IKAN
TENGADAK ATAU LEMPAM (Barbonymus
schwanenfeldii)
Tengadak, kapiat,
atau lempam (Barbonymus schwanenfeldii) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae (kerabat ikan mas). Ikan ini
menyebar luas di Asia Tenggara
daratan dan Indonesia bagian barat.
Nama-nama lokalnya di pelbagai daerah, di antaranya, tengadak, tengadak
merah (Klm.); kepiat, kapiat,
kapiek, kepiyek (Jambi); lempam, lampam,
lampam jawa (Mly.);
lampan (Lamp.)[2][3]. Dalam bahasa Inggris ikan ini
dikenal sebagai Tinfoil Barb.
Ikan
tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip
analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri
berbentuk berlekuk tunggal, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang
jugaberbentuk nyaris bundar. Kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola
berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal
sirip ekornya.Kurang lebih ada sekitar 43-48sisik yang menyusun gurat sisi
tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 cm. Salah satu
ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang. Karakteristik
mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan semisal lumut
dari tempatnya melekat.Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun
gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring,
premaksila, dentary, dan langit – langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki
tapis insang (gill rakers) yang membantunya menyaring partikel –partikel makanan
yang masuk bersama dengan air.
Habitat dan
Distribusi
Ikan
tambakan senang hidup di perairan rawa (black fish) yang banyaktumbuhan air.
Ikan ini dapat hidup pada perairan asam (pH 5,5-6,5)dan kadar oksigen yang relative
rendah (3-5 mg/L). Pada saat musim kemarau ikan ini cendrungtinggal di cekungan
tanah pada perairan rawa (lebung) atau danau yang masih berisi air, sedangkan
pada saat musim penghujan air tinggi menyebar di rawa yang lebih luas. Saat
memijah (sebutan masyarakat Sumatra selatan “ngempas”) menuju tepi sungai yang
landai sehingga mudah ditangkap. Penyebaran ikan ini di daerah sungaimusi
sering dijumpai di perairan Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi
Banyuasin,Banyuasin, dan Musi Rawas. Penyebaran geografi di dunia meliputi
Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Thailand (Utomo Dkk 2010 ).
Kebiasaan
Makanan
Makanan
dan Kebiasaan Makanan
Makanan
merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan,
sedangkan macam makanan satu
spesies
ikan biasanya bergantung pada umur, tempat dan waktu
Kebiasaan
makanan ikan adalah jenis, kuantitas dankualitas makanan yang dimakan ikan.
Sedangkan kebiasaan cara makan adalah hal-hal yang berhubungan dengan waktu,
tempat dan cara mendapkan makanan (Effendi1979).
Nikolsky
(1963) menyatakan bahwa kebiasaan makanan pada ikan dibedakan atas empat
kategori berdasarkan persentase bagian terbesar yang terdiri dari makanan
utama, yaitu makanan yang biasanya dimakan ikan dan terdapat dalam jumlah yang
sangat besar, makanan pelengkap, yaitu makanan yang ditemukan dalam jumlah yang
lebih sedikit pada saluran pencernaan, dan makanan tambahan
yaitu
makanan yang berada pada saluran pencernaan dalam jumlah yang sangat sedikit. Menurut
Affandi dan Tang (2002) pada ikan-ikan yang berukuran yang sama,
kapasitas
lambung ikan berhubungan erat dengan kategori dan bentuk tubuh ikan. Pada ikan
herbivora, ikan tidak memiliki lambung yang sesungguhnya sehingga fungsinya
untuk menampung makanan digantikan oleh usus bagian depan. Usus bagian depan
ini termodifikasi menjadi kantung yang membesar (menggelembung)dan selanjutnya
disebut “lambung palsu”. Ikan mas merupakan salah satu ikan yang
memiliki
lambung palsu. Menurut Priantoet al(2006) kebiasaan makanan Ikan
Biawan(H.temminckii) di Danau Sababila DAS Barito Kalimantan Tengah cenderung
bersifat herbivora
dengan
makanan utamanya plankton. Hasil analisis dengan metode frekuensi kejadian
diperoleh persentase makanan yang tertinggi adalah jenis Diatom (89,47%),
Closterium (78,95 %), Ulotrix (73,68 %) dan Mougetia (63.16 %).Makanan merupakan
faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan ikan. Untuk merangsang pertumbuhan
yang optimal diperlukan jumlah dan mutu makanan dalam keadaancukup serta sesuai
dengan dengan kondisi perairan. Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan digunakan
untuk memelihara tubuh dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak (Effendie 2002)
Faktor Kondisi
Menurut
Lagler (1977) in Effendie (1979) faktor kondisi merupakan keadaan atau
kemontokkan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka berdasarkan pada datapanjang
dan berat. Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dilihat dari kapasitas fisik
untuk kelangsungan hidup dan reproduksi dan dari segi komersil berupa kualitas
dan kuantitas daging ikan untuk dikonsumsi. Effendie (1979) menyatakan
bahwa
nilai faktor kondisi suatu jenis ikan dipengaruhi oleh umur, makanan, jenis kelamin,
dan tingkat kematangan gonad (TKG)
Tercapainya kematangan gonad untuk pertama
kali akan menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan karena
sebagian dari makanan digunakan untuk perkembangan gonad. Menurut
Lumbanbatu
(1979) in Saepudin (1999) bahwa nilai faktor kondisi dapat
dipengaruhi
oleh aktifitas pemijahan atau kepadatan populasi ikan di suatu perairan. Ikan
yang tinggal dalam lingkungan dengan tingkat kepadatan populasi yang tinggi akan
memiliki nilai faktor kondisi yang relatif rendah. Faktor kondisi akan meningkat
ketika kepadatan populasi dalam lingkungan tersebut berkurang.
Reproduksi
pada ikan merupakan suatu tahapan penting dalam siklus hidupnya untuk menjamin
kelangsungan hidup suatu spesies (Effendie
2002).
Menurut Nikolsky (1963) aspek- aspek reproduksi berupa faktor kondisi, nisbah
kelamin,ukuran ikan pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad,
fekunditas, dan diameter telur penting diketahui untuk kepentingan pengelolaan
perikanan dan kelestarian spesies. Biologi reproduksi dapat memberikan gambaran
tentang aspek biologi yang terkait dengan proses reproduksi, mulai dari
diferensiasi seksual hingga dihasilkannya individu baru (Affandi dan Tang2002).
Nisbah Kelamin
Menurut
Bal dan Rao (1984), nisbah kelamin merupakan perbandingan ikan jantan dan ikan
betina dalam suatu populasi, yang mana nisbah 1:1 merupakan kondisi yang ideal.
Akan tetapi sering kali terjadi penyimpangan dari pola 1:1,
antara
lain karena adanya perbedaan pola tingkah laku bergerombol antara jantan dan
betina, perbedaan laju mortalitas, pertumbuhan, penyebaran ikan jantan dan betina
yang tidak merata , kondisi lingkungan serta faktor penangkapan.
Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Tingkat
kematangan gonad (TKG) adalah tahap
tahap
tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Penentuan tingkat
kematangan gonad antara lain dengan mengamati perkembangan gonad (Effendie1997).
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad yaitu faktor dari dalam dan
luar. Faktor dalam antara lain adalah perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat
fisiologi ikan tersebut seperti kem
ampuan
beradaptasi terhadap lingkungan. Faktor luar yang mempengaruhi adalah makanan,
suhu dan arus (Lagleret al.,1977). Menurut Effendie (2002) penentuan TKG dapat
dilakukan secara morfologi dan histologi. Penentuan secara morfologi dilihat
dari bentuk,
panjang
dan warna, serta perkembangan isi gonad. Penentuan TKG secara histologi dapat
dilihat dari anatomi perkembangan gonadnya. Dalam proses reproduksi, awalnya
ukuran gonad kecil, kemudian membesar dan mencapai maksimal pada waktu akan
memijah kemudian menurun kembali selama pemijahan berlangsung sampai selesai
(Effendie1979). Tingkat kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan
ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidakmelakukan
reproduksi(Effendie2002).
Pengetahuan
TKG
ini
juga akan didapatkan keterangan waktu ikan itu memijah, baru memijah atau sudah
selesai memijah. Dengan memperhatikan
perkembangan
histologi gonadnya, akan diketahui anatomi perkembangan gonad lebih jelas dan
mendetail (Effendie 2002).
Indek
Kematangan
Gonad (IKG)
Indek kematangan
gonad (IKG) adalah angka (dalam persen) yang
menunjukkan
perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh.
IKG
dapat menggambarkan ukuran ikan pada waktu memijah. Indeks kematangan gonad
akan semakin meningkat nilai nya dan akan mencapai batas maksimum pada waktu
akan
terjadi
pemijahan. Kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG
ikan jantan (Effendie 2002).
Fekunditas
Fekunditas
merupakan jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada
Waktu ikan
memijah (Effendie 2002). Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat di
dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas
total, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau
panj
ang.
Royce (1972) mengemukakan bahwa fekunditas total diartikan sebagai jumlah telur
yang dihasilkan oleh ikan selama hidupnya, sedangkan fekunditas relatif adalah
jumlah telur persatuan berat. Fekunditas individu adalah jumlah telur dari
generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun itupula (Nikolsky1969).
Menurut
makmuret al(2003) ikan yang umurnya relatif lebih muda yang baru pertama kali
memijah, fekunditasnya juga relarif lebih sedikit dibandingkan denganikan yang
berumur relatif lebih tua yang telah memijah beberapa kali. Selain ituadanya
fluktuasi fekunditas juga dapat disebabkan ikan-ikan yang didapat memiliki ukuran
yang tidak sama, sehingga ikan yang berukuran lebih besar juga akan
mempunyai
fekunditas yang lebih besar. Hubungan antara fekun
ditas
dengan panjang total memperlihatkan bahwa semakin panjang tubuh ikan semakin
besar pula fekunditasnya.
Spesies
ikan yang mempunyai fekunditas besar, pada umumnya memijah di daerah permukaan
sedangkan spesies yang fekunditasnya kecil biasanya melindungi telurnya dari
pemangsa atau menempelkan telurnya pada tanaman atau habitat lainnya (Nikolsky
1963).
Diameter Telur
dan Pola Pemijahan
Diameter
telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur
yang
diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Ukuran diameter telur
dipakai
untuk menentukan kualitas kuning telur (Effendie
1997).
Telur yang berukuran besar akan menghasilkan larva yang berukuran lebih besar
dari pada telur yang berukuran kecil. Perkembangan diameter telur semakin
meningkat dengan
meningkatnya
tingkat kematangan gonad. Masa pemijahan setiap spesies ikan berbeda - beda,
ada pemijahan yang berlangsung singkat (
total
spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang (
partial
spawner) ada pada ikan yang berlangsung sampai beberapa hari. Semakin meningkat
tingkat kematangan, garisengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar pula
(Effendie1979). Ovarium
yang
mengandung telur masak berukuran sama, menunjukkan waktu pemijahan yang pendek,
sebaliknya waktu pemijahan yang panjang dan terus menerus ditandai dengan
banyaknya ukuran telur yang berbeda di dalam. Lama pemijahan dapat diduga dari
frekuensi ukuran diameter telur. Ovarium
yang
mengandung telur masak berukuran sama besar menunjukkan waktu pemijahan yang
pendek sedangkan ovarium yang mengandung telur masak dengan ukuran yang
bervariasi menunjukkan waktu
pemijahan
yang panjang dan terus - menerus (Hoar 1969 in Novitriana
2004).
Menurut
Brojo dkk (2001) gonad Pada TKG IV ikan mulai memasuki masa pemijahan, sebagian
diameter telur sudah lebih
besar
dibandingkan dengan diameter telur gonad pada TKG III.
Kualitas Air
Kondisi
perairan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangbiakan suatuorganisme. Suhu
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan (Effendie 1979). Ikan
-
ikan di
perairan tropik hidup pada lingkungan yang hangat
dengan
fluktuasi suhu yang kecil sehingga ikan-ikan tersebut cenderung memiliki pertumbuhan
yang cepat dan siklus hidup yang singkat (Moyle & Cech 1988). Menurut
Samuelet al (2002), suhu perairan yang berada pada kisaran 25-29 C masih berada
dalam batas wajar dan tidak membahayakan kehidupan ikan di daerah tropik.
Cholik et al
.
(1982) in Sinaga (1995) menyatakan bahwa suhu perairan di
daerah
tropik tidak banyak bervariasi dan yang terbaik untuk mendukung kehidupan organisme
perairan berada pada kisaran 25-32 0C. Perubahan suhu lingkungan yang cepat dan
besar akan berakibat fatal bagi ikan. Enzim dalam tubuh ikan yang berfungsi
merangsang metabolisme hidup dalam batas suhu tertentu, akan berhenti beraktivitas
jika terjadi perubahan suhu yang besar dan terjadi dalam waktu singkat
(Jangkaru2002).
Semakin tinggi suhu semakin meningkatkan kecepatan
metabolisme
dan respirasi organisme akuatik yang selanjutnya meningkatkan konsumsi oksigen.
Suhu air maksimal yang dapat diikuti oleh perubahan suhu tubuh ikan adalah 40 C
(Jangkaru 2002).
Kekeruhan
dapat mempengaruhi proses fotosintesis karena bisa menghambat intensitas cahaya
matahari yang masuk ke kolom air. Selanjunya dapat mempengaruhi pandangan dan
pergerakan ikan sehingga ikan kesulitan untuk mencari makan, memijah, ataupun
beruaya (intensitas cahaya matahari berperan sebagai perangsang alami untuk
ikan dalam melakukan ruaya) yang pada akhirnya
mempengaruhi
pertumb uhan ikan itu sendiri (Effendie 1997).
Kekeruhan
yang terjadi diduga disebabkan oleh adanya pencampuran massa air oleh angin dan
arus pada saat terjadi banjir. Selain itu, banyaknya partikel lumpur yang
terbawa arus juga mempengaruhi kekeruhan perairan. Faktor-faktor kimia perairan
seperti pH, oksigen terlarut, dan alkalinitas dalam keadaan ekstrim mempunyai
pengaruh yang kuat terhadap pertumbuhan ikan, bahkan dapat
menyebabkan
kematian. Fluktuasi pH suatu perairan sangat ditentukan oleh alkalinitas di
perairan tersebut. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitasnya
(Effendie 1997).
Oksigen
dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh karena itu,
kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuan memperoleh oksigen
yang cukup dari lingkungannya. Kandungan oksigen dalam air tawar pad a suhu 25 C
yaitu 5.77 - 8.24 mg/l dan mengalami penurunan pada
suhu 30
C yaitu 5.28 - 7.54 mg/l (Fujaya 2004).
Perairan yang mengandung oksigen terlarut kurang dari 3 mg/l mulai mengganggu
kehidupan ikan (Jangkaru 2002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar