ikan.
Perkembangan
bioteknologi khususnya teknologi biologi molekuler pada tahun 1970-an dalam
rekayasa genetika yang juga dinamakan DNA rekombinan dinyatakan sebagai
kemajuan yang paling mengagumkan. Kegiatan rekayasa genetikikan telah dilakukan
sejak pertengahan 1980’an (Zhu et al., 1985). Kegiatan ini berawal dari
kegiatan rekayasa genetikikan mas (C. auratus) yang dilakukan oleh Zhu
etal.(1985).
Selanjutnya
rekayasa genetikjuga dilakukan pada ikan-ikan medaka (Ozato et al.,1986), ikan
catfish (Yan and Özgünen, 1993), crayfishdan zebrafish(Tsai, 2008).Perkembangan
teknik transfer gen di ikan bermula dari penggunaan mikroinjeksi (Zhu et al.,
1985).Perkembangan selanjutnya sampai tahun 1990, transgenik ikan telah
dilakukan pada 13 jenis ikan yaitu atlantic salmon, common carp, goldfish,
loach, medaka, mud carp, northern pike, rainbow trout, silver crucian, nile
tilapia, wuchang fish, dan zebra fish (Chen, 1994). Namun teknik ini
menimbulkan banyak kegagalan dan kematian telur dan prosesnya berjalan lambat
(Dunham et al.,1987).
Berbagai
teknik transfer gen yang dikembangkan selanjutnuya adalah electroporation,
retroviral integration, liposomal-reverse-phase-evaporation, spermmediated
transfer and high velocity microprojectile bombardment.Teknik-teknik ini
selanjutnya memberikan hasil yang lebih efisien yakni diantaranya transfer gen
yang dihasilkan lebih banyak dan waktu yang lebih singkat. Elektroposari
dilakukan dengan meletakkan telur diatas buffer solusion yang mengandung DNA
dan dengan bantuan kejutan elektronik (electrical pulses), membran sel
akanmembuka dan memungkinkan material genetikyang ada di solution untuk masuk
ke sel telur.
Keberhasilan
teknik elektroporasi ditentukan oleh voltase listrik, jumlah kejutan listrik
dan frekwensi kejutan listrik.Efisiensitransfer gen ditentukan oleh beberapa
faktor diantaranya persentase penetasan (hatching percentage), frekwensi gen
yang terintegrasi (gene integration frequency), jumlah sel yang
biasadimanipulasi persatuan waktu dan besarnya usaha yang diperlukan
untukmelakukan manipulasi embrio. Dalam hal ini elektroporasi merupakan teknik
yang paling baik untuk produksi ikan transgenik.
Prinsip
dasar teknik memproduksi ikan transgenik didasarkan pada beberapa tahapan
penting yaitu penentuan spesies ikan merupakan tahapan pertama dalamteknologi
ini. Menurut Chen (1994) secara umum transgenikikan dilakukan atau diproduksi
pada jenis ikan komersial dengan tujuan akhir mendukung peningkatan produksi
ikan budidaya.
Selain
ikan komersial, penggunaan jenis ikan sebagai model untuk kepentingan
penelitian, seperti halnya tikus putih yang digunakan sebagai model penelitian
obat-obatan.Jenis ikan komet mempunyai beberapa karakteristik ideal.Ikan komet
tersebut merupakan salah satu vertebrata kecil dengan panjang antara 16-20
cm.Karakter yang dimiliki ikan ini yaitu mudah bereproduksi, siklus hidup yang
tiddak terlalu lama, pemijahan terjadi sepanjang tahun baik secara alami maupun
buatan, telur yang dihasilkan banyak bahkan ratusan, dan transparan, serta
mudah untuk menerima dan mengekspresikan gen asing.Berdasarkan beberapa alasan
tersebut, ikan komet dipilih sebagai ikan model untuk rekayasa genetika ikan.
Penelitian
mengenai transfer gen terhadap ikan hias belum banyak dilakukan (medaka,
zebrafish, tetra) dan gen spesifik yang diinsersikan juga terbatas pada
fourescent (GFP dan RFP).Penelitian pendahuluan terhadap ikan hias di Indonesia
telah dilakukan dengan menggunakan model ikan komet dan diinsersi dengan green
fluorescent protein(GFP) sebagai target yang diinginkan.Transfer gen hasil
rekombinan yang telah dimurnikan diinsersikan ke dalam masing-masing telur ikan
komet, yang merupakan tahapan selanjutnya dapat dilakukan dengan beberapa
metode.
Teknologi
yang pertama kali dikembangkan dalam bidang biteknologi transfer gen adalah
mikroinjeksi.Transfer gen melalui teknik mikroinjeksi mempunyai banyak
kelemahan, karena teknik membutuhkan ketrampilan yang tinggi.Efek dari
teknikini telur yang sedang diperlakukan terganggu sehingga tingkat
keberhasilan kecil.Selain itu, hasil yang didapatkan tidak bisa banyak,
mengingat pekerjaan yang manual satu persatu telur pada pembelahan satu sel
diinjeksi. Percobaan transfer gen GFP terhadap ikan komet melalui metode
mikroinjeksi belum pernah berhasil sampai mendapatkan individu founder.Hal
tersebut disebabkan banyaknya kesulitan dan hambatan seperti yang dikemukan
oleh Khoo et al. (1992) dan Chen (1994):1.Memasukkan jarum mikroinjeksi kedalam
mikropil2.Jarum mikroinjeksi sulit menembus korion telur komet yang agak keras
- Teknologi Rekayasa Genetika
Ikan
zebra (Brachydanio rerio) berfluoresens pertama hasil rekayasa genetika
berhasil dikembangkan oleh para ilmuwan untuk mendeteksi adanya polutan, bahkan
mulai dipasarkan sebagai binatang peliharaan.”
Cuplikan
informasi tersebut hanyalah salah satu contoh bagaimana teknologi DNA telah
meluncurkan revolusi dalam bidang bioteknologi, yakni teknologi rekayasa
genetika. Keberhasilan ini tentunya membawa angin segar dan kontribusi yang
sangat besar, terutama dalam bidang rekayasa genetika ikan dan akuakultur
karena selain bermanfaat bagi penelitian dasar juga dapat ditujukan untuk
penggunaan komersial.
Rekayasa
genetika atau genetic engineering pada dasarnya adalah seperangkat teknik yang
dilakukan untuk memanipulasi komponen genetik, yakni DNA genom atau gen yang
dapat dilakukan dalam satu sel atau organisme, bahkan dari satu organisme ke
organisme lain yang berbeda jenisnya. Dalam upaya melakukan rekayasa genetika,
para ilmuwan menggunakan teknologi DNA rekombinan.
Sementara
organisme yang dimanipulasi dengan menggunakan teknik DNA rekombinan disebut
genetically modified organisme (GMO) yang memiliki sifat unggul bila
dibandingkan dengan organisme asalnya. Seiring dengan kemajuan biologi
molekuler sekarang ini memungkinkan ilmuwan untuk mengambil DNA suatu spesies
karena DNA mudah diekstraksi dari sel-sel. Kemudian disusunlah suatu konstruksi
molekuler yang dapat disimpan di dalam laboratorium. DNA yang telah mengalami
penyusunan molekuler dinamakan DNA rekombinan sedangkan gen yang diisolasi
dengan metode tersebut dinamakan gen yang diklon.
Ikan
komet adalah salah satu strain ikan mas koki (Carassius auratusauratus). Ikan
ini pertama dikembangkan di Amerika sekitar abad ke-19. Ikan komet umumnya
berukuran kecil, yang dewasa berukuran kurang dari 10 cm. Di pasar harga ikan
komet cukup murah dan banyak diminati konsumen ikan hias. Dibanding ikan mas
koki, ikan komet memiliki ketahanan tubuh yang lebih baik.
Saat
ini ikan komet telah banyak dipelihara di akuarium sebagai pajangan dan mudah
ditemukan di tempat penjualanikan hias. Ikan komet dapat memijah sepanjang
tahun, baik yang dipelihara di akurium maupun di kolam.Ikan komet memiliki ciri
khas diantaranya bentuk tubuh dan warna yang mirip seperti ikan maskoki. Ciri
yang membedakan ikan komet dengan ikan mas koki adalah ekornya lebih panjang
dan bentuk badannya agak membulat tapi tak sebulat ikan mas koki. Perbedaan
lainnya adalah ikan komet berekor tunggal sedangkan maskoki itu berekor ganda.
Bentuk badan komet juga memanjang dan bisa bergerak cepat seperti komet,
sedangkan badan maskoki kebanyakan membulat dan renangnya lambat.Disamping itu
ikan komet kebanyakan berwarna merah dan putih.
Ikan
komet tergolong ikan pemakan segala (omnivora).Hal ini bisa dibuktikan dengan
pemberian pakan dari sisa-sisa dapur atau tanaman lain yang lunak.Biasanya,
benih ikan mas komet hanya memakan Protozoa dan Crustacea.Benih yang
berukuran10 cm memakan jasad dasar seperti chironomidae, Olighocaeta,
Epeminidae, Thricoptera, Tubificidae, Mollusca, dan lain sebagainya.
Jasad-jasad tersebut dimakan bersama-sama dengan tanaman air yang membusuk dan
bahan organik lainnya.
Di
alam danau atau sungai tempat hidupnya, ikan ini hidup menepi sambil mengincar
pakan berupa binatang kecil yang hidup diatas lapisan lumpur tepi danau atau
sungai.Berdasarkan kebiasaan makan ini, tentunya akan lebih mudah mendalami
kemauan sang ikan dan kemampuan pengusaha ikan dikolam pekarangan untuk dapat
berproduksi semaksimal mungkin. Kebiasaan hidup di alam ikan komet yang
dipelihara di kolam atau akuarium dapat dipijahkan sepanjang tahun
- Sejarah dan Perkembangan Rekayasa Genetika
Semenjak
ditemukannya struktur DNA oleh Watson dan Crick (1953), kemudian mulai
berkembanglah teknologi rekayasa genetika pada tahun 1970-an dengan tujuan
untuk membantu menciptakan produk dan organisme baru yang bermanfaat. Sejarah
membuktikan bahwa teknik rekayasa genetika terus-menerus mengalami perkembangan
dan penyempurnaan dari metode-metode sebelumnya. Awal mulanya digunakan teknik
konservatif yang dipelopori oleh Gregor Mendel dalam proses perkawinan silang
(breeding) untuk mendapatkan bibit unggul yang bersifat hibrid.
Proses
ini memakan waktu lama dan memiliki kekurangan, yakni muncul sifat yang tak
dinginkan dari tanaman atau hewan tetuanya. Sampai akhirnya lahirlah rekayasa
genetika modern menggunakan teknologi DNA rekombinan. Rekombinasi dilakukan
secara in vitro (di luar sel organisme), sehingga dimungkinkan untuk
memodifikasi gen-gen spesifik dan memindahkannya di antara organisme yang
berbeda seperti bakteri, tumbuhan dan hewan ataupun dapat mencangkok (kloning)
hanya satu jenis gen yang diinginkan dalam waktu cepat.
Sejak
dimulainya perkembangan rekayasa genetika, beberapa teknik terus diperbaiki dan
ditingkatkan dalam rangka menuju teknologi DNA rekombinan yang lebih maju.
Teknik-teknik yang telah dikembangkan tersebut antara lain:
- Poliploidisasi
- Androgenesis
- Ginogenesis
- Kloning
- Chimeras
- Transgenik
Beberapa
tahapan yang perlu dilakukan dalam melakukan rekayasa genetika atau teknologi
DNA rekombinan sebagai berikut:
- Isolasi DNA yang mengandung gen target atau gen of interest (GOI).
- Isolasi plasmid DNA bakteri yang akan digunakan sebagai vektor.
- Manipulasi sekuen DNA melalui penyelipan DNA ke dalam vektor. (a.) Pemotongan DNA menggunakan enzim restriksi endonuklease. (b.) Penyambungan ke vektor menggunakan DNA ligase.
- Transformasi ke sel mikroorganisme inang.
- Pengklonan sel-sel (dan gen asing).
- Identifikasi sel inang yang mengandung DNA rekombinan yang diinginkan
- Penyimpanan gen hasil klon dalam perpustakaan DNA.
Rekayasa
genetika telah merambah di berbagai bidang, tidak terkecuali bidang perikanan
yang menghasilkan ikan kualitas unggul sebagai contoh antara lain:
- Ikan zebra yang biasanya berwarna perak dengan garis-garis hitam keunguan, setelah disisipi dengan gen warna ubur-ubur yang disuntikkan ke telur ikan-ikan zebra maka dapat memendarkan warna hijau atau merah dari tubuhnya. Gen pemicu dari ubur-ubur akan mengaktifkan pancaran cahaya pada ikan bila ikan berada dalam lingkungan yang mengandung bahan polutan tertentu.
- Ikan karper transgenik dengan pertumbuhan mencapai tiga kali dari ukuran normalnya karena memiliki gen dari hormon pertumbuhan ikan salmon (rainbow trout) yang ditransfer secara langsung ke dalam telur ikan karper. Begitu pula penelitian lainnya memberikan hasil yang serupa, yakni seperti pada ikan kakap (red sea bream) dan salmon Atlantik yang juga sama-sama disisipi oleh gen growth hormone OPAFPcsGH.
- Ikan goldfish yang disisipi dengan ocean pout antifreeze protein gene diharapkan dapat meningkatkan toleransi terhadap cuaca dingin.
- Ikan medaka transgenik yang mampu mendeteksi adanya mutasi (terutama yang disebabkan oleh polutan) sangat bermanfaat bagi kehidupan hewan akuatik lainnya dan di bidang kesehatan manusia. Ikan tersebut setelah disisipi dengan vektor bakteriofag mutagenik, kemudian vektor DNA dikeluarkan dan disisipkan ke dalam bakteri pengindikator yang dapat menghitung gen mutan.
- Ikan transgenik menjadi tahan lama dan tidak cepat busuk dalam penyimpanan setelah ditransplantasikan gen tomat. Namun bisa juga sebaliknya apabila penerapan ditujukan untuk dunia pertanian, maka gen ikan yang hidup di daerah dingin dapat dipindahkan ke dalam tomat untuk mengurangi kerusakan akibat dari pembekuan.
Report
this ad
Berbagai
kontroversi menyelimuti produk-produk hasil rekayasa genetika.
Kekhawatiran-kekhawatiran mengenai produk rekayasa genetik yang memiliki
kemungkinan bersifat racun, menimbulkan alergi serta terjadi resistensi
terhadap bakteri dan antibiotik selalu terjadi dalam masyarakat. Memang DNA
rekombinan yang diproduksi dengan cara buatan itu dapat berbahaya jika tidak
disimpan secara layak dan tindakan pencegahan yang ketat perlu diterapkan pada
pekerjaan semacam ini. Jadi hanya galur-galur non-patogenik yang dipergunakan
sebagai inang atau galur-galur lain yang dapat tumbuh dalam kondisi
laboratorium. Namun demikian, hal ini tidaklah menyurutkan para saintis untuk
terus memperbaiki kualitas penelitian di bidang rekayasa genetika semata-mata
adalah demi kemaslahatan bersama. Pada akhirnya, kita harus mempertimbangkan
masalah-masalah sosial, etika dan moral ketika teknologi gen menjadi lebih
ampuh.
informasi artikel ini sangat bermanfaat
BalasHapus