Jumat, 17 September 2021

KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN BUATAN ALTERNATIF PADA IKAN


KEONG SAWAH SEBAGAI PAKAN BUATAN ALTERNATIF PADA IKAN




Indonesia sebenarnya memiliki berbagai sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan atau pelet. Contoh sumber daya alam yang dapat digunakan sebagai bahan baku pakan adalah keong sawah. Bahan baku tersebut mudah diperoleh atau pun dibudidayakan dan bukan bahan kebutuhan pokok manusia. Kandungan nutrisi yaitu protein dari keong sawah hampir setara dengan kandungan protein tepung ikan impor. Sayangnya masih sedikit usaha untuk mengolah dan membuat pakan sekala rumahan menggunakan bahan baku ini khususnya di Indonesia. Adanya upaya mengkonversi bahan baku pelet dari tepung ikan impor ke bahan baku keong sawah yang harganya lebih murah dengan kualitas yang hampir sama sehingga harga jual pakan menjadi lebih murah dan dapat dijangkau oleh pelaku budidaya. Pelaku budidaya membutuhkan pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang memadai dan harga yang murah.
Hal ini menunjukkan kebutuhan akan pakan ikan terus meningkat seiring dengan berkembangnya usaha-usaha perikanan budidaya secara intensif. Selama ini jenis pakan yang digunakan oleh pembudidaya adalah pakan ikan olahan dari pabrik, namun pada umumnya daya beli masyarakat tidak dapat menjangkau karena harga pakan buatan pabrik mahal dan terus mengalami kenaikan harga. Harga pakan yang mahal disebabkan oleh bahan baku pakan pabrik menggunakan tepung ikan impor yang memiliki kualitas tinggi. Sedangkan tepung ikan lokal memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan tepung ikan impor. Tepung ikan lokal memiliki kualitas yang lebih rendah karena bahan baku tepung ikan lokal adalah sisa ikan yang tidak habis terjual atau ikan dengan kualitas yang rendah. Hal ini menyebabkan industri pakan atau pelet lebih banyak menggunakan tepung ikan impor dibanding tepung ikan lokal meskipun menyebabkan harga pakan menjadi mahal.
Pakan buatan berbahan baku keong sawah sangat bagus untuk dilaksanakan dan dikembangkan di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya sistem budidaya ikan secara intensif akan semakin besar kebutuhan terhadap pakan ikan buatan. Dan apabila usaha budidaya ikan secara intensif telah menjadi “trademark” usaha perikanan, kiranya akan membuka peluang usaha produksi masal pakan ikan buatan sekala rumahan sebagai kebutuhan alternatif. Pakan buatan yang sering disebut pelet menurut Zonneveld (1991) adalah pakan kering dengan kadar air di bawah 10% dan kandungan nutrisinya lengkap sesuai kebutuhan dari jenis ikan yang dibudidayakan.
Pemilihan bahan baku keong sawah sebagai pengganti tepung ikan impor karena memiliki nilai gizi yang lengkap dan hampir sama kandungan proteinnya dengan tepung ikan impor, mudah dicerna, tidak mengandung racun, mudah diperoleh, bukan kebutuhan pokok manusia, bahan baku bisa dibudidayakan, sehingga potensial untuk perkembangan proses produksi pakan ke depan. Indonesia sebagai lokasi produksi pakan dan menyediakan bahan baku yang melimpah merupakan daerah persawahan sehingga keong sawah tersedia cukup banyak, selain itu keong belum dimanfaatkan oleh penduduk karena keong merupakan hama bagi para petani.
Bellamiya javanica diklasifikasikan sebagai kingdom animalia atas dasar taksonomi atau penggolongan makhluk hidup. Keong sawah tergolong kelas Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut, podos = kaki), adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak atau kakinya. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian ventrel tubuhnya. Keong sawah bergerak lambat menggunakan kakinya dan memiliki sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang. Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Karena keong sawah ini tergolong gastropoda akuatik maka ia bernapas dengan insang. Insangnya berupa kulit yang berlapis-lapis sangat tipis didalam tubuhnya.
Klasifikasi (Keong Sawah) ini adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Familia : Filopaludinam
Genus : Bellamiya
Spesies : Bellamiya Javanica (Van Benthem Jutting, 1956, 1059 & 1963)
Berdasarkan penggolongan tersebut, hewan ini memiliki ciri:
  1. Tubuh tersusun atas rangka atau cangkang yang terbuat dari bahan zat kitin dalam tubuhnya.
  2. Cangkang pada spesies Bellamiya javanica (keong sawah) berbentuk spiral asimetris.
  3. Bentuk kakinya khas yaitu telapak kaki yang datar yang terdapat berbagai kelenjar yang dapat menghasilkan lendir yang dapat berfungsi untuk merayap pada substrat (tempat menempel).
  4. Alat geraknya menggunakan perut sesuai dengan kelasnya yaitu gastropoda (gaster = perut, podos = kaki). Perut digunakan kaki sebagai alat bantu pergerakannya.

  1. Kaki
Kaki merupakan perpanjangan/penjuluran dari bagian Ventral tubuh yang berotot Kaki ini pada tutut/keong sawah menyatu dengan perut, berfungsi untuk bergerak. Bergeraknya dengan cara merangkak secara perlahan.
  1. Massa Viseral
Massa viseral ialah bagian tubuh yang lunak. Masa viseral ini merupakan bagian tubuh yang terdapat didalam cangkang dan tidak tampak dari luar. Di dalam massa viseral terdapat organ-organ seperti organ pencernaan, ekskresi, dan reproduksi. Massa viseral dilindungi oleh mantel.
  1. Mantel
Mantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel membentuk suatu rongga yang disebut rongga mantel. Di dalam rongga mantel berisi cairan. Cairan tersebut adalah tempat lubang insang, lubang ekskresi dan anus.
4. Cangkang
Merupakan rangka tubuh terluar yang berfungsi untuk melindungi diri dari predator atau serangan musuh. Selain itu, cangkang digunakan tutut/keong sawah (Bellamiya Javanica) sebagai rumah atau tempat masa peristirahaatan disaat pergntian musim. Karena pada saat musim kemarau, tutut/keong sawah akan mengalami kekeringan dihabitatnya. Oleh karena itu ia harus mengubur dirinya dalam-dalam dilumpur yang pekat dengan menggunakan cangkang agar tetap bertahan hidup.
  1. Penutup (Overculum)
Penutup ini digunakan tutut untuk menutup dirinya didalam angkang saat merasakan ada musuh yang akan menyerang. Kalau diibaratkan seperti rumah, penutup (Overculum) adalah pintunya.
  1. Kepala
Kepala tutut/keong sawah (Bellamiya Javanica) hampir tidak pernah terlihat tampak, karena terhalang oleh cangkang. Namun sekali-kali ketika ia menempel pada substrat (bidang yang ditempeli), maka ia akan menampakkan kepalanya dengan menjulurkan dua pasang tentakel. Satu pasang berupa mata untuk membedakan gelap dan terang, satu pasang berupa alat penerima sinyal dari bahaya serangan musuh.
Harga jual pakan buatan rumahan dengan bahan baku keong sawah tidak mahal namun tetap memberi keuntungan. Harga pakan dengan bahan baku keong sawah menjadi lebih murah karena dalam pembuatan pakan menggunakan prinsip pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat di sekitar tempat produksi dan yang tidak dikonsumsi secara langsung oleh manusia atau pemanfaatan bahan baku yang memiliki nilai nutrisi dan nilai ekonomi dari pada bahan pangan hewani yang akan dihasilkan sehingga biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin dan harga jual dapat disesuaikan dengan isi kantong pelaku budidaya atau petani.

1 komentar: