Ikan koi sebenarnya
bukan jenis ikan baru di Indonesia. hanya saja waktu itu koi kalah populer bila
dibandingkan dengan mas koki. Keduanya masih merupakan kerabat karena termasuk
dalam famili Cyprinidae. Koi (Cyprinus carpio) berkumis sedangkan mas
koki asli bentuknya mirip koi hanya saja tanpa kumis, yaitu Carassius
auratus.
Namun dengan
perkembangan zaman sekarang ini ikan Koi berkembang dengan pesat, karena
sebagian besar petani ikan dan juga para hobiis yang ada di Indonesia sudah
benyak yang membudidayakan. Hal ini dikarenakan budidaya ikan Koi mudah
dilakukan dan mempunyai harga jual yang tinggi.
Meski sekarang koi
sudah populer, tapi tidak semua hobiis paham akan ikan cantik ini sebab tidak
jarang mereka terkecoh dengan ikan mas lauk yang berwarna. Memang repot, karena
antara ikan mas lauk dengan ikan Koi kedua-duanya dari spesies Cyprinus
carpio. Dan mungkin tidak bisa terlalu disalahkan benar apabila para hobiis
(terutama pemula) menganggap bahwa koi adalah ikan mas lauk yang berwarna.
Sebagai salah satu
anggota keluarga ikan mas (yang juga termasuk ikan koi dan karper krusia).
Ikan mas koki adalah
versi domestikasi budidaya dari ikan spesies Carassius auratus yang aslinya
dominan tidak terlalu berwarna cerah dihabitat aslinya di Asia timur.
Ikan ini pertama
kali dipelihara di Tiongkok lebih dari seribu tahun yang lalu, dan sejak itu
beberapa ras yang berbeda telah dikembangkan dan muncul ras-ras yang baru dari
jenis ikan hias ini.
Ikan mas hias
memiliki variasi yang luar biasa, seperti perbedaan ukuran, bentuk tubuh,
susunan sirip, dan warna (berbagai kombinasi warna antara lain, kuning, putih
merah, cokelat, jingga, dan hitam).
Klasifikasi
Ikan Koi (Cyprinus carpio) masih tergolong satu species
dengan ikan mas konsumsi, karena memiliki sistematika yang sama yaitu :
Ordo
:
Ostariophysi
Sub Ordo : Cyprinoidae
Famili
: Cyprinidae
Sub Famili : Cyprinidae
Genus
: Cyprinus
Spesies : Cyprinus
carpio
Morfologi
Badan koi berbentuk seperti torpedo dengan perangkat gerak berupa
sirip. Sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi koi adalah sebuah sirip
punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, subuah sirip anus, dan
sebuah sirip ekor.
Sirip dada dan sirip ekor hanya mempunyai jari-jari lunak. Sirip
punggung mempunyai 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak. Sirip perut hanya
terdiri dari jari-jari lunak, sebanyak 9 buah. Sirip anus mempunyai 3 jari-jari
keras dan 5 jari-jari lunak.
Pada sisi badannya, dari pertengahan kepala hingga batang ekor
terdapat gurat sisi (linea lateralis) yang berguna untuk merasakan getaran
suara. Garis ini terbentuk dari urat-urat yang berada di sebelah dalam sisik
yang membayang hingga ke sebelah luar.
Fisiologi
Koi merupakan hewan yang hidup di daerah yang beriklim sedang dan
hidup pada perairan tawar. Mereka dapat hidup pada temperatur 8o C
sampai 30o C. Oleh karenanya koi dapat dipelihara di seluruh wilayah
Indonesia, mulai dari pantai hingga daerah pegunungan. Koi tidak tahan
mengalami goncangan suhu drastis. Penurunan suhu hingga 5o C dalam
tempo singkat sudah bisa membuat ikan ini kelabakan. Jika tubuhnya diselimuti
lapisan putih hingga 7o C, biasanya koi akan beristirahat di dasar
kolam, statis. Kadang-kadang koi dapat bertahan hidup pada suhu 2o –
3o C, tapi kebekuan air umumnya akan menyebabkan kematian, kecuali
dalam kolam dipasang alat sirkulasi untuk mencegah terjadinya kebekuan. Koi
asli merupakan ikan air tawar, tapi masih bertahan hidup pada air yang agak
asin sekitar 10 permil (10o/oo) kandungan
garam dalam air masih bisa untuk hidup koi.
Pemilihan Induk
Ciri-ciri induk yang baik dan layak untuk dipijahkan adalah sebagai
berikut :
- Induk matang
kelamin.
- Tidak cacat (sehat,
berenang normal).
- Umur minimal 2 tahun
pada jantan dan 3 tahun pada betina.
- Sisik tersusun rapi.
- Kepala relatif lebih
kecil dari badan.
- Gerakan harus
tangkas dan gesit, lincah terutama pada induk jantan.
Pemijahan
Induk dimasukkan ke dalam kolam pemijahan sekitar pukul 1600
dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi
kolam dan diikuti induk jantan di belakangnya. Makin lama gerakan mereka makin
seru. Induk jantan menempelkan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada
puncaknya induk betina akan mengeluarkan telurnya dengan sekali meloncat ke
udara. Aktivitas betina ini segera diikuti oleh induk jantan dengan
mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur yang terkena sperma akan menempel pada kakaban atau
bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Juga ada sebagian telur yang
jatuh ke dasar kolam. Proses perkawinan selesai pada pagi hari, dan induk
segera dipisah dengan telurnya karena jika terlambat telur bisa dimakan habis
oleh induknya.
Penetasan Telur
Agar menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dan suhu air
tetap konstan. Jika suhu air terlalu dingin, penetasan akan berlangsung lama,
sedangkan jika suhu air terlalu tinggi, telur bisa mati dan membusuk.
Agar telur dapat terendam semua, rangkaian kakaban harus
“ditenggelamkan” ke dalam kolam. Untuk itu bisa memakai jasa gedebog pisang.
Potong 3 buah gedebog pisang sepanjang 40 cm, lalu diletakkan di atas kakaban
dengan ruas bambu sebagai alasnya. Agar bisa stabil, gedebog pisang diratakan
salah satu sisinya.
Dalam tempo 2 – 3 hari telur sudah mulai menetas. Setelah menetas
kakban diangkat dan dipindahkan ke tempat lain. Benih koi yang berumur 1 minggu
masih sangat lembut. Umumnya orang menetaskan telur koi dalam happa yaitu
kantong yang bermata lembut yang bisa untuk menampung benih. Di happa, benih
koi lebih mudah dikumpulkan dan tidak hanyut dibawa oleh aliran air. Koi yang
baru menetas masih membawa kuning telur sebagai persediaan pakannya yang
pertama.
Pendederan
Setelah benih berumur 5-7 hari sejak telur menetas segera di pindahkan
kekolam pendederan. Pemindahan ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu rendah
yaitu pada waktu pagi atau sore hari. Dalam pemindahan benih dikolam sebaiknya
dilakukan penyesuaian suhu terlebih dahulu, agar benih tidak mengalami stress
akibat perubahan suhu yang mendadak.
Kegiatan pendederan ini umumnya berlangsug 30 hari (1 bulan).
Sedangkan untuk pakan yang diberikan biasnya hanya mengandalkan pada pakan
alami. Untuk menutupi danpak terjadinya danpak kekurangan pakan alami, biasanya
dapat di gantikan dengan pakan buatan yaitu kuning telur yang di rebus, tepung
udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan pakan tepung khusus koi.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Perikanan DKI Jakarta, “Pengangkutan Ikan Hidup” (Jakarta:
1987).
Pelealu N. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Koi
Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan
Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Susanto Heru, “Ikan Koi”. Penebar Swadaya. Jakarta : 2002.
Widjanarko, B. “Ikan Koi ’Tukang Tes’ Limbah Industri”. Suara Karya
: 1989.
Blogger ini sangat membantu!
BalasHapus