KEONG
SAWAH SEBAGAI PAKAN BUATAN ALTERNATIF PADA IKAN
Indonesia sebenarnya memiliki berbagai sumber daya alam yang dapat
dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan atau pelet. Contoh sumber daya alam yang
dapat digunakan sebagai bahan baku pakan adalah keong sawah. Bahan baku
tersebut mudah diperoleh atau pun dibudidayakan dan bukan bahan kebutuhan pokok
manusia. Kandungan nutrisi yaitu protein dari keong sawah hampir setara dengan
kandungan protein tepung ikan impor. Sayangnya masih sedikit usaha untuk
mengolah dan membuat pakan sekala rumahan menggunakan bahan baku ini khususnya
di Indonesia. Adanya upaya mengkonversi bahan baku pelet dari tepung ikan impor
ke bahan baku keong sawah yang harganya lebih murah dengan kualitas yang hampir
sama sehingga harga jual pakan menjadi lebih murah dan dapat dijangkau oleh
pelaku budidaya. Pelaku budidaya membutuhkan pakan yang memiliki kandungan
nutrisi yang memadai dan harga yang murah.
Hal ini menunjukkan kebutuhan akan pakan ikan terus meningkat
seiring dengan berkembangnya usaha-usaha perikanan budidaya secara intensif.
Selama ini jenis pakan yang digunakan oleh pembudidaya adalah pakan ikan olahan
dari pabrik, namun pada umumnya daya beli masyarakat tidak dapat menjangkau
karena harga pakan buatan pabrik mahal dan terus mengalami kenaikan harga.
Harga pakan yang mahal disebabkan oleh bahan baku pakan pabrik menggunakan
tepung ikan impor yang memiliki kualitas tinggi. Sedangkan tepung ikan lokal
memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan tepung ikan impor. Tepung ikan
lokal memiliki kualitas yang lebih rendah karena bahan baku tepung ikan lokal
adalah sisa ikan yang tidak habis terjual atau ikan dengan kualitas yang
rendah. Hal ini menyebabkan industri pakan atau pelet lebih banyak menggunakan
tepung ikan impor dibanding tepung ikan lokal meskipun menyebabkan harga pakan
menjadi mahal.
Pakan buatan berbahan baku keong sawah sangat bagus untuk
dilaksanakan dan dikembangkan di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya sistem
budidaya ikan secara intensif akan semakin besar kebutuhan terhadap pakan ikan
buatan. Dan apabila usaha budidaya ikan secara intensif telah menjadi “trademark”
usaha perikanan, kiranya akan membuka peluang usaha produksi masal pakan ikan
buatan sekala rumahan sebagai kebutuhan alternatif. Pakan buatan yang sering
disebut pelet menurut Zonneveld (1991) adalah pakan kering dengan kadar air di
bawah 10% dan kandungan nutrisinya lengkap sesuai kebutuhan dari jenis ikan yang
dibudidayakan.
Pemilihan bahan baku keong sawah sebagai pengganti tepung ikan
impor karena memiliki nilai gizi yang lengkap dan hampir sama kandungan
proteinnya dengan tepung ikan impor, mudah dicerna, tidak mengandung racun,
mudah diperoleh, bukan kebutuhan pokok manusia, bahan baku bisa dibudidayakan,
sehingga potensial untuk perkembangan proses produksi pakan ke depan. Indonesia
sebagai lokasi produksi pakan dan menyediakan bahan baku yang melimpah
merupakan daerah persawahan sehingga keong sawah tersedia cukup banyak, selain
itu keong belum dimanfaatkan oleh penduduk karena keong merupakan hama bagi
para petani.
Bellamiya javanica diklasifikasikan
sebagai kingdom animalia atas dasar taksonomi atau penggolongan makhluk hidup.
Keong sawah tergolong kelas Gastropoda (dalam bahasa latin, gaster = perut,
podos = kaki), adalah kelompok hewan yang menggunakan perut sebagai alat gerak
atau kakinya. Hewan ini memiliki ciri khas berkaki lebar dan pipih pada bagian
ventrel tubuhnya. Keong sawah bergerak lambat menggunakan kakinya dan memiliki
sepasang tentakel panjang dan sepasang tentakel pendek. Pada ujung tentakel
panjang terdapat mata yang berfungsi untuk mengetahui gelap dan terang.
Sedangkan pada tentakel pendek berfungsi sebagai alat peraba dan pembau. Karena
keong sawah ini tergolong gastropoda akuatik maka ia bernapas dengan insang.
Insangnya berupa kulit yang berlapis-lapis sangat tipis didalam tubuhnya.
Klasifikasi (Keong Sawah) ini adalah sebagai berikut :
Kerajaan : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Familia : Filopaludinam
Genus : Bellamiya
Spesies : Bellamiya Javanica (Van Benthem Jutting, 1956, 1059 & 1963)
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Familia : Filopaludinam
Genus : Bellamiya
Spesies : Bellamiya Javanica (Van Benthem Jutting, 1956, 1059 & 1963)
Berdasarkan penggolongan tersebut, hewan ini memiliki ciri:
- Tubuh tersusun atas rangka atau cangkang yang terbuat dari bahan zat kitin dalam tubuhnya.
- Cangkang pada spesies Bellamiya javanica (keong sawah) berbentuk spiral asimetris.
- Bentuk kakinya khas yaitu telapak kaki yang datar yang terdapat berbagai kelenjar yang dapat menghasilkan lendir yang dapat berfungsi untuk merayap pada substrat (tempat menempel).
- Alat geraknya menggunakan perut sesuai dengan kelasnya yaitu gastropoda (gaster = perut, podos = kaki). Perut digunakan kaki sebagai alat bantu pergerakannya.
- Kaki
Kaki merupakan perpanjangan/penjuluran dari bagian Ventral tubuh
yang berotot Kaki ini pada tutut/keong sawah menyatu dengan perut, berfungsi
untuk bergerak. Bergeraknya dengan cara merangkak secara perlahan.
- Massa Viseral
Massa viseral ialah bagian tubuh yang lunak. Masa viseral ini
merupakan bagian tubuh yang terdapat didalam cangkang dan tidak tampak dari
luar. Di dalam massa viseral terdapat organ-organ seperti organ pencernaan,
ekskresi, dan reproduksi. Massa viseral dilindungi oleh mantel.
- Mantel
Mantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel
membentuk suatu rongga yang disebut rongga mantel. Di dalam rongga mantel
berisi cairan. Cairan tersebut adalah tempat lubang insang, lubang ekskresi dan
anus.
4. Cangkang
Merupakan rangka tubuh terluar yang berfungsi untuk melindungi diri
dari predator atau serangan musuh. Selain itu, cangkang digunakan tutut/keong
sawah (Bellamiya Javanica) sebagai rumah atau tempat masa
peristirahaatan disaat pergntian musim. Karena pada saat musim kemarau,
tutut/keong sawah akan mengalami kekeringan dihabitatnya. Oleh karena itu ia
harus mengubur dirinya dalam-dalam dilumpur yang pekat dengan menggunakan
cangkang agar tetap bertahan hidup.
- Penutup (Overculum)
Penutup ini digunakan tutut untuk menutup dirinya didalam angkang saat
merasakan ada musuh yang akan menyerang. Kalau diibaratkan seperti rumah,
penutup (Overculum) adalah pintunya.
- Kepala
Kepala tutut/keong sawah (Bellamiya Javanica) hampir tidak
pernah terlihat tampak, karena terhalang oleh cangkang. Namun sekali-kali ketika
ia menempel pada substrat (bidang yang ditempeli), maka ia akan menampakkan
kepalanya dengan menjulurkan dua pasang tentakel. Satu pasang berupa mata untuk
membedakan gelap dan terang, satu pasang berupa alat penerima sinyal dari
bahaya serangan musuh.
Harga jual pakan buatan rumahan dengan bahan baku keong sawah tidak
mahal namun tetap memberi keuntungan. Harga pakan dengan bahan baku keong sawah
menjadi lebih murah karena dalam pembuatan pakan menggunakan prinsip
pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat di sekitar tempat produksi dan yang
tidak dikonsumsi secara langsung oleh manusia atau pemanfaatan bahan baku yang
memiliki nilai nutrisi dan nilai ekonomi dari pada bahan pangan hewani yang
akan dihasilkan sehingga biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin dan
harga jual dapat disesuaikan dengan isi kantong pelaku budidaya atau petani.
artikel yang mudah di pahami
BalasHapus