Senin, 01 Maret 2021

IKAN TENGADAK ATAU LEMPAM (Barbonymus schwanenfeldii)

 

IKAN TENGADAK ATAU LEMPAM  (Barbonymus schwanenfeldii)







Tengadak, kapiat, atau lempam (Barbonymus schwanenfeldii) adalah sejenis ikan air tawar anggota suku Cyprinidae (kerabat ikan mas). Ikan ini menyebar luas di Asia Tenggara daratan dan Indonesia bagian barat. Nama-nama lokalnya di pelbagai daerah, di antaranya, tengadak, tengadak merah (Klm.); kepiat, kapiat, kapiek, kepiyek (Jambi); lempam, lampam, lampam jawa (Mly.); lampan (Lamp.)[2][3]. Dalam bahasa Inggris ikan ini dikenal sebagai Tinfoil Barb.
Ikan tambakan memiliki tubuh berbentuk pipih vertikal. Sirip punggung dan sirip analnya memiliki bentuk dan ukuran yang hampir serupa. Sirip ekornya sendiri berbentuk berlekuk tunggal, sementara sirip dadanya yang berjumlah sepasang jugaberbentuk nyaris bundar. Kedua sisi tubuhnya terdapat gurat sisi, pola berupa garis tipis yang berawal dari pangkal celah insangnya sampai pangkal sirip ekornya.Kurang lebih ada sekitar 43-48sisik yang menyusun gurat sisi tersebut. Ikan tambakan diketahui bisa tumbuh hingga ukuran 30 cm. Salah satu ciri khas dari ikan tambakan adalah mulutnya yang memanjang. Karakteristik mulutnya yang menjulur ke depan membantunya mengambil makanan semisal lumut dari tempatnya melekat.Bibirnya diselimuti oleh semacam gigi bertanduk, namun gigi-gigi tersebut tidak ditemukan di bagian mulut lain seperti faring, premaksila, dentary, dan langit – langit mulut. Ikan tambakan juga memiliki tapis insang (gill rakers) yang membantunya menyaring partikel –partikel makanan yang masuk bersama dengan air.

Habitat dan Distribusi

Ikan tambakan senang hidup di perairan rawa (black fish) yang banyaktumbuhan air. Ikan ini dapat hidup pada perairan asam (pH 5,5-6,5)dan kadar oksigen yang relative rendah (3-5 mg/L). Pada saat musim kemarau ikan ini cendrungtinggal di cekungan tanah pada perairan rawa (lebung) atau danau yang masih berisi air, sedangkan pada saat musim penghujan air tinggi menyebar di rawa yang lebih luas. Saat memijah (sebutan masyarakat Sumatra selatan “ngempas”) menuju tepi sungai yang landai sehingga mudah ditangkap. Penyebaran ikan ini di daerah sungaimusi sering dijumpai di perairan Ogan Komering Ilir, Ogan Ilir, Musi Banyuasin,Banyuasin, dan Musi Rawas. Penyebaran geografi di dunia meliputi Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Thailand (Utomo Dkk 2010 ).

Kebiasaan Makanan

Makanan dan Kebiasaan Makanan
Makanan merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan, dan kondisi ikan, sedangkan macam makanan satu
spesies ikan biasanya bergantung pada umur, tempat dan waktu
Kebiasaan makanan ikan adalah jenis, kuantitas dankualitas makanan yang dimakan ikan. Sedangkan kebiasaan cara makan adalah hal-hal yang berhubungan dengan waktu, tempat dan cara mendapkan makanan (Effendi1979).
Nikolsky (1963) menyatakan bahwa kebiasaan makanan pada ikan dibedakan atas empat kategori berdasarkan persentase bagian terbesar yang terdiri dari makanan utama, yaitu makanan yang biasanya dimakan ikan dan terdapat dalam jumlah yang sangat besar, makanan pelengkap, yaitu makanan yang ditemukan dalam jumlah yang lebih sedikit pada saluran pencernaan, dan makanan tambahan
yaitu makanan yang berada pada saluran pencernaan dalam jumlah yang sangat sedikit. Menurut Affandi dan Tang (2002) pada ikan-ikan yang berukuran yang sama,
kapasitas lambung ikan berhubungan erat dengan kategori dan bentuk tubuh ikan. Pada ikan herbivora, ikan tidak memiliki lambung yang sesungguhnya sehingga fungsinya untuk menampung makanan digantikan oleh usus bagian depan. Usus bagian depan ini termodifikasi menjadi kantung yang membesar (menggelembung)dan selanjutnya disebut “lambung palsu”. Ikan mas merupakan salah satu ikan yang
memiliki lambung palsu. Menurut Priantoet al(2006) kebiasaan makanan Ikan Biawan(H.temminckii) di Danau Sababila DAS Barito Kalimantan Tengah cenderung bersifat herbivora
dengan makanan utamanya plankton. Hasil analisis dengan metode frekuensi kejadian diperoleh persentase makanan yang tertinggi adalah jenis Diatom (89,47%), Closterium (78,95 %), Ulotrix (73,68 %) dan Mougetia (63.16 %).Makanan merupakan faktor yang sangat penting dalam pertumbuhan ikan. Untuk merangsang pertumbuhan yang optimal diperlukan jumlah dan mutu makanan dalam keadaancukup serta sesuai dengan dengan kondisi perairan. Makanan yang dimanfaatkan oleh ikan digunakan untuk memelihara tubuh dan mengganti sel-sel tubuh yang rusak (Effendie 2002)

Faktor Kondisi

Menurut Lagler (1977) in Effendie (1979) faktor kondisi merupakan keadaan atau kemontokkan ikan yang dinyatakan dalam angka-angka berdasarkan pada datapanjang dan berat. Faktor kondisi menunjukkan keadaan ikan dilihat dari kapasitas fisik untuk kelangsungan hidup dan reproduksi dan dari segi komersil berupa kualitas dan kuantitas daging ikan untuk dikonsumsi. Effendie (1979) menyatakan
bahwa nilai faktor kondisi suatu jenis ikan dipengaruhi oleh umur, makanan, jenis kelamin, dan tingkat kematangan gonad (TKG)
Tercapainya kematangan gonad untuk pertama kali akan menyebabkan terjadinya penurunan kecepatan pertumbuhan karena sebagian dari makanan digunakan untuk perkembangan gonad. Menurut
Lumbanbatu (1979) in Saepudin (1999) bahwa nilai faktor kondisi dapat
dipengaruhi oleh aktifitas pemijahan atau kepadatan populasi ikan di suatu perairan. Ikan yang tinggal dalam lingkungan dengan tingkat kepadatan populasi yang tinggi akan memiliki nilai faktor kondisi yang relatif rendah. Faktor kondisi akan meningkat ketika kepadatan populasi dalam lingkungan tersebut berkurang.
Reproduksi pada ikan merupakan suatu tahapan penting dalam siklus hidupnya untuk menjamin kelangsungan hidup suatu spesies (Effendie
2002). Menurut Nikolsky (1963) aspek- aspek reproduksi berupa faktor kondisi, nisbah kelamin,ukuran ikan pertama kali matang gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas, dan diameter telur penting diketahui untuk kepentingan pengelolaan perikanan dan kelestarian spesies. Biologi reproduksi dapat memberikan gambaran tentang aspek biologi yang terkait dengan proses reproduksi, mulai dari diferensiasi seksual hingga dihasilkannya individu baru (Affandi dan Tang2002).

Nisbah Kelamin

Menurut Bal dan Rao (1984), nisbah kelamin merupakan perbandingan ikan jantan dan ikan betina dalam suatu populasi, yang mana nisbah 1:1 merupakan kondisi yang ideal. Akan tetapi sering kali terjadi penyimpangan dari pola 1:1,
antara lain karena adanya perbedaan pola tingkah laku bergerombol antara jantan dan betina, perbedaan laju mortalitas, pertumbuhan, penyebaran ikan jantan dan betina yang tidak merata , kondisi lingkungan serta faktor penangkapan.


 Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap

tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Penentuan tingkat kematangan gonad antara lain dengan mengamati perkembangan gonad (Effendie1997). Faktor-faktor
yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad yaitu faktor dari dalam dan luar. Faktor dalam antara lain adalah perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat fisiologi ikan tersebut seperti kem
ampuan beradaptasi terhadap lingkungan. Faktor luar yang mempengaruhi adalah makanan, suhu dan arus (Lagleret al.,1977). Menurut Effendie (2002) penentuan TKG dapat dilakukan secara morfologi dan histologi. Penentuan secara morfologi dilihat dari bentuk,
panjang dan warna, serta perkembangan isi gonad. Penentuan TKG secara histologi dapat dilihat dari anatomi perkembangan gonadnya. Dalam proses reproduksi, awalnya ukuran gonad kecil, kemudian membesar dan mencapai maksimal pada waktu akan memijah kemudian menurun kembali selama pemijahan berlangsung sampai selesai (Effendie1979). Tingkat kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidakmelakukan reproduksi(Effendie2002).

Pengetahuan TKG
ini juga akan didapatkan keterangan waktu ikan itu memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Dengan memperhatikan
perkembangan histologi gonadnya, akan diketahui anatomi perkembangan gonad lebih jelas dan mendetail (Effendie 2002).

Indek
Kematangan Gonad (IKG)
Indek kematangan gonad (IKG) adalah angka (dalam persen) yang
menunjukkan perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh.
IKG dapat menggambarkan ukuran ikan pada waktu memijah. Indeks kematangan gonad akan semakin meningkat nilai nya dan akan mencapai batas maksimum pada waktu akan
terjadi pemijahan. Kisaran IKG ikan betina lebih besar dibandingkan dengan kisaran IKG ikan jantan (Effendie 2002).

Fekunditas

Fekunditas merupakan jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada
Waktu ikan memijah (Effendie 2002). Menurut Nikolsky (1963) jumlah telur yang terdapat di dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas individu, fekunditas mutlak atau fekunditas total, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur per satuan berat atau panj
ang. Royce (1972) mengemukakan bahwa fekunditas total diartikan sebagai jumlah telur yang dihasilkan oleh ikan selama hidupnya, sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan berat. Fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun itupula (Nikolsky1969).
Menurut makmuret al(2003) ikan yang umurnya relatif lebih muda yang baru pertama kali memijah, fekunditasnya juga relarif lebih sedikit dibandingkan denganikan yang berumur relatif lebih tua yang telah memijah beberapa kali. Selain ituadanya fluktuasi fekunditas juga dapat disebabkan ikan-ikan yang didapat memiliki ukuran yang tidak sama, sehingga ikan yang berukuran lebih besar juga akan
mempunyai fekunditas yang lebih besar. Hubungan antara fekun
ditas dengan panjang total memperlihatkan bahwa semakin panjang tubuh ikan semakin besar pula fekunditasnya.
Spesies ikan yang mempunyai fekunditas besar, pada umumnya memijah di daerah permukaan sedangkan spesies yang fekunditasnya kecil biasanya melindungi telurnya dari pemangsa atau menempelkan telurnya pada tanaman atau habitat lainnya (Nikolsky
1963).

Diameter Telur dan Pola Pemijahan

Diameter telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur
yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera. Ukuran diameter telur
dipakai untuk menentukan kualitas kuning telur (Effendie
1997). Telur yang berukuran besar akan menghasilkan larva yang berukuran lebih besar dari pada telur yang berukuran kecil. Perkembangan diameter telur semakin meningkat dengan
meningkatnya tingkat kematangan gonad. Masa pemijahan setiap spesies ikan berbeda - beda, ada pemijahan yang berlangsung singkat (
total spawner), tetapi banyak pula dalam waktu yang panjang (
partial spawner) ada pada ikan yang berlangsung sampai beberapa hari. Semakin meningkat tingkat kematangan, garisengah telur yang ada dalam ovarium semakin besar pula (Effendie1979). Ovarium
yang mengandung telur masak berukuran sama, menunjukkan waktu pemijahan yang pendek, sebaliknya waktu pemijahan yang panjang dan terus menerus ditandai dengan banyaknya ukuran telur yang berbeda di dalam. Lama pemijahan dapat diduga dari frekuensi ukuran diameter telur. Ovarium
yang mengandung telur masak berukuran sama besar menunjukkan waktu pemijahan yang pendek sedangkan ovarium yang mengandung telur masak dengan ukuran yang bervariasi menunjukkan waktu
pemijahan yang panjang dan terus - menerus (Hoar 1969 in Novitriana
2004).
Menurut Brojo dkk (2001) gonad Pada TKG IV ikan mulai memasuki masa pemijahan, sebagian diameter telur sudah lebih
besar dibandingkan dengan diameter telur gonad pada TKG III.

Kualitas Air

Kondisi perairan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangbiakan suatuorganisme. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan (Effendie 1979). Ikan -
ikan di perairan tropik hidup pada lingkungan yang hangat
dengan fluktuasi suhu yang kecil sehingga ikan-ikan tersebut cenderung memiliki pertumbuhan yang cepat dan siklus hidup yang singkat (Moyle & Cech 1988). Menurut Samuelet al (2002), suhu perairan yang berada pada kisaran 25-29 C masih berada dalam batas wajar dan tidak membahayakan kehidupan ikan di daerah tropik. Cholik et al
. (1982) in Sinaga (1995) menyatakan bahwa suhu perairan di
daerah tropik tidak banyak bervariasi dan yang terbaik untuk mendukung kehidupan organisme perairan berada pada kisaran 25-32 0C. Perubahan suhu lingkungan yang cepat dan besar akan berakibat fatal bagi ikan. Enzim dalam tubuh ikan yang berfungsi merangsang metabolisme hidup dalam batas suhu tertentu, akan berhenti beraktivitas jika terjadi perubahan suhu yang besar dan terjadi dalam waktu singkat
(Jangkaru2002). Semakin tinggi suhu semakin meningkatkan kecepatan
metabolisme dan respirasi organisme akuatik yang selanjutnya meningkatkan konsumsi oksigen. Suhu air maksimal yang dapat diikuti oleh perubahan suhu tubuh ikan adalah 40 C (Jangkaru 2002).
Kekeruhan dapat mempengaruhi proses fotosintesis karena bisa menghambat intensitas cahaya matahari yang masuk ke kolom air. Selanjunya dapat mempengaruhi pandangan dan pergerakan ikan sehingga ikan kesulitan untuk mencari makan, memijah, ataupun beruaya (intensitas cahaya matahari berperan sebagai perangsang alami untuk ikan dalam melakukan ruaya) yang pada akhirnya
mempengaruhi pertumb uhan ikan itu sendiri (Effendie 1997).
Kekeruhan yang terjadi diduga disebabkan oleh adanya pencampuran massa air oleh angin dan arus pada saat terjadi banjir. Selain itu, banyaknya partikel lumpur yang terbawa arus juga mempengaruhi kekeruhan perairan. Faktor-faktor kimia perairan seperti pH, oksigen terlarut, dan alkalinitas dalam keadaan ekstrim mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pertumbuhan ikan, bahkan dapat
menyebabkan kematian. Fluktuasi pH suatu perairan sangat ditentukan oleh alkalinitas di perairan tersebut. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi pula nilai alkalinitasnya (Effendie 1997).
Oksigen dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh karena itu, kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuan memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Kandungan oksigen dalam air tawar pad a suhu 25 C yaitu 5.77 - 8.24 mg/l dan mengalami penurunan pada
suhu 30 C yaitu  5.28 - 7.54 mg/l (Fujaya 2004). Perairan yang mengandung oksigen terlarut kurang dari 3 mg/l mulai mengganggu kehidupan ikan (Jangkaru 2002)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar