Untuk
pemijahan maskoki sarana utama yang harus disiapkan yaitu kolam
pemijahan dan substrat perekat telur. Substrat dapat berupa tanaman air
yang mengapung seperti apu-apu atau eceng gondok (Eichornia sp.).
Berdasarkan pengalaman,kedua jenis tanaman air ini sangat disukai induk
maskoki untuk melekatkan telur karena perakarannya lebat, rimbun, dan
panjang menjuntai.
Eceng
gondok atau apu-apu terpilih harus dalam kondisi sehat. Untuk eceng
gondok, daunnya harus kaku, kecil, dan berwarna hijau tua. Gondok
dipangkal batang jangan ada yang pecah dan batang tidak tinggi.
Sementara untuk apu-apu, daunnya harus bertumpuk lebat, tidak sobek, dan
berwama hijau muda. Sebelum digunakan, kedua tanaman air tersebut harus
disucihamakan terlebih dahulu agar tidak membawa bibit penyakit.
Caranya ialah daun yang rusak dibuang dan akar dicuci dengan air
mengalir. Setelah bersih, tanaman air ini dimasukkan ke dalam wadah
berukuran 30 cm yang sudah diisi air sebanyak 3/4 bagian dan sudah
dilarutkan butiran kristal PK (permanganat kalium) 0,5 gram. Tanaman air
tersebut direndam selama 2 jam. Setelah direndam. tanaman sudah siap
digunakan.
Selain
kedua jenis tanaman air tersebut, substrat perekat telur pun dapat
dibuat dari bahan ijuk. Substrat ini dibuat dengan cara ijuk sebanyak
satu genggam diikat, lalu disisir agar batang kasarnya terlepas. Setelah
membentuk seperti akar, ijuk tersebut diikat pada sepotong styrofoam, lalu
dimasukkan ke dalam wadah yang sudah diisi air. Sebelumnya ke dalam air
tersebut sudah dilarutkan butiran kristal PK sebanyak 0,5 gram.
Selanjutnya, ijuk direndam selama 3-4 jam. Setelah itu, ijuk sudah siap
digunakan.
Kondisi air
yang dikehendaki maskoki untuk berpijah harus memenuhi persyaratan
suhu, pH, dH, dan kandungan oksigen terlarut. Untuk dapat berpijah, suhu
air hams berkisar 20-25O C, kemasaman (pH) air 7-7,5, kesadahan (dH)
sekitar 4, dan kadar kandungan oksigen terlarut di atas5 mg/l.
Ambang
batas toleransi suhu air sekitar 17OC dan 27OC. Bila suhu air terlalu
rendah maka maskoki akan menjadi malas bergerak dan kehilangan nafsu
makan. Sebaliknya bila suhu air melebihi ambang batas toleransi, maskoki
akan lebih banyak bergerak di permukaan air sehingga proses
perkawinannya pun sulit terjadi. Ambang batas tolerasi kemasaman air(acidity) 6,8 dan alkalidity 8,3.
Bila pH air kolam di bawah ambang batas toleransi tersebut maka maskoki
akan mengalami acidosis yang ditandai dengan hilangnya nafsu makan
akibat penimbunan ion hidrogen di dalam tubuh. Bila pH air tinggi atau
melebihi ambang batas alkalidity maka maskoki akan mengalami alkalidosis, yaitu produksi lendir di tubuh meningkat dan maskoki tidak mau memijah.
Sementara
ambang batas toleransi kesadahan air (dH) adalah 6. Bila dH air melebihi
ambang batas tersebut maka maskoki akan menjadi stres dan dapat menemui
kematian. Meningkatkan suhu air yang rendah dapat menggunakan heater (pemanas
air). Sementara bila suhu air tinggi, tanaman air seperti eceng gondok
harus diperbanyak. Daun eceng gondok dapat meredam panas sinar matahari.
Selain dengan eceng gondok, penggunaan penutup dan jaring net yang
dipasang di atas kolam dapat dilakukan agar sinar matahari tidak
langsung menyinari air. Untuk menetralisir pH dan dH, dapat digunakan
Tetra Black Water, Tetra AquaSafe, atau Izeki Super Clean dengan dosis 1
tetes/5 liter air.
Sementara
untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air, dapat dilakukan
dengan mengaktifkan aerator dan melarutkan Oxydan dengan tàkaran 1
gram/20 liter air. Waktu yang tepat untuk memasangkan calon induk adalah
pada sore hari sekitar pukul 17.30—18.00. Pemasangan calon induk
terdiri dan seekor induk betina dan dun ekor pejantan. Dapat juga
dipasangkan dua ekor induk betina dengan tiga ekor pejantan yang ukuran
tubuhnya sama. Jumlah pejantan lebih banyak dan induk betina karena
seekor induk betina berkualitas tidak cukup hanya dilayani oleh seekor
pejantan.
Proses
perkawinan terjadi sekitar 3-5 hari setelah calon induk dipasangkan.
Perkawinan berlangsung pada pagi hari sekitar pukul 07.00—07.30. Prosesi
perkawinan berlangsung dengan diawali oleh dua ekor pejantan mengikuti
betina dan saling bergantian menggesek-gesekkan siripnya ke organ
reproduksi betina. Betina yang terangsang akan segera mengelilingi
substrat dan melepaskan telurnya. Telur yang melekat pada substrat
segera dibuahi oleh pejantan. Ukuran telur berkualitas sekitar 0,8-1,3
mm. Setiap induk betina dapat menghasilkan telur sebanyak 3.500-4.500
butr
Setelah terlihat telur banyak melekat pada substrat, kedua induk segera dikembalikan ke dalam kolam masing-masing. Kedua
induk diberi pakan pelet yang mengandung vitamin dan mineral tidak
dapat menetas pada suhu di bawah 12,5OC. Pada suhu 18-21OC, telur akan
menetas sekitar 4-5 hari Sementara pada suhu 24-27OC, telur akan menetas
2-3 hari. Panjang larva yang baru menetas sekitar 5 mm. Di perut larva
tergantung kantong telur(yolk sac) yang berfungsi sebagai
persediaan makanan sebelum burayak mampu mencari makanan sendiri. Larva
tersebut melekat pada substrat dinding kolam, atau dasar kolam.
Untuk
menjaga agar kualitas air tidak menurun maka bagian atas kolam ditutupi
dengan terpal atau tripleks. Tutup tersebut dibuka setelah 2-3 hari,
kemudian dan larva sudah bisa berenang mencari pakan berupa fitoplankton
di sekitar akar tanaman. Seminggu kemudian, larva yang sudah disebut
burayak ini dapat memangsa Infusoria, Clorodera, Daphnia, dan Hama.
Burayak umur dua minggu dapat menyantap pelet halus seperti White Crane
CR atau Izeki Ultra.
Cara lain yang lazim digunákan untuk mengawinkan maskoki adàlah dengan metodestripping. Metode stripping yang umuin dilakukan adalah telur diambil dan disatukan dengan sperma jantan di dalam wadah. Namun, stripping yang
dilakukan peternak di Tong Kwan Pu (Dangguan, Cina) berbeda, yaitu
langsung di dalam kolam. Teknis perlakuannya adalah pada pagi hari dua
orang masuk ke dalam kolam yang masing-masing membawa wadah berisi
jantan dan betina. Secara bersamaan keduanya mengurut perut induk
maskoki yang dihadapkan ke substrat perekat telur sampai sel telur dan
sperma keluar. Setelah telur dan sperma keluar, kedua induk dikembalikan
ke kolam induk.
Dengan metode stripping, tingkat
keberhasilan pemijahan sangat rendah. Telur yang menetas hanya sekitar
10—15% atau sekitar 500 ekor. Namun, pemijahan dengan cara ini lebih
cepat. Secara normal, sepasang induk maskoki yang sudah matang gonad
akan menyelesaikan perkawinan dalam waktu 2-3 hari, sedangkan dengan
metode strippingsebanyak 25 pasang dapat dikawinkan hanya dalam waktu 2 jam.
Sumber :
Nurleli,
2011. Budidaya Ikan Hias Air Tawar Ikan Maskoki. Materi Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan Nomor: 012/TAK/BPSDMKP/2011. Pusat Penyuluhan
Kelautan dan Perikanan BPSDMKP.
Adijaya, S.Dian, “Agar Kemolekannya Dinikmati Lebih Lama”, Trubus, Agustus 2003.
_____________, “Merah Putih Corak Ranchu”, Trubus, Juli 2003
_____________, “Strain Terbaru dari Tirai Bambu”, Trubus, Agustus 2003.
Hisomudin, dkk., “Permasalahan Maskoki dan Solusinya”, Penebar Swadaya, 2003
Suyanto, S.Rachmatun, “Parasit Ikan dan Cara Pemberantasannya” (Jakarta : Pusat Penerbitan Yayasan Sosial Tani Membangun, 1981).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar