Sabtu, 22 Juni 2019

 
 
Tak perlu dibahas ikan koki seperti apa. Hampir semua orang sudah mengenalnya, termasuk jenis-jenisnya. Karena ikan ini banyak dijual di toko-toko ikan hias dan juga penjual ikan hias di pinggiran jalan, bahkan penjual asongan. Yang perlu diketahui adalah budidayanya. Karena tidak semua orang tahu, terutama pembenihannya.
Beda jantan dan betina
Jantan dan betina ikan koki dapat dibedakan dengan melihat tanda-tanda pada tubuhnya. Jantan dicirikan dengan tubuh lebih langsing dari betina dan memiliki sirip dada yang kasar di bagian belakangnya, dengan bentuk seperti gundukan pasir. Jantan yang matang kelamin akan keluar cairan berwarna putih susu, bila dipijit ke arah lubang kelamin.
Sedangkan betina bertubuh lebih gendut dan memiliki sirip dada yang halus di bagian belakangnya. Kemudian betina yang sudah bertelur dan matang gonad perutnya terasa lembek, bila diraba, berbeda sekali dengan betina yang belum matang gonad. Induk jantan dan betina harus sudah berumur 6 bulan.
Pematangan gonad
Pematangan gonad dilakukan di akuarium. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan 2 titik aerasi dan biarkan hidup selama pematangan gonad; masukan 10 ekor induk; beri pakan berupa pelet kecil atau cacing darah secukupnya (bila telur ingin bagus ditambah jentik nyamuk). Jantan dan betina dipelihara terpisah.
Pematangan gonad bisa juga dilakukan di bak semen. Caranya, siapkan sebuah bak semen ukuran panjang 2 m, lebar 1 m dan tinggi 50 cm; keringkan selama 3 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan 4 titik aerasi; masukan 40 – 50 ekor induk; beri pakan berupa pelet kecil atau cacing darah secukupnya (bila telur ingin bagus ditambah dengan jentik nyamuk). Jantan dan betina dipelihara terpisah.
Pematangan gonad bisa juga dilakukan di bak fibreglass. Caranya, Caranya, siapkan sebuah bak fibreglass ukuran panjang 1 m, lebar 1 m dan tinggi 50 cm; keringkan selama 3 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm dan biarkan mengalir selama pematangan gonad; masukan 20 – 25 ekor induk; beri pakan berupa pelet kecil atau cacing darah secukupnya (bila telur ingin bagus ditambah dengan jentik nyamuk). Jantan dan betina dipelihara terpisah.
Pemijahan
Pemijahan dilakukan di akuarium. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan dua titik aerasi dan biarkan hidup selama pemijahan; masukan sebuah alat penempel telur berupa ijuk (kakaban kecil) atau 3 rumpun eceng gondok; masukan 1 ekor induk betina; masukan 2 ekor induk jantan; biarkan memijah. Pemijahan biasanya terjadi pada tengah malam hingga pagi hari.
Pemijahan bisa juga dilakukan di bak fibreglass. Caranya, siapkan sebuah fibreglass ukuran panjang 1 m, lebar 1 m dan tinggi 50 cm; keringkan selama 3 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan 4 titik aerasi dan biarkan hidup selama pemijahan; pasang hapa halus dengan ukuran yang sama dengan fibreglass; masukan ijuk atau dua buah kakaban kecil; masukan 5 ekor induk betina; masukan juga 10 ekor induk jantan; biarkan memijah dengan sendirinya. Pemijahan ini juga biasanya terjadi pada tengah malam hingga pagi hari.
Penetasan dan pendederan I
Penetasan dilakukan di akuarium pemijahan. Caranya, tangkap induk jantan yang telah memijah dan masukan kembali ke tempat pematangan gonad; tangkap pula induk betina yang telah memijah dan masukan kembali ke tempat pematangan gonad; periksa aerasi dan biarkan hidup selama penetasan; biarkan menetas. Penetasan berlangsung selama 2 – 3 hari. Setelah menetas, kakaban atau tanaman air diangkat.
Pada budidaya ikan koki, penetasan umumnya dilanjutkan dengan pendederan I, dengan perlakuan pemberian pakan. Dua hari setelah menetas atau ketika larva mulai berenang diberi pakan berupa emulsi kuning telur yang sudah direbus (1/4 bagian) hingga umur 9 hari (kuning telur rebus yang disaring dengan kain halus). Setelah umur 10 hari diberi pakan berupa cacing rambut atau dapnia yang sudah disaring. Panen dilakukan setelah satu bulan.
Penetasan bisa dilakukan di bak fibreglass pemijahan. Caranya, tangkap induk jantan yang telah memijah dan masukan kembali ke tempat pematangan gonad; tangkap pula induk betina yang telah memijah dan masukan kembali ke tempat pematangan gonad; periksa aerasi dan biarkan hidup selama penetasan; biarkan menetas. Penetasan berlangsung selama 2 – 3 hari. Pada penetasan di fibreglass juga dilanjutkan dengan pendederan I, dengan perlakuan yang sama.
Pendederan II
Pendederan II dilakukan di akuarium lain. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan dua titik aerasi dan biarkan hidup selama pendederan; masukan 50 ekor benih koki yang berasal dari pendederan I dan sudah diseleksi; beri pakan berupa cacing rambut atau cacing darah atau dapnia yang sudah disaring sesuai dengan kebutuhan; panen setelah satu bulan; seleksi ukurannya.
Pendederan III
Pendederan III dilakukan di akuarium lain. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan dua titik aerasi dan biarkan hidup selama pendederan; masukan 30 ekor benih koki yang berasal dari pendederan II dan sudah diseleksi; beri pakan berupa cacing rambut atau cacing darah atau dapnia yang sudah disaring sesuai dengan kebutuhan; panen setelah satu bulan; seleksi ukurannya.
Pembesaran
Pendederan III dilakukan di akuarium lain. Caranya, siapkan akuarium ukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tinggi 40 cm; keringkan selama 2 hari; isi air setinggi 20 – 30 cm; hidupkan dua titik aerasi dan biarkan hidup selama pendederan; masukan 20 ekor benih koki yang berasal dari pendederan III dan sudah diseleksi; beri pakan berupa cacing rambut atau cacing darah atau dapnia yang sudah disaring sesuai dengan kebutuhan; panen setelah dua bulan; seleksi ukurannya. Ikan koki hasil dari pembesaran berukuran 5 – 7 cm dan sudah bisa dijual.
SUMBER:
http://bdp-unhalu.blogspot.com
http://agusrochdianto.wordpress.com
http://ebookbrowsee.net

Aplikasi Mina Grow pada Budidaya Ikan Air Tawar

DESKRIPSI TEKNOLOGI
 
 
1. TUJUAN DAN MANFAAT PENERAPAN TEKNOLOGI Kegunaan teknologi ini adalah untuk meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas ikan dan udang.
2. PENGERTIAN/ISTILAH/DEFINISI MinaGrow = merupakan salah satu Recombinant Growth Hormone (rGH) atau protein hormon pertumbuhan rekombinan atau suplemen pemacu pertumbuhan yang bekerja sebagai stimulator agentbagi pertumbuhan somatik ikan, sehingga dapat mempersingkat waktu pemeliharaan dan meningkatkan produksi budidaya ikan.
3. RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS/PERSYARATAN TEKNIS YANG DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN 3.1. Persyaratan Teknis Penerapan Teknologi Aplikasi MinaGrow dapat dilakukan melalui 3 (tiga) metode yaitu perendaman, injeksi, dan oral (melalui pakan). Perendaman dilakukan pada larva ikan yang hampir habis kuning telurnya atau pada juvenile udang. Injeksi dapat dilakukan pada ikan yang sudah besar namun kurang efektif karena membutuhkan tenaga kerja yang banyak. Oral atau melalui pakan dapat dilakukan di semua stadia ikan dan udang baik larva (yang sudah habis kuning telurnya) maupun yang sudah dewasa.
3.2. Detail Standar Operational Procedure, mencakup :
a. Gambaran/uraian/rincian teknologi MinaGrow merupakan suplemen pemacu pertumbuhan yang bekerja sebagai stimulator agent bagi pertumbuhan somatik ikan dan udang, sehingga dapat mempersingkat waktu pemeliharaan dan meningkatkan produksi budidaya ikan dan udang.
b. Cara penerapan teknologi yang diurut mulai persiapan sampai aplikasi :
1. Produksi MinaGrow Produksi MinaGrow dilakukan berdasarkan metode dari Alimuddin et al. (2011). Bakteri Escherichia coli BL21 yang membawa vektor ekspresi MinaGrow diinkubasi dalam media 2xYT pada suhu 15o C, dan dikocok selama semalam. Sintesis protein diinduksi dengan menambahkan 1 mM isopropyl-b-Dthiogalactopyranoside (IPTG) ke dalam media kultur bakteri. Total protein bakteri dalam bentuk badan inklusi (inclusion body) diendapkan menggunakan sentrifugasi pada suhu 4o C, dan kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit, dan selanjutnya protein dilarutkan dalam buffer fosfat salin (PBS). Dinding sel bakteri dipecah dengan menggunakan sonikator selama 5 menit dengan selang 1 menit ON dan 1 menit OFF. Kemudian, disentrifugasi pada suhu 4o C, dan kecepatan 12.000 rpm selama 10 menit. Pellet yang terbentuk dikeringbekukan dengan menggunakan freeze dryer pada suhu -87o C selama over night. Selanjutnya, pellet kering yang sudah terbentuk dapat disimpan dalam suhu ruang.
2. Pemberian MinaGrow melalui pakan (oral) MinaGrow sebanyak 2 mg (berat kering) dilarutkan dalam 15 mL PBS, dan dicampur dengan 2 mg kuning telur ayam yang berfungsi sebagai bahan pengikat (binder) pada pakan buatan. Setelah dihomogenasi menggunakan vorteks, campuran kuning telur dan MinaGrow disemprotkan secara merata pada 1 kg pakan komersial kemudian dibiarkan kering udara sebelum diberikan pada ikan nila. Campuran pakan MinaGrow diberikan sebanyak 3 kali dalam seminggu dengan interval 3 hari secara satiasi.
3. Pemberian MinaGrow melalui perendaman Larva ikan diberikan perlakuan kejut salinitas dalam NaCl 3,0% selama 2 menit, sedangkan juvenile udang tidak perlu menggunakan perlakuan kejut salinitas. Kemudian, direndam dengan larutan MinaGrow (dosis 2 mg/L), NaCl 0,9%, dan BSA 0,01% selama 1 jam. Setelah perendaman selesai, larva atau juvenile dapat dipelihara seperti biasa. Perendaman dilakukan tiga kali dalam seminggu dalam interval 3 hari. 4. Pemberian MinaGrow melalui injeksi MinaGrow diinjeksikan 0,1 ml suspensi MinaGrow sebanyak 1 µg/10 µl PBS/g bobot tubuh secara intramuskuler pada benih ikan berukuran 5-8 cm. Injeksi dilakukan seminggu sekali selama 4 minggu.
3.3. Kaji terap yang sudah dilakukan di beberapa daerah beserta hasilnya Penerapan teknologi ini sudah dilakukan di beberapa daerah, seperti :
1. Kabupaten Banyumas Penerapan MinaGrow pada ikan gurame dengan pemberian melalui pakan (Gambar 1a dan 1b) (Hardiantho dkk., 2012).
2. Kabupaten Bogor Penerapan MinaGrow pada ikan sidat melalui perendaman dan pakan (Gambar 2) (Alimuddin et al., 2012).
3. Kabupaten Purwakarta Penerapan MinaGrow pada pembesaran ikan nila di instalasi keramba jaring apung BBPBAT Sukabumi, Waduk Cirata (Gambar 3) (belum dipublikasikan).
4. BBPBAT Sukabumi Penerapan MinaGrow pada beberapa jenis ikan disajikan sebagai berikut :
a. Perendaman MinaGrow pada Ikan Mas Perendaman larva ikan mas dengan penentuan dosis diperoleh dosis 30 mg (bobot basah) per liter air dan pemberian 2 kali selama seminggu memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan perlakuan lainnya (Faridah dkk., 2011).
b. Pemberian MinaGrow melalui pakan pada pembesaran ikan mas (belum dipublikasikan).
c. Pemberian MinaGrow melalui pakan pada ikan patin (belum dipublikasikan).
4. KEUNGGULAN TEKNOLOGI
4.1 Uraian tentang teknologi
a. Pemberian MinaGrow pada ikan gurame melalui pakan mampu meningkatkan bobot 42,3% lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi dan biomassa mengalami peningkatan sebesar 50,23%.
b. Pemberian MinaGrow melalui perendaman dan pemberian pakan pada ikan sidat mampu meningkatkan pertumbuhan rekombinan. Pada ikan patin, pemberian pakan dengan dosis 4 mg (bobot kering) per kg pakan dapat meningkatkan biomassa sebesar 83,68%.
c. Pemberian MinaGrow pada pembesaran ikan mas juga mampu meningkatkan ukuran bobot rataan sebesar 106,96 gram/ekor (bobot biomas 246 kg) dibandingkan kontrol yang hanya sebesar 80 gram/ekor (bobot biomas 184 kg). Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap jumlah total produksi pada pembesaran ikan mas serta percepatan masa pemeliharaannya.
d. Aplikasi penambahan MinaGrow dan probiotik merupakan alternatif teknologi yang mudah dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan.
4.2 Keunggulan Teknologi MinaGrow Penerapan MinaGrow telah memberikan hasil yang menjanjikan dalam peningkatan produksi ikan.
Pemberian MinaGrow pada ikan gurame melalui pakan mampu meningkatkan bobot 42,3% lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak diberi, begitu juga dengan biomassa yang mengalami peningkatan sebesar 50,23% (Hardiantho dkk., 2012). Pemberian MinaGrow melalui cara perendaman dan pemberian pakan pada ikan sidat, mampu meningkatkan pertumbuhan mencapai 100% lebih tinggi daripada yang tidak diberi protein hormon pertumbuhan rekombinan (Handoyo, 2012). Pada ikan patin, pemberian MinaGrow melalui pakan dengan dosis 4 mg (bobot kering) per kg pakan dapat meningkatkan biomassa sebesar 83,68% (belum dipublikasikan).
Berbagai upaya lain untuk meningkatkan pertumbuhan ikan sudah dilakukan namun, terhalang dengan waktu yang relatif lama untuk mendapatkan perbaikan kualitas secara signifikan seperti seleksi, hibridisasi, triploidisasi, dan transgenesis. Seleksi membutuhkan waktu 10 tahun untuk menghasilkan 12 generasi dengan kecepatan tumbuh 12,4% per generasi pada ikan nila (Bolivar et al. 2002). Transgenesis menghasilkan laju pertumbuhan 30 kali lebih cepat (Nam et al. 2001) namun membutuhkan peralatan yang canggih dan tenaga kerja yang terampil. Sehingga, aplikasi penambahan hormon pertumbuhan rekombinan (MinaGrow) dan probiotik merupakan alternatif teknologi yang mudah dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan.
4.3 Mudah diterapkan dalam sistem usaha Aplikasi MinaGrow mudah diterapkan karena sudah tersedia dalam bentuk siap didistribusikan. MinaGrow dikemas dalam bentuk serbuk sehingga dapat bertahan cukup lama.
4.4 Ramah lingkungan MinaGrow merupakan teknologi ramah lingkungan. MinaGrow tidak meninggalkan residu bakteri pada lingkungan dan bebas dari kontaminasi bakteri yang merugikan. Namun demikian, penggunaan hormon dalam kegiatan budidaya harus didaftarkan dan memperoleh kelayakannya dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk keamanan pangan dan komisi hayati produk rekayasa genetik di Kementrian Lingkungan Hidup (KLH) untuk keamanan lingkungan.
5. WAKTU DAN LOKASI
5.1 Gambaran/uraian lokasi dan waktu penelitian, pengkajian, pengembangan, penerapan dilakukan 1) Penelitian ini dilaksanakan sejak tahun 2011 di Dept. BDP, FPIK – IPB. 2) Pengembangannya dilakukan selama tahun 2012 – 2013 di BBPBAT Sukabumi. 3) Aplikasinya selama tahun 2014 di BBPBAT Sukabumi.
5.2 Wilayah yang direkomendasikan untuk penerapan teknologi Wilayah yang direkomendasikan untuk penerapan teknologi, dapat dilakukan di wadah budidaya apa saja.
6. KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF
Masih memerlukan kajian keamanan pangan dari BPOM dan keamanan lingkungan dari komisi hayati produk rekayasa genetik KLH.
7. KELAYAKAN FINANSIAL DAN ANALISA USAHA
Analisa usaha dibuat untuk pembesaran ikan nila disajikan pada Tabel 1.
8. TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI
Bahan – bahan yang digunakan untuk aplikasi MinaGrow merupakan bahan yang dapat diperoleh di dalam negeri. 







sumber : http://mediapenyuluhanperikananberinovasi.blogspot.com/search?updated-max=2018-07-12T23:42:00-07:00&max-results=10&reverse-paginate=true

Test Kit Antilin Untuk Uji Residu Formalin pada Produk Perikanan

DESKRIPSI TEKNOLOGI
 
 
Test Kit Uji Residu Formalin adalah seperangkat alat untuk pengujian cepat kandungan formalin pada bahan uji makanan atau minuman, termasuk produk perikanan. Formalin merupakan salah satu bahan berbahaya yang sering disalahgunakan sebagai pengawet makanan, seperti mie, tahu, ikan dan bakso. Residu formalin pada produk pangan sulit dideteksi secara inderawi (visual).
Test Kit Uji Residu Formalin ini berupa alat penguji (test kit) kualitatif yang praktis menggunakan larutan campuran pararosanilin dengan sulfit jenuh pada suasana asam. Alat penguji ini sama sensitifnya dengan reagen penguji komersial dan dapat mendeteksi adanya formalin pada makanan dalam bentuk padat atau cair dengan batas deteksi minimal 2 ppm.
Perakitan teknologi dimulai dengan penelitian awal untuk mencari teknologi analisis yang paling tepat dan paling mudah diaplikasikan di masyarakat untuk keperluan pengujian cepat kandungan formalin pada sampel ikan. Dari penelitian terdahulu dapat disimpulkan bahwa metode Schiff yang dapat digunakan sebagai metode dasar tes kit uji residu formalin. Untuk dikemas menjadi sebuah test kit, larutan HCl yang digunakan dimodifikasi dengan menggunakan larutan HCl 25% (v/v) tidak menggunakan larutan HCl pro analisis (pekat) karena mempertimbangkan faktor keselamatan pada penggunaannya nanti.
Pada tahap berikutnya dilakukan uji lapang penggunaan test kit dan uji kestabilan atau umur simpan produk Test Kit Uji Residu Formalin yang dibuat. Hasil pengujian menunjukkan bahwa Reagent Schiff yang digunakan mampu bertahan selama 8 bulan. Pada tahun 2008 dilakukan juga penelitian monitoring penggunaan formalin pada produk perikanan dengan menggunakan Test Kit Uji Residu Formalin (Antilin ) sebagai alat ujinya. TM Penelitian ini sudah dilakukan secara berkala dan konsinten tiap tahun sejak tahun 2005 sampai tahun 2010. Pada tahun 2007 invensi diusulkan ke Ditjen HaKI untuk mendapatkan paten dan pada tahun 2011 telah diterbitkan surat paten Test Kit Residu Formalin Pada Makanan dengan nomor paten ID S00001087.
Test Kit Uji Residu Formalin (AntilinTM) telah digunakan secara komersial bekerjasama dengan Koperasi Artha Mina dan telah digunakan oleh beberapa instansi pemerintah (beberapa dinas perikanan, seperti Dinas Perikanan Pekalongan, Dinas Perikanan Bangka Belitung, Dinas Perikanan Aceh, Dinas Perikanan Cirebon, dll) untuk pengawasan penyalahgunaan formalin sejak tahun 2007. Pada tahun 2007 Test Kit Uji Residu Formalin (Antilin ) juga dipesan oleh Ditjen TM P2HP sebanyak 500 pak untuk dibagikan ke dinas-dinas perikanan daerah untuk pengawasan mutu produk perikanan.
Dengan Test Kit Uji Residu Formalin (Antilin ) maka biaya analisis formalin dapat ditekan karena TM biaya analisis pengujian formalin kualitatif di laboratorium uji berkisar antara Rp. 20.000 – Rp. 50.000 per sampel, sedangkan dengan menggunakan test kit ini biaya pengujian formalin hanya Rp. 4.000 per sampel. Test Kit ini juga lebih murah dari produk serupa (25-50%) karena harga test kit serupa (test kit formalin dari luar negeri) adalah Rp. 1.200.000 untuk 100 kali pengujian.
PENGERTIAN
Test Kit Uji Residu Formalin (Antilin ) TM Suatu alat penguji cepat dalam kemasan yang berisi 2 botol larutan penguji, yaitu Larutan A dan Larutan B, 2 botol kaca kosong untuk pengujian sampel, dan satu syringe untuk mengambil larutan sampel.
Reagen
Cairan larutan kimia yang disediakan dalam satu kemasan tertentu pada Test Kit Uji Residu Formalin (AntilinTM).
ppm
Satuan konsentrasi yang menunjukkan jumlah 1 bagian ukuran bahan tersebut per 1.000.000 bagian ukuran bahan uji.
Formalin
Cairan beracun dan berbahaya yang merupakan campuran formaldehid (HCHO) yang terlarut dalam air dengan konsentrasi 37-40%. Bahan ini biasanya digunakan sebagai antiseptic, germisida, dan pengawet. Formalin diketahui sering digunakan dan efektif dalam pengobatan penyakit akibat ektoparasit seperti fluke dan kulit berlendir.
RINCIAN DAN APLIKASI TEKNIS Persyaratan teknis
Test kit sebaiknya disimpan pada suhu rendah (5o-10oC) agar masa aktifnya dapat lebih lama.
Pada suhu tersebut test kit dapat digunakan sampai masa penyimpanan 3 bulan.
Rincian pengujian residu formalin menggunaan Test Kit
1. Ikan yang akan diuji (sampel) terlebih dahulu diiris kecil-kecil (dicacah) atau diblender (dihaluskan),
2. Sekitar ±10 gram (satu sendok makan) sampel diambil lalu ditambah dengan airpanas ± 20 ml (4 sendok makan) dan diaduk selama 1 menit,
3. Setelah campuran mengendap, diambil 10 ml cairan menggunakan syringe yangdisediakan dan dimasukkan ke dalam botol kaca kosong yang telah tersedia dalam kemasan tes kit uji.
4. Larutan sampel dalam botol tersebut selanjutnya ditambahkan 4 tetes Larutan A dan 4 tetes Larutan B. Selanjutnya dilakukan pengocokan dan dibiarkan hingga sekitar 10 menit dan kemudian diamati perubahan warna yang terjadi. Air suling (akuades) dapat digunakan sebagai kontrol negatif dengan meneteskan larutan A dan B dengan cara yang sama.
5. Terbentuknya warna ungu pada botol berisi sampel yang bersamaan dengan tidakterbentuknya warna serupa pada botol berisi air suling menunjukkan bahwa ikan (produk perikanan) yang diuji positif mengandung formalin. Keterangan: Untuk pengujian produk berbentuk cairan, tidak perlu dilakukan preparasi sampel, langsung ditambahkan Larutan A dan B masing-masing sebanyak 4 tetes dan dikocok sampai homogen kemudian diamati perubahan warnanya.
KEUNGGULAN TEKNOLOGI
 Dalam hal kepraktisan dan efektivitas, inovasi ini sama dengan yang tersedia di pasaran, tapi harganya lebih murah.
 Test Kit Uji Residu Formalin sangat dibutuhkan karena kasus malpraktek pengawetan makanan, terutama ikan semakin marak, sementara deteksi visual tidak mungkin dilakukan.
 Test Kit sangat memudahkan pengawas dalam membuktikan adanya malpraktek, bila digunakan bagi pengawasan rutin di pusat-pusat produksi makanan, dapat menghentikan penyalahgunaan formalin pada makanan.
 Di bidang perikanan, test kit ini dapat digunakan di TPI sebagai gerbang pendaratan ikan sehingga ada jaminan keamanan atas ikan yang didaratkan.
 Test Kit ini dapat digunakan tidak terbatas pada ikan, tapi untuk semua jenis makanan padat maupun cair.
 Test Kit ini akan sangat membantu para retailer (misal: super market atau pasar) untuk memastikan bahwa produk yang dikirim suplier terbukti aman.
 Test Kit cocok digunakan untuk ini karena praktis, mudah digunakan, hasilnya cepat didapat, batas deteksi minimal rendah, dan sangat murah sehingga biaya pengujian tidak akan membebani harga produk yang dijual.
 Telah diproduksi dan dijual secara komersial bekerjasama dengan Koperasi Artha Mina dan telah digunakan oleh beberapa instansi pemerintah (beberapa dinas perikanan) untuk pengawasan penyalahgunaan formalin sejak Tahun 2007.
LOKASI REKOMENDASI
Antilin mudah dan praktis digunakan bahkan oleh orang yang tidak memiliki kemampuan analisis TM laboratorium sehingga mudah digunakan oleh siapa saja di lapangan. Sebagai salah satu alat (tool) untuk mengawasi terjadinya penyimpangan penggunaan bahan berbahaya formalin pada produk perikanan, Antilin dapat digunakan oleh para praktisi pengawas mutu produk perikanan TM atau para penyuluh serta masyarakat pengolahan produk perikanan dalam membantu membrantas praktek keliru penyalah-gunaan formalin pada produk perikanan. Tempat-tempat yang penting dimonitor menggunakan test kit ini adalah daerah yang mengalami kelangkaan es sebagai pengawet ikan, di pintu-pintu pemasukan ikan seperti TPI atau Pasar Ikan, atau di tokotoko pengecer ikan.
KEMUNGKINAN DAMPAK NEGATIF
Dampak negatif tidak ada karena pengujian tidak merusak produk yang diuji, dan test kit tidak membahayakan penguji. Karena Larutan B secara terpisah akan memberikan pewarnaan pink pada kulit (walaupun tidak membahayakan) maka disarankan menggunakan sarung tangan pada saat pengujian atau membasuh tangan yang terkena tetesan tersebut dengan detergen setelah proses pengujian.
KELAYAKAN FINANSIAL
Biaya pengujian kualitatif formalin pada laboratorium uji berkisar Rp. 20.000,00 – Rp. 50.000,00 per sampel dan cukup besar jika bahan yang akan diuji jumlahnya banyak. Dengan menggunakan Tes Kit Uji Residu Formalin (Antilin TM) dengan harga Rp. 200.000,00 untuk 50 sampel maka biaya analisis formalin yang diperlukan hanya Rp. 4.000,00 per sampel Dari sisi harga, Test Kit Uji Residu Formalin (AntilinTM) juga lebih murah dari produk serupa (25-50%) kartena dari informasi harga test kit serupa (test kit formalin dari luar negeri) harga produk tersebut sekitar Rp.1.200.000,00 untuk 100 kali pengujian.
TINGKAT KOMPONEN DALAM NEGERI
Sekitar 80% bahan yang digunakan untuk pembuatan Tes Kit Uji Residu Formalin (AntilinTM) dapat diproduksi di Indonesia sehingga 80% produk ini dapat menggunakan komponen dalam negeri.
Spesifikasi
Tes kit uji residu formalin ini untuk mendeteksi adanya residu formalin pada makanan berbentuk padat atau cairan. Set set test kit terdiri dari; Reagen A dengan botol volume 10-15 ml yang berisi campuran larutan pewarna pararosanilin pada konsentrasi 0,05-0,2% dengan larutan natrium metabisulfit 0,5-5%, Reagen B dengan botol volume 10-15 ml yang berisi larutan Hydrochloric Acid 25% (w/v), dan dilengkapi dengan dua botol kosong dengan ukuran 10-30 ml sebagai botol reaksi masing-masing untuk sampel dan untuk blanko serta satu syringe volume 5-10 ml untuk mengambil sampel dalam jumlah tertentu Tes kit ini dapat digunakan untuk 50 kali pengujian sampel

TEKNIK PEMASARAN PRODUK PERIKANAN

 
Kegiatan pemasaran (marketing) sangatlah penting bagi semua kegiatan yang sifatnya menghasilkan barang atau jasa. Dalam proses produksi hasil perikanan, bila tidak ada  kegiatan pemasaran maka semua produk perikanan yang dihasilkan tersebut adalah merupakan seonggok barang yang tidak bermanfaat.
Pemasaran adalah proses manajerial yang dilakukan oleh individu ataupun kelompok dalam memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka, dengan cara membuat dan mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Jadi, tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan individu maupun organisasi.
Aktivitas pemasaran bermula dari pengamatan kebutuhankonsumen.Kegiatan pemasaran diawali dari kebutuhan atau keinginan konsumen.Berdasarkan kebutuhan atau keinginan konsumen, barulah dibuat produk.Sedangkan kegiatan penjualan, diawali dengan membuat produk, dan dengan gencar berusaha bagaimana produk tersebut laku dijual.Dalam kegiatan pemasaran dituntut kreatifitas lebih dominan daripada promosi.Sedangkan pada kegiatan penjualan, promosi lebih dominan. Kalau kita menerapkan kegiatan pemasaran maka kepuasan konsumen akan menjadi harapan atau tujuannya. Sebaliknya penjualan, tidak memperhatikan kepuasan konsumen yang penting barang terjual habis.
Dalam hal pemasaran produk hasil perikanan, seorang pemasar pertama kali harus memusatkan perhatiannya pada pelanggan/pasar untuk mencari tahu kebutuhan dan keinginan mereka.Jadi, dalam hal ini kebutuhan dan keinginan pelanggan/pasar menempati titik sentral.Kondisi pelanggan/pasar sangatlah beragam, itu berarti keinginan pelanggan.pasar pun beragam.Dengan demikian, yang pertama kali harus dilakukan adalah menentukan pelanggan/pasar sasaran (target customers).Untuk produk perikanan dan kelautan, target customers ini misalnya untuk anak-anak, orang dewasa, balita, masyarakat kelas sosial bawah, menengah, atas, dan sebagainya.
Anak-anak saat ini suka jajan ”tempura ikan”, maka perusahaan membuatlah tempura ikan yang bergizi dan aman di konsumsi anak-anak. Artinya tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya di konsumsi anak-anak dan manusia pada umumnya.Kedua, perusahaan harus memancing agar pasar sasaran memberikan respons yang diinginkan oleh perusahaan.Jadi, bagaimana caranya supaya pelanggan merasa bahwa produk yang kita buat atau pasarkan adalah yang cocok bagi mereka.
Apa saja respon yang diinginkan perusahaan? Respons tersebut adalah pasar sasaran mengenal, menyukai, menjadikan produk sebagai pilihan, membeli produk dan menjadi pelangganyang loyal terhadap produk.Untuk memperoleh respon tersebut perusahaan harus menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, menetapkan harga yang sesuai (tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah) bagi pasar sasaran, menyediakan produk pada tempat-tempat yang biasanya didatangi pasar sasaran dan melalukan promosi yang format dan metodenya mengena dengan pasar sasaran.
Alat yang bisa dikontrol oleh perusahaan dan diarahkan untuk memperoleh respons yang diinginkan dari pasar sasaran yang meliputi produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion) yang disebut 4 P yang dikenal dengan bauran pemasaran (marketing mix).
Produk (Product)
Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan oleh individu rumah tangga maupun organisasi ke dalam pasar untuk diperhatikan, digunakan, dibeli maupun dimiliki. Beberapa hal yang harus diperhatikan terkait dengan sebuah produk hasil perikanan adalah:
·      Varian produk.
Apakah variasi produk hasil perikanan yang dipasarkan hanya satu jenis saja atau diupayakan beberapa jenis olahan yang dapat diterima semua, baik anak-anak, ibu-ibu dan bapak-bapak.
·      Kualitas Produk.
Bagaimana kualitas sebuah produk hasil perikanan, apakah berkualitas tinggi, sedang atau rendah.Sebaiknya kualitas kualitas sebuah produk hasil perikanan tidak hanya dilihat dari segi penampilan fisik produk tetapi juga harus diperhatikan dari sisi keamanan pangan.Bahan-bahan untuk mengolah termasuk produk yang aman untuk dikonsumsi.
·      Desain Produk.
Bagaimana desain dari sebuah produk hasil perikanan.Apa mereknya?Fiturapa yang perlu ditampilkan pada produk? Kemasan bagaimana?Ukurannya bagaimana?
Harga (Price)
Harga adalah sejumlah nilai yang dipertukarkan untuk memperoleh suatu produk.Untuk menetapkan sembarang harga adalah mudah.Namun untuk menentukan harga yang tepat adalah sulit.Harga yang tepat, yaitu harga yang dinilai tidak terlalu mahal di mata konsumen, masih memberikan keuntungan bagi perusahaan dan tidak menjadi kelemahan perusahaan di mata pesaing. Sehubungan dengan harga, banyak hal yang harus dipikirkan oleh pihak produsen/perusahaan, diantaranya:
·      Berapa tingkat harga yang ditetapkan?
·      Seberapa bebas perantara dalam menetapkan harga, karena umumnya perantaralah (bukan produsen) yang berhubungan dengan konsumen akhir.
·      Berapa harga minimum dan maksimum yang bisa diterapkan oleh perantara (allowances)? Berapa lama jangka waktu pembayaran?
·      Bagaimana persyaratan-persyaratan untuk pembelian secara kredit?
Tempat (Place)
Tempat adalah lokasi dimana konsumen biasanya membeli sebuah produk. Misalnya tempat menjual lele penyet di warung, tempura lele di sekolah-sekolah, sosis, nuget lele di mini market, super market, steak lele dan lele asam manis di restoran, dan seterusnya.Tempat yang dimaksud dalam bauran pemasaran adalah menyediakan produk kepada konsumen pada tempat yang tepat, kualitas yang tepat dan jumlah yang tepat. Hal-hal yang perlu direncanakan berkaitan dengan tempat adalah :
·      Saluran pemasaran
·      Cakupan pasar
·      Keanekaragaman produk (assortment)
·      Lokasi
·      Manajemen persediaan
·      Transportasi dan logistik.
 Promosi (Promotion)
Promosi adalah kegiatan-kegiatan untuk mengkomunikasikan kelebihan-kelebihan produk dan membujuk konsumen untuk membelinya.Respons yang diharapkan dari pasar sasaran juga dipengaruhi oleh kegiatan promosi. Hal-hal yang perlu direncanakan berkaitan dengan tempat adalah:
·      Apa sasaran yang ingin dicapai melalui promosi?
·      Berapa anggaran yang diperlukan?
·      Apa pesan yang ingin disampaikan?
·      Apa metode promosi yang digunakan, apakah iklan, personal selling, hubungan masyarakat, promosi penjualan ataukah pemasaran langsung?
SUMBER:
Anonim, 1989. Petunjuk Praktis Penanganan dan Transportasi Ikan Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan,  Jakarta.
Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Penanganan Tuna Loin Segar. Balai Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan, Jakarta.
Anonim, 1992. Petunjuk Teknis Transportasi Ikan Hidup Dengan Cara Dipingsankan. Bimbingan dan Pengujian Mutu Hasil Perikanan. Direktorat Jenderal Perikanan, Jakarta
Anonim, 2007. Juknis Penerapan Sistem Rantai Dingin dan Sanitasi Higiene di Unit Pengolahan Ikan. Direktorat Pengolahan Hasil. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Undang-Undang RI No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
Keputusan Menteri KP No 10 Tahun 2004 tentang Pelabuhan Perikanan
Keputusan MenterI KP No 52A Tahun 2013 tentang Persyaratan Jaminan Mutu dan Kemanana Hasil Perikanan Pada Proses Produksi, Pengolahan dan Distribusi.

BUDIDAYA IKAN SEPAT SIAM

Ikan sepat merupakan ikan asli negara Thailand.  Di habitat aslinya, ikan ini hidup di rawa - rawa yang banyak ditumbuhi tanaman airnya, karena ikan ini butuh substrat sebagai tempat melatakkan busa untuk telur - telurnya.
            Meskipun ikan ini tidak begitu populer dikalangan masyarakat luas, namun ikan ini cukup dikenal di Indonesia. Meskipun ikan ini adalah ikan untuk konsumsi, tapi pada ukuran kecil ikan ini bisa dijadikan sebagai ikan hias, karena bentuk tubuh dan warnanya sangat menarik. Ikan sepat siam merupakan ikan asli  negara Thailand, dan hidup di rawa-rawa. Ikan ini di datangkan ke Indonesia pada tahun 1934 dari semenanjung Malaka.
Sistematika
Ordo                      : Labyrinthici
Sub Ordo               : Anabantoidae
Famili                    : Anabantidae
Genus                    : Trichogaster
Species                  : Trichogaster pectoralis
Ciri-ciri
Badan memanjang, pipih kesamping (compressed), tinggi badan 2,2 sampai 3 kali panjang standar.  Sirip punggung mempunyai 7 buah duri dan 10-11 jari-jari sirip lemah, sirip dada lebih panjang daripada kepala, mulut sangat kecil dan dapat disembulkan.
            Jari-jari sirip perut yang pertama mengalami modifikasi menjadi filamen yang panjang mencapai sirip ekor. Linealateralis (1.1.) terdiri dari 42-47 sisik.  Pada daerah punggung badan hijau kegelapan sedangkan pada bagian badan sebelah sampaing sisik lebih terang.  Pada kepala dan badan terdapat garis-garis yang melintang dan dari mata sampai ke ekor terdapat garis memanjang yang terputus.  Pada sirip dubur terdapat 2-3 garis hitam yang memanjang (longitudinal). Panjang ikan maksimum yang dapat dicapai  ± 250 mm. Rumus jari-jari sirip sebagai berikut : D.VII. 10-11;  A. IX-XII.  33-38;  L.1.  55-63.
Sifat-Sifat
            Sepat siam merupakan ikan sungai dan rawa yang cocok sekali di pelihara di kolam-kolam.  Jenis ikan ini dapat hidup pada perairan yang pH-nya berkisar antara 4 - 9.  Jenis ikan ini mudah dibiakkan di sawah dan kolam.  Kematangan kelamin mulai terjadi pada  umur 7 bulan.  Pembiakan terjadi dengan terlebih dahulu ikan tersebut membuat sarang berupa gelembung-gelembung  (busa) yang bergaris tengah ± 5 cm.  Telur yang dihasilkan akan terapung berada pada sarang tersebut.  Seekor induk yang bertelor dapat menghasilkan 7000-8000 butir telor, sedangkan larva yang hidup biasanya tidak lebih dari 4000 ekor.
            Telur berwarna kuning  atau putih kekuning-kuningan, mengandung globul minyak sehingga mempunyai sifat mengapung, dan embrio menetas setelah 36-48 jam dari pembuahan.  Kantong kuning telur diserap dalam waktu 3-7 hari.  Pemijahan dikolam terjadi sepanjang tahun.  Lava dan benih memakan plankton.  Ikan-ikan dewasa memakan phytoplankton seperti Bacillariphyceae, Cyanophyceae, plagellata, Zooplankaton sepertiCilliata, Rotifera, Cladocera, Copepoda, Cholorophyceaedan tumbuh-tumbuhan tinggi yang membusuk.
Pertumbuhan di kolam dan di sawah mencapai 7-9 cm dalam waktu 3 bulan, 10-12 cm dalam waktu 6 bulan dan 16-18 cm dalam waktu 12 bulan.  Berat ikan yang besar antara 130-160 gram.  Pemeliharaan yang baik adalah di daerah-daerah ketinggian sampai 800 meter dpl.
Penyebaran
            Tempat asal ikan sepat siam adalah Thailand. Indonesian mendatangkan ikan ini pada tahun 1934 dari semenanjung Malaka. Kemudian jenis ikan ini karena habitat asalnya adalah rawa-rawa, ditebarkan pula didaerah rawa-rawa diperairan Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.
            Di Sumatera Selatan ikan ini berbiak dengan cepatnya dan kini jenis ikan ini merupakan ikan penting yang mendominasi daerah rawa.  Hasil penangkapan suatu perairan umum di sumatera selatan, 60% adalah sepat siam.  Jenis ikan ini ditangkap dengan macam-macam alat seperti pangilar (sejenis perangkap) dibuat dari kawat atau rotan, pukat (gill net) dan empang - lulung terbuat dari bambu  dengan rotan sebagai pengikatnya.  Demikian pula halnya di perairan Kalimantan, jenis ikan ini mempunyai peranan penting.  Jenis ikan ini telah dibawa pula ke Bali, Lombok, Flores dan Ambon. Pada umumnya jenis ikan ini diolah sebagai ikan asin yang diekspor ke Jawa.
            Pemeliharaan ikan sepat siam di kolam-kolam di Jawa kurang popular, meskipun di daerah daratan rendah banyak pula yang memelihara. 
Pemeliharaan
            Pemeliharaan ikan sepat siam dilakukan di kolam atau di sawah, terutama di daerah-daerah dataran rendah atau di rawa-rawa yang pH-nya sedikit asam atau di kolam-kolam tergenang tanpa adanya aliran air sehingga zat asam minimal. Ikan sepat siam adalah ikan yang mempunyai alat labyrinth sehingga kekurangan zat asam tidak merupakan masalah besar.
            Di Kalimantan Selatan pemeliharaan sepat siam dilakukan dalam beje-beje yang dibuat di sawah atau di rawa berupa saluran-saluran berukuran lebar ± 2 m dan tinggi       1 - 1,5 m sedangkan panjangnya tidak tertentu.  Saluran ini pada musim hujan tergenang air bila air hujan turun pada musim kemarau maka ikan akan berkumpul dan dapat dilakukan penangkapan dengan  mudah. 
            Pemeliharaan ikan sepat siam di sawah biasanya dikombinasikan dengan ikan jenis lain atau poli kultur.  Pada pemeliharaan di sawah sebaiknya saluran pinggir atau saluran tengah diperdalam, agar plankton yang dihasilkan cukup tersedia.
Perkembangbiakan
            Untuk membiakan jenis ikan ini tidak diperlukan perlakuan khusus seperti pada halnya ikan-ikan mas, tawes atau gurame.  Ikan sepat dapat berbiak di kolam pemeliharaan dengan sendirinya.  Tumbuh-tumbuhan air seperti Hydrilla persicillata dan air yang cukup zat asam diperlukan.
            Kolam pemijahan hendaknya agak dalam yaitu sekitar 70 - 100 cm, dan pada waktu pemijahan terjadi kolam hendaknya berair diam sehingga pemasukan air cukup untuk mengganti air yang hilang karena penguapan atau merembes. Tumbuh-tumbuhan air yang mengapung baik sekali disediakan untuk menutup sebagian kecil permukaan saja.  Pada waktu pemijahan maka ikan jantan akan membuat sarang terlebih dahulu.  
            Pembuatan sarang dilakukan selama 1 - 2 hari.  Gelembung - gelembung udara (buih) yang membentuk sarang tersebut bergaris tengah 1,5 - 3 mm.  Pada waktu pembuatan sarang tersebut ikan - ikan lain tidak diperkenankan mendekat.  Jika ada ikan yang mendekat maka akan dikejarnya sehingga keluar dari daerah territorial tempat  sarang  dibuat.   Sarang  biasa dibuat dari bagian tepi
atau di sudut - sudut.  Setelah sarang siap maka ikan jantan memikat betina dan pemijahan terjadi di bawah sarang.
            Telur yang telah dibuahi tadi mengapung sampai mencapai sarang tersebut.  Telur menetas setelah 2 - 3 hari.  Telur kemudian dijaga oleh jantan, terutama dari gangguan-gangguan lain yang mendekat.
            Untuk mengembangbiakkan ikan sepat siam ini sebaiknya kolam dipersiapkan dengan pengeringan, pemupukan dan sebagainya, agar hama benih dapat hilang dan benih cukup mendapat makanan terutama makanan alami (Zooplankton).
DAFTAR PUSTAKA
Azis D.A. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Sepat Siam Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Daelami, Deden A.S. 2002. “Agar Ikan Sehat” Jakarta: Penebar Swadaya.
Dalimartha, S. 2004. “Atlas Tumbuhan Obat Indonesia”, Anggota IKAPI, Puspita Swara.

Suyanto, S. Rachmatun. 1995.  “Parasit Ikan dan Cara-cara Pemberantasannya”. Jakarta: Yayasan Sosial Tani Membangun.