Seiring berkembangnya kebutuhan industri budidaya ikan atau udang 
yang dituntut ramah lingkungan, beragam teknologi yang dapat digunakan 
untuk meminimalisir limbah budidaya mulai bermunculan. Banyak upaya yang
 dapat dilakukan oleh pembudidaya ikan atau udang untuk meminimalisir 
limbah sisa pakan atau mengolahnya.
- Teknologi Sistem Resirkulasi
 
Sistem ini memanfaatkan proses nitrifikasi dari bakteri. Dengan 
sistem ini limbah dari sisa pakan maupun hasil metabolisme berupa 
Amoniun dikonversi menjadi komponen yang lebih dapat ditoleransi oleh 
ikan yaitu nitrat.  Selanjutnya nitrat dapat digunakan untuk bahan 
pupuk.
Sistem tersebut sudah dikembangkan untuk pembesaran ikan lele di STP 
Jakarta. Tidak hanya meminimalisir limbah namun mampu meningkatkan 
produksi lele mencapai 400 kg/m3 air atau sekitar 4 kali lipat dari 
hasil rata-rata yang biasa dicapai.
Menurut Jangkaru (2004) sistem resirkulasi adalah suatu metode 
pemeliharaan ikan dalam wadah terkontrol dalam menggunakan kembali air 
bekas setelah proses penyaringan secara fisik dan biologi. Lesmana 
(2004) menyatakan bahwa sirkulasi (perputaran) air dalam pemeliharaan 
ikan sangat berfungsi untuk membantu keseimbangan biologis dalam air, 
menjaga kestabilan suhu, mambantu distribusi oksigen serta manjaga 
akumulasi atau mengumpulkan hasil metabolit beracun sehingga kadar atau 
daya racun dapat ditekan.
Keuntungan dari sistem resirkulasi adalah efektif dalam pemanfaatan 
air dan lebih ramah lingkungan, karena kondisi air yang digunakan dapat 
terkontrol dengan baik sedangkan kelemahan dari sistem ini adalah 
mahalnya biaya yang harus dikeluarkan karena kondisi yang teratur agar 
dapat berjalan dengan baik (Lasordo, 1998). Sirkulasi (perputaran) air 
dalam pemeliharaan ikan akan memberikan beberapa keuntungan antara lain :
- membantu menjaga keseimbangan biologi air.
 - mencegah berkumpulnya ikan atau pakan pada suatu tempat.
 - membantu distribusi oksigen kesegala arah.
 - menjaga hasil metabolit mengumpul sehingga kadar atau daya racun dapat ditekan.
 - keuntungan lain menggunakan sistem resirkulasi yaitu mampu mengurangi kontiniutas penyiponan pada wadah yang tujuannya membersihkan sisa pakan dan sisa metabolisme ikan (Silitonga, 2006).
 
Menurut Spotte dalam Stickney (1993) suksesnya sistem 
resirkulasi terutama bergantung kepada efektivitas sistem dalam 
menangani atau mengolah limbah budidaya terutama berupa limbah 
metabolik. Suatu unit sistem resirkulasi yang umum biasanya terdiri atas
 beberapa bagian yaitu satu atau lebih wadah untuk pemeliharaan ikan, 
tempat untuk pengendapan, filter biologis, sistem aerasi dan setidaknya 
satu pompa air untuk mengalirkan air kedalam sistem atau wadah 
pemeliharaan.
- Teknologi Busmetik atau Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik
 
Model budidaya ini diterapkan dengan memperkecil petakan tambaknya 
dari ukuran biasanya (1/5  hingga 1/4 dari ukuran tampak pada umumnya). 
Dengan memperkecil petakan, maka pengontrolan lebih mudah dan efisiensi 
penggunaan pakan menjadi lebih maksimal.
Teknologi ini sudah diselaraskan dengan penanaman vegetasi mangrove 
yang sangat berguna untuk mendukung tambak itu sendiri. Air dari tambak 
tidak dibuang ke perairan bebas namun diarahkan ke vegetasi mangrove, 
yang kemudian dimanfaatkan untuk budidaya bandeng atau kepiting.
Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Kampus Serang berhasil membuat 
teknologi terbaru dalam budidaya udang yang dinamakan Budidaya Udang 
Skala Mini Empang Plastik (Busmetik).
Kepala Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan STP Serang, Sinung Rahardjo, menjelaskan, teknologi tersebut dinamakan Busmetik karena menggunakan plastik sebagai wadah di tambak udang. Sehingga menurutnya, modal yang dikeluarkan pun tidak terlalu besar.
Ia memaparkan, modal yang harus dikeluarkan untuk Busmetik tidak besar, hanya sekitar Rp 15 juta hingga Rp 17 juta per siklus. Karena menurutnya, membuat Busmetik tidak memerlukan lahan yang begitu besar, hanya sekitar 600 meter persegi hingga 1.000 meter persegi paling besar.
“Kalau seperti ini jadi mudah dilakukan oleh masyarakat luas, jadi bukan hanya orang-orang yang banyak uang saja yang mampu membuat tambak udang tapi masyarakat kecil juga bisa mengaplikasikannya,” paparnya saat ditemui dalam media visit di STP Serang, Jumat (27/3).
“Ini kan karena petambak di Indonesia kebanyakan the small capital, jadi modalnya terbatas sehingga tidak mungkin dia upayakan lahan yang besar karena akan besar juga modalnya. Makanya kita upayakan dengan membuat tambak-tambak yang kecil,” tambahnya.
Pemilihan udang dalam program Busmetik dilakukan karena saat ini komoditi udang sudah memiliki pasar yang bagus. Bahkan menurutnya, komoditi udang dari Indonesia sudah banyak dieskpor ke luar negeri.
“Udang ini punya permintaan yang stabil, sepanjang tahun pasti ada saja permintaannya, tidak pernah lepas dan pasarnya sudah tersedia. Apalagi untuk ekspor, apalagi dengan pertumbuhan di China dan terbukanya pasar Eropa jadi prospek yang sangat bagus,” ceritanya.
Program yang sudah dilakukan sejak tahun 2010 ini dapat menghasilkan udang setiap satu kali panen (per 110 hari)sebanyak 2,5 ton hingga 3 ton per tambak berukuran 1.000 meter persegi. Sedangkan STP Serang memiliki 4.000 meter persegi untuk tambak udang tersebut.
“Satu petak tambak per 110 hari menghasilkan 2,5 ton hingga 3 ton, jadi totalnya dikalikan empat petak tambak jadi total 12 ton per 4.000 meter persegi,” jelasnya.
Lebih lanjut Sinung mengungkapkan bahwa udang yang dihasilkan dari Busmetik mempunyai ukuran yang besar-besar. Ia mengatakan, satu kilogramnya menghasilkan 45 ekor udang di dalamnya dengan harga jual Rp 61.000 per kilogram.
“Tapi kalau pakai sistem biasa, palingan satu kali siklus kurang lebih 110 hari dapat udangnya tidak begitu besar, paling 60 ekor untuk satu kilogramnya,” paparnya.
Kepala Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan STP Serang, Sinung Rahardjo, menjelaskan, teknologi tersebut dinamakan Busmetik karena menggunakan plastik sebagai wadah di tambak udang. Sehingga menurutnya, modal yang dikeluarkan pun tidak terlalu besar.
Ia memaparkan, modal yang harus dikeluarkan untuk Busmetik tidak besar, hanya sekitar Rp 15 juta hingga Rp 17 juta per siklus. Karena menurutnya, membuat Busmetik tidak memerlukan lahan yang begitu besar, hanya sekitar 600 meter persegi hingga 1.000 meter persegi paling besar.
“Kalau seperti ini jadi mudah dilakukan oleh masyarakat luas, jadi bukan hanya orang-orang yang banyak uang saja yang mampu membuat tambak udang tapi masyarakat kecil juga bisa mengaplikasikannya,” paparnya saat ditemui dalam media visit di STP Serang, Jumat (27/3).
“Ini kan karena petambak di Indonesia kebanyakan the small capital, jadi modalnya terbatas sehingga tidak mungkin dia upayakan lahan yang besar karena akan besar juga modalnya. Makanya kita upayakan dengan membuat tambak-tambak yang kecil,” tambahnya.
Pemilihan udang dalam program Busmetik dilakukan karena saat ini komoditi udang sudah memiliki pasar yang bagus. Bahkan menurutnya, komoditi udang dari Indonesia sudah banyak dieskpor ke luar negeri.
“Udang ini punya permintaan yang stabil, sepanjang tahun pasti ada saja permintaannya, tidak pernah lepas dan pasarnya sudah tersedia. Apalagi untuk ekspor, apalagi dengan pertumbuhan di China dan terbukanya pasar Eropa jadi prospek yang sangat bagus,” ceritanya.
Program yang sudah dilakukan sejak tahun 2010 ini dapat menghasilkan udang setiap satu kali panen (per 110 hari)sebanyak 2,5 ton hingga 3 ton per tambak berukuran 1.000 meter persegi. Sedangkan STP Serang memiliki 4.000 meter persegi untuk tambak udang tersebut.
“Satu petak tambak per 110 hari menghasilkan 2,5 ton hingga 3 ton, jadi totalnya dikalikan empat petak tambak jadi total 12 ton per 4.000 meter persegi,” jelasnya.
Lebih lanjut Sinung mengungkapkan bahwa udang yang dihasilkan dari Busmetik mempunyai ukuran yang besar-besar. Ia mengatakan, satu kilogramnya menghasilkan 45 ekor udang di dalamnya dengan harga jual Rp 61.000 per kilogram.
“Tapi kalau pakai sistem biasa, palingan satu kali siklus kurang lebih 110 hari dapat udangnya tidak begitu besar, paling 60 ekor untuk satu kilogramnya,” paparnya.
- Teknologi Probiotik
 
Teknologi ini  diyakini mampu membantu meminimalisir limbah (terutama pada budidaya udang). Bakteri dari genus Bacillus,
 banyak membantu dalam proses perbaikan mutu air tambak karena mampu 
menkonversi bahan organik menjadi komponen terurai lainnya yang lebih 
ramah.
Probiotik ini merupakan salah satu upaya budidaya yang berkelanjutan 
dan ramah lingkungan karena probiotik bertugas mengurai  H2S, amoniak, 
nitrit, dan nitrat yang terdapat pada limbah.
Ada dua cara penggunaan probiotik yang bisa dimanfaatkan petani Lele 
untuk mendongkrak hasil kolamnya. Pertama, probiotik untuk menggemburkan
 dasar kolam sekaligus memelihara kualitas air. Probiotik ini cukup 
diguyurkan ke air kolam pada pagi hari setiap dua minggu sekali supaya 
air selalu sehat, tidak blooming dan penuh dengan plankton sebagai pakan
 alami.
Yang kedua, probiotik untuk memacu pertumbuhan ikan sendiri sekaligus
 membentengi dari kemungkinan terkena penyakit atau stres. Probiotik itu
 harus dicampurkan ke pakan, pakan pelet ataupun daun-daunan .
Rangsang Nafsu Makan
Pakar dari Jurusan Perikanan UGM Ir Gandung Hardaningsih menguraikan,
 dari berbagai riset, probiotik memang terbukti bagus untuk pemeliharaan
 air kolam dan pemacu pertumbuhan ikan.
Karena ada introduksi mikroba positif maka kolam menjadi lebih sehat 
dan ikan juga lebih kuat terhadap stres dan penyakit. Yang pasti, 
pertumbuhan ikan bisa sangat pesat karena probiotik juga merangsang 
nafsu makan.
’’Saya kira probiotik akan menjadi andalan para petani ikan di masa 
depan karena manfaatnya sangat besar pada pertumbuhan ikan sehingga 
cukup berarti dengan keuntungan yang didapat,’’ tandasnya.
Probiotik ibarat benteng pertahanan diri, sebaiknya diberikan sejak 
dini. Begitu bibit mau masuk kolam, tiga hari sebelumnya air kolam harus
 diguyur probiotik lebih dahulu agar kondisi air cepat matang dan tumbuh
 banyak plankton. Selanjutnya, pemberian probiotik untuk pemeliharaan 
air cukup dua minggu sekali atau ketika kondisi air menurun kualitasnya.
’’Jadi semacam imunisasi, jika diberikan lebih awal akan lebih bagus 
efeknya. Jangan menunggu kondisi kolam jelek dan ikan stres atau 
terserang penyakit. Pemberian secara teratur akan menghasilkan ikan 
lebih bagus,’’ imbuh Himawan.
Pemberian probiotik sangat membantu pertumbuhan ikan. Saat melihat di
 kolamnya banyak Lele stres dan mengambang bahkan beberapa mati, dia 
secepatnya mengguyurkan sebotol probiotik  segenggam gula pasir ke 
kolam. Keesokan harinya air kembali hijau jernih dan semua Lele sehat 
kembali.
Waktu budidaya akan lebih singkat 10 – 15 hari, ketimbang budidaya 
lele intensif tanpa probiotik: sekitar 60 – 70 hari. Cara memanfaatkan 
probiotik relatif mudah. dengan memberikan setengah gelas per hari 
probiotik cair untuk 1.500 lele yang dipelihara di kolam terpal 
berukuran 3 m x 4 m .
Memberikan probiotik melalui pakan. Mula-mula ia merendam pelet apung
 selama 10 – 20 detik dalam larutan probiotik. Setelah ditiriskan 
beberapa saat, ia memberikannya kepada lele. Dengan tambahan probiotik 
seperti itu, pertumbuhan lele lebih cepat. Selain itu pemberian 
probiotik membuat konversi pakan atau FCR turun menjadi sekitar 0,8 dari
 biasanya FCR 1,1. Artinya untuk menghasilkan 1 kg daging ia hanya perlu
 0,8 kg pakan.  Tak hanya itu tingkat kelulusan hidup (SR) meningkat 
hingga 95%.
Sejatinya probiotik adalah larutan berisi mikroba hidup yang 
menguntungkan bagi inang –  dalam hal ini ikan budidaya. Mikroba itu 
antara lain bakteri asam laktat seperti Lactobacillus, Carnobacterium, 
beberapa kelompok Bacillus, dan Pseudomonas. Seabrek keunggulan memang 
terdapat pada probiotik. Pada budidaya akuakultur, pemberian probiotik 
menekan perkembangan bakteri patogen di lingkungan perairan yang 
menurunkan produktivitas. Hasil riset di Thailand dan Jepang sejak 10 
tahun silam membuktikan hal itu. Pemakaian probiotik pada budidaya nila 
Tilapia nilotica menurunkan angka kematian ikan sebesar 5,2%. Hal itu 
diimbangi pula dengan peningkatan bobot tubuh sebesar 46,3% dari 
sebelumnya 9,6% pada budidaya intensif. Jadi wajar bila Agnes dan Heru 
Catur  memanen lebih cepat.
- Teknologi Bioflok
 
Teknologi yang menerapkan keseimbangan unsur organik dalam air ini 
ini sudah banyak diterapkan, baik pada ikan air tawar maupun pada udang 
di tambak. Teknologi ini dapat menekan konversi pakan ikan atau udang 
sehingga akan mengurangi buangan ke lingkungan.
Bioflok, sesuai namanya yang merupakan gabungan dari kata “bios” (kehidupan) dan “flock”
 (gumpalan), adalah kumpulan dari berbagai organisme seperti bakteri, 
mikroalga, protozoa, ragi dan sebagainya, yang tergabung dalam gumpalan.
Jika pakan herbal yang sebelumnya disebutkan menambahkan 
tanam-tanaman, budidaya menggunakan sistem bioflok ini menambahkan 
organisme hidup (probiotik) yang berperan tidak hanya sebagai pakan 
tambahan alami bagi ikan tetapi juga menjaga kualitas air sehingga ikan 
lebih sehat.
menginisiasi tumbuhnya organisme tersebut, biasanya pada kolam ditambahkan kultur bakteri jenis Bacillus sp (B. subtilis, B. licheniformis, B. megaterium, B. polymyxa) atau ragi (jenis Saccharomyces),
 dan molase/tetes tebu sebagai nutrisi bagi bakteri. Mikroba ini 
kemudian akan berkembangbiak dan karena media perairan budidaya sistem 
bioflok sudah dikondisikan, maka tumbuh pula protozoa, mikroalga, ragi 
dan bakteri-bakteri menguntungkan lainnya.
PRINSIP BIOFLOK
Berdasarkan riset bioflok pada lele yang dilakukan DJPB KKP, keuntungan penerapan sistem bioflok ini antara lain:
- Sedikit pergantian air, karena flok harus terjaga agar tetap menjadi gumpalan.
 - Efisien pakan (FCR bisa mencapai 0,7)
 - Pada tebar bisa lebih tinggi (mencapai 3000 ekor/m3)
 - Produktivitas tinggi
 
Hal-hal yang patut diperhatikan pada sistem bioflok ini antara lain 
pentingnya aerasi untuk mengaduk bahan organik agar terurai dengan baik.
 Selain itu juga aerasi berfungsi untuk menambah oksigen dan menjaga 
kadar pH. Selain itu, manajemen pemberian pakan juga perlu diperhatikan.
 Setelah beih ditebar ke dalam kolam, sebaiknya beih dipuasakan selama 2
 hari untuk proses adaptasi dengan lingkungan. Ada pula masanya ikan 
tidak diberi pakan pelet untuk memanfaatkan flok yang tersedia. 
Periodenya adalah sehari dalam seminggu dimulai pada minggu kedua 
setelelah penebaran.
- Teknologi Akuaponik
 
Teknologi ini juga mulai banyak dikembangkan, karena dinilai mampu 
meminimalisir limbah hasil budidaya. Unsur hara (biasanya didominasi 
unsur Nitrogen) akan diserap oleh tanaman melalui akarnya. Jenis tanaman
 yang digunakan diantaranya adalah tanaman air seperti kangkung.
Budidaya lele dengan sistem RAS (Resirculating Aquaculture System) 
aquaponic terbukti hemat lahan dan air dengan produksi ganda berupa ikan
 dan sayuran. Secara teknis aquaponik mampu meningkatkan produksi 
pembudidaya ikan.  Hal ini dapat terjadi karena teknologi aquaponik 
merupakan gabungan teknologi aquakultur dengan teknologi hidroponik 
(bercocok tanam tanpa tanah) untuk mengoptimalkan fungsi air dan ruang 
sebagai media pemeliharaan.
Sistem RAS aquaponik lele memang belum banyak yang menerapkannya. 
Sistem ini memadukan metode budidaya ikan lele dengan memanfaatkan 
nutrisi yang diperoleh dari air kolam lele untuk disalurkan menjadi 
media tanam bagi tanaman. Sistem RAS aquaponik lele ini sebenarnya yang 
paling sering diterapkan pada model-model aquaponik, hal ini karena ikan
 lele menghasilkan kotoran dan sisa-sisa makanan yang jumlahnya lebih 
banyak, sehingga bisa dimanfaatkan untuk nutrisi bagi tanaman.
RAS aquaponik adalah salah satu sistim perikanan dan pertanian modern
 penggabungan dari pemeliharaan ikan dan pemeliharaan tumbuhan yang cara
 kerjanya adalah dengan memanfaatkan kotoran ikan dan sisa pakan ikan 
sebagai nutrisi tumbuhan. Dengan cara ini di nilai lebih memberikan 
keuntungan yang lebih banyak yaitu jika di nilai dari segi efektif dan 
beberapa keuntungan lainnya.
Prinsip dasar RAS aquaponik adalah sisa pakan dan kotoran ikan yang 
memperburuk kualitas air dan menyebabkan kematian pada ikan, akan 
dimanfaatkan sebagai pupuk bagi tanaman.  Pemanfaatan tersebut  melalui 
sistem resirkulasi air kolam yang disalurkan ke media 
tanaman, yang secara mutualistis juga menyaring air tersebut sehingga 
saat kembali ke kolam menjadi “bersih” dari amonia dan mempunyai kondisi yang lebih layak untuk budidaya ikan.
Selain itu, penurunan amoniak akan mengurangi bau busuk yang 
ditimbulkan akibat padat tebar. “Beberapa keuntungan lain yang diperoleh
 dari budidaya lele system RAS aquaponik adalah: pH air stabil berada di
 sekitar 7, air tidak berbau, selama masa budidaya air tak perlu 
diganti, meningkatkan produksi ikan serta akan diperoleh sayuran 
organik.
Penerapan RAS Aquaponik Lele
Berikut adalah hal-hal yang perlu dipersiapkan dan diperhatikan dalam penerapan RAS aquaponic lele:
- Kolam atau fish tank sebagai tempat tumbuh kembang ikan. Kolam ini bisa bentuk bulat atau kotak.
 - Filter air. Sebelum air kolam di sirkulasi menuju ke tanaman perlu 
adanya filter sebagai tempat proses nitrifikasi dan mineralisasi. Di 
dalam sistem RAS Aquaponik lele ada 3 jenis filter yg di gunakan :
- Filter Mekanis, yaitu filter penampung kotoran padat
 - Filter Biologis, yaitu tempat tumbuhnya bakteri pengurai atau apterment bakteri
 - Filter Mineralisasi, yaitu rincian dari bahan organik ke unsur-unsur individu dilakukan oleh bakteri heterotrof dalam kondisi anaerobik.
 
 - Sump tank (bak penampung air yg sudah difilterisasi).
 - Sistem penanaman dengan system hidroponik bercocok tanam tanpa ada beberapa sistem penanamannya seperti Growbed pasang surut, DFT (deep flowing technique), Rakit apung dan Vertical grow. System penanaman ini bisa menjadi filter ke 4 (empat)
 - Air yang keluar dari sistem output dari saluran aquaponik akan kembali masuk ke kolam ikan lele dan memberikan percikan oksigen sehingga dapat meningkatkan kadar oksigen dalam kolam
 
Langkah selanjutnya dalam perawatan ikan lele dan saluran RAS 
aquaponik agar selalu terjaga dengan sehat adalah bagaimana kita mampu 
secara konsisten untuk dapat memberikan pakan ikan berkualitas untuk 
ikan lele. Gunakan pelet sebagai pakan ikan. Akan lebih bagus lagi 
pellet ikan di fermentasi dulu selama tiga (3) hari dengan probiotik. 
Bisa juga mengunakan tanaman seperti kangkung, azolla dan duck week. 
Tetapi hal yang perlu di perhatikan adalah memberikan pakan ikan dengan 
kadar protein tinggi dapat mempercepat pertumbuhan ikan lele.
- Teknologi Yumina (sayur dan ikan) dan Bumina (buah dan ikan)
 
Teknologi ini dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan 
kelautan dan Perikanan. Prinsip dasar dari teknologi tersebut hampir 
sama dengan teknologi akuaponik. Teknologi ini bahkan sudah diadopsi 
oleh FAO sebagai teknologi rekomended untuk dikembangkan.
Yumina adalah teknik pemeliharaan tanaman sayur dengan ikan, 
sedangkan bumina adalah teknik pemeliharaan tanaman buah dengan ikan. 
Jadi, yumina-bumina adalah teknik budidaya yang menghasilkan ikan, 
sayur, dan buah dalam 1 unit pemeliharaan. Tentu saja ini menjadi solusi
 untuk melipatgandakan fungsi lahan. Sistem pemeliharaannya yang mudah 
menjadi daya tarik tersendiri bagi para petani kota, bahkan bisa 
diaplikasikan oleh ibu rumah tangga sebagai kegiatan sampingan
di rumah. Dari buku ini, Anda bisa mendapatkan beberapa keuntungan, di antaranya sebagai berikut.
di rumah. Dari buku ini, Anda bisa mendapatkan beberapa keuntungan, di antaranya sebagai berikut.
1. Pengenalan teknik yumina-bumina.
2. Panen ikan, sayur, dan buah.
3. Berbagai sistem budidaya yumina-bumina.
4. Tutorial perakitan sistem yumina-bumina.
5. Analisis usaha yang membuat Anda yakin bahwa budidaya yumina-bumina lebih menguntungkan.
2. Panen ikan, sayur, dan buah.
3. Berbagai sistem budidaya yumina-bumina.
4. Tutorial perakitan sistem yumina-bumina.
5. Analisis usaha yang membuat Anda yakin bahwa budidaya yumina-bumina lebih menguntungkan.
- Teknologi 90% Satiation Feeding
 
Teknologi ini dikembangkan oleh ASA (American Soybean Association). 
Teknologi tersebut diambil dari negeri Tiongkok. Logikanya adalah ikan 
tidak diberikan pakan kenyang setiap hari, namun hanya pada level 90 % 
saja. Sehingga tidak ada makanan yang tersisa karena tidak dimakan, 
kemudian metabolisme ikan lebih baik. Teknologi ini pernah dicoba di 
Indonesia sekitar 2004 – 2006 pada ikan yang dipelihara di kolam arus 
deras dan karamba jaring apung (mas dan nila).
Pemberian pakan sekenyangnya (satiation) dikisaran 90% Pada sistem 
pemberian pakan seknyangnya adalah suatu usaha para pembudidaya ikan 
untuk melakukan pemberian pakan pada ikan yang dibudidayakan dalam 
jumlah yang maksimal. Hal ini dapat dilakukan pada ikan budidaya yang 
benar-benar sudah diketahui daya tampung lambungnya secara maksimal 
dalam setiap pemberian pakan, sehingga pakan ikan yang diberikan 
semuanya dikonsumsi oleh ikan. Tetapi dalam kenyataannya sangat sulit 
bagi para pembudidaya untuk menerapkan sistem pemberian pakan ini karena
 untuk menghindari pakan yang terbuang itu sangat sulit. Oleh
karena itu dalam pemberian pakan secara maksimal akan mudah diterapkan jika ikan yang dibudidayakan sudah terbiasa dengan jumlah pemberian pakan tersebut setiap hari berdasarkan pengalaman di lapangan.
karena itu dalam pemberian pakan secara maksimal akan mudah diterapkan jika ikan yang dibudidayakan sudah terbiasa dengan jumlah pemberian pakan tersebut setiap hari berdasarkan pengalaman di lapangan.
- Teknologi Pakan Terapung
 
Dengan menggunakan pakan ikan terapung, maka dapat lebih mudah 
mengontrol jumlah pakan yang diberikan kepada ikan. Hal ini karena 
pakannya terapung sehingga dapat dilihat dengan mata. Namun teknologi 
ini hanya untuk ikan-ikan yang makan di permukaan saja, tidak cocok 
untuk tipe demersal seperti udang. Namun hal ini juga harus 
mempertimbangkan kebiasaan makan dari jenis ikan yang dibudidayakan.
Sejatinya proses pembuatan pakan terapung (flaoting), butuh pemasakan
 bertekanan tinggi agar terjadi rongga udara didalam pakan. Rongga udara
 itu, pakan dapat terapung di air. Proses pemasakan itu membuat bahan 
yang terkandung didalamnya lebih matang. Pakan terapung juga memudahkan 
pembudidaya memberikan pakan. Sehingga menghindari pakan tersebut 
terbuang percuma. Pakan yang terbuang menyebabkan kualitas air menurun 
dan memicu kehadiran penyakit yang dapat membuat ikan lele/ikan 
dibudidayakan mati. Perlu dicermati juga saat pemberian pakan, hentikan 
ketika 80-90% ikan tidak berkumpul untuk berebut pakan.
Kelebihan pakan terapung
- Pemasakan sempurna, sehingga zat antinutrisi terdegradasi
 - Nilai FCR lebih baik karena pakan yang dimasak sempurna, mengoptimalkan pencernaan pada tubuh ikan
 - Pakan tersebar sempurna, sehingga ukuran ikan saat panen lebih seragam, pemberian pakan juga dapat terkontrol, karena sifat terapungnya pakan itu memudahkan pembudidaya melihat dan menghentikan pemberian pakan, sehingga koefisiensi pemberiaan pakan dan pengurangan libah sisa pakan.
 
- Teknologi Protein Sparring
 
Teknologi ini menggantikan sumber energi utama untuk pakan dengan 
menggunakan karbohidrat bukan dari protein. Gagasan tersebut muncul 
karena adanya imbauan untuk menekan pengggunaan tepung ikan sebagai 
bahan baku utama untuk pabrik pakan.
Protein sparing (asam amino hemat) adalah proses dimana tubuh memperoleh energi dari sumber selain protein. Sumber seperti itu bisa termasuk jaringan lemak, lemak makanan dan karbohidrat. Hemat protein melestarikan jaringan otot tubuh ikan hal ini juga berhubungan langsung dengan daging ikan budidaya. Keseimbangan antara protein yang dapat dicerna (DP) dan energi yang dapat dicerna (DE) dalam makanan merupakan faktor kunci. Penurunan rasio DP / DE diet menghasilkan peningkatan konservasi protein. Asam amino tidak dikategulasi untuk energi, dan dilestarikan dalam tubuh dengan rasio yang lebih besar.
Jumlah protein yang digunakan dalam tubuh 
dipengaruhi oleh persentase yang dapat dicerna oleh tubuh, dan jumlah 
total protein yang diumpankan ke tubuh. Pemanfaatan dan konservasi asam amino protein dalam tubuh. Menggunakan sumber energi alternatif mengurangi jumlah asam amino yang akan dimetabolisme untuk energi. Peningkatan
 protein dalam makanan tidak menyebabkan efisiensi protein yang lebih 
besar, lebih banyak protein akan hilang, namun sejumlah protein yang 
lebih banyak akan dilestarikan di dalam tubuh melalui volume tipis, 
selangkah lebih maju dari metabolisasi asam amino untuk energi.
- Teknologi Bioremediasi
 
Teknologi ini digunakan untuk memperbaiki kualitas suatu lingkungan 
dengan menggunakan mikroorganisme. Prinsipnya, ada banyak jenis dan 
jumlah mikroba di alam yang masing-masing memiliki kemampuan adaptasi 
dan fungsi yang spesifik yang dapat kita manfaatkan untuk pemulihan 
lingkungan.
Seiring dengan semakin bertambahnya pencemaran yang terjadi di 
biosfer, maka kebutuhan untuk mengaplikasikan teknologi bioremidiasi 
juga semakin bertambah. Teknologi Bioremidiasi merupakan teknologi yang 
banyak digunakan dalam mengatasi permasalahan pencemaran yang terjadi di
 lingkungan, terutama di lingkungan litosfer dan hidrosfer. Bioremidiasi
 adalah aplikasi dari proses biologis untuk memulihkan suatu tempat yang
 tercemar dengan menggunakan mikroorganisme. Teknologi ini memiliki 
banyak keuntungan , namun yang paling utama adalah sustainable. Selain itu, teknologi ini juga memiliki kelemahan yaitu time-consuming jika teknologi ini digunakan untuk mengeliminasi pencemar yang non-biodegradable.
Akuakultur saat ini menjadi kegiatan ekonomi yang 
penting dan saat ini menghadapi kendala yang penting yang mampu 
menimbulkan kerugian ekonomis yang besar, permasalahan itu adalah 
penyakit yang disebabkan bakteri pathogen. Di awal perkembangan 
akuakultur upaya yang dilakukan adalah menggunakan antibiotik sebagai 
upaya kemoterapi untuk menghilangkan penyakit. Hal ini dipraktekkan 
secara intensif di awal-awal perkembangan akuakultur bahkan 
penggunaannya berlebihan. Peningkatan penggunaan antibiotik pada 
akuakultur malah diikuti oleh bertambahnya penyakit patogenik dan 
seringkali hal ini sekarang dikaitkan dengan meningkatnya resistensi 
bakteri patogen terhadap bahan kimia (antibiotik). Kekhawatiran pun 
muncul dari aplikasi antibiotik pada ikan konsumsi terhadap manusia. 
Dari berbagai sumber ilmiah disimpulkan bahwa penggunaan antibiotik 
(seperti Quinolone, Tetracycline dll.) menyebabkan mutasi kromosom 
pathogen atau akuisisi plasmid.Berbagai solusi diupayakan antara lain 
vaksinasi, teknologi budidaya yang lebih baik, code of practices, best 
management practices dan lain sebagainya, tentunya membawa dampak 
positif pada perkembangan akuakultur. Penggunaan probiotik yang bekerja 
melalui mekanisme tertentu untuk melawan pathogen, saat ini dipandang 
sebagai langkah alternatif. Beberapa tahun terakhir probiotik yang sudah
 biasa digunakan pada manusia dan binatang mulai diaplikasikan kepada 
bidang akuakultur (Gatesoupe, 1999; Gomez-Gil et al., 2000; Verschuere 
et al., 2000; Irianto and Austin, 2002; Bache`re, 2003).
Teknologi bioremidiasi secara sederhana merupakan usaha untuk 
mengoptimalkan kemampuan alami mikroorganisme untuk mendegradasi/mendaur
 ulang dengan memberikan reaktan anorganik esensial dan meminimumkan 
tekanan abiotik (Portier, 1991). Teknologi ini sangat berguna dan dapat 
digunakan pada berbagai tahapan perlakuan. Terdapat tiga prinsip dalam 
teknologi bioremidiasi, yaitu pelepasan langsung mikroba kelingkungan 
terkontaminasi, peningkatan kemampuan mikrobaindigenous (asli), dan penggunaan mikroba dalam reaktor khusus (Portier, 1991).
Percampuran kultur bakteri ini dilakukan dengan perbandingan bakteri 
heterotrofik, bakteri nitrifikasi dan denitrifikasi, serta bakteri 
fotosintetik anoksigenik sebesar 3 : 2 : 1.
Pemanfaatan mikrobiologi dalam akuakultur
1. Bakteri denitrifikasi dan nitrifikasi untuk mengendalikan nitrogen, amoniak, nitrat, dan nitrit yang ada di tambak.
1. Bakteri denitrifikasi dan nitrifikasi untuk mengendalikan nitrogen, amoniak, nitrat, dan nitrit yang ada di tambak.
2. Bakteri fotosintetik anoksigenik untuk mengatur hidrogen sulfida 
(H2S) dan sebagai pakan tambahan karena banyak mengandung karotenoid.
3. Bakteri heteroptrofik untuk mengontrol karbon dan senyawa organik dari sisa pakan.
4. Bakteri fermentasi untuk menghilangkan senyawa organik dengan cepat karena punya sifat proteolitik.
– Bakteri nitrifikasi
4. Bakteri fermentasi untuk menghilangkan senyawa organik dengan cepat karena punya sifat proteolitik.
– Bakteri nitrifikasi
Dari 13 isolat, berhasil diseleksi empat isolat yang potensial menghilangkan senyawa amoniak.
Masa inkubasi: 3-5 hari.
Masa inkubasi: 3-5 hari.
– Bakteri denitrifikasi
Dari 14 sampel sedimen tambak PT Indokor-Serang, Teluk 
Naga-Tangerang, dan Moramo-Kendari, telah diisolasi 15 isolat bakteri. 
Hasil seleksi, tiga isolat potensial menghilangkan senyawa nitrit dan 
nitrat. Masa inkubasi: 3-5 hari.
– Bakteri fotosintetik anoksigenik
Dari 10 isolat, hanya satu yang bagus untuk menghilangkan H2S dan 
satu lagi potensial menjadi sumber karotenoid pakan tambahan. Masa 
inkubasi: 5-7 hari.
– Bakteri Heterotrofik
Dari lima isolat bakteri heterotrofik, yang potensial hanya satu. Masa inkubasi: 2-3 hari.


terima kasih!
BalasHapus