Senin, 24 Oktober 2022

JENIS JENIS BAHAN KEMASAN


    

      Ikan merupakan salah satu bahan makanan yang tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia.  Bahan makanan ini relatif murah tetapi mempunyai nilai gizi yang tinggi.  Perubahan sosial dan kebiasaan kerja masyarakat modern telah mendorong pertumbuhan dan perkembangan produksi jenis makanan siap pakai (convenience food) yang jiga berpengaruh nyata terhadap industri-industri pengemasan.  ”Convenience food”  ini adalah makanan-makanan yang umumnya telah dipermudah penggunaannya misalnya dalam beberapa segi pengolahan sehingga persiapannya menjadi lebih cepat dan lebih mudah atau siap dimakan.  Oleh sebab itu industri bahan makanan telah berkembang secara pesat sejak awal abad 19, dimana banyak orang meninggalkan desa menuju kota sebagai dampak dari revolusi industri.  Pengadaan pangan secara pelan-pelan telah berkembang dan berubah dari pekerjaan perorangan atau rumah tangga menjadi usaha dagang (busines).  Formasi militer dalam jumlah besar untuk perang juga memerlukan bahan makanan dalam jumlah yang tidak sedikit, hal ini juga untuk mendorong pertumbuhan industri pangan.
          Pada tahun 1800-an, seorang ahli dari Prancis bernama Appert menemukan bahwa bahan makanan dapat diawetkan dengan perlakuan panas tanpa memakai bahan kimia, untuk mematikan bakteri.  Proses ini diikuti dengan pengemasan bahan makanan tersebut di dalam wadah yang bersifat kedap udara (hermatis) untuk mencegah kontaminasi lebih lanjut.  Atas hasil kerjanya itu Napoleon memberi hadiah besar kepada Appert itulah kemudian dikembangkan industri pengalengan sampai saat ini.  Saat ini jumlah makanan yang diproduksi di dalam kaleng sangat besar. Bahan pengemas ini seperti kaca, tanah liat, kayu,kain dan kulit telah digunakan oleh manusia primitif sejak zaman prasejarah dan sebagian masih juga dipakai sampai sekarang dalam berbagai bentuk modifikasi.  Dan saat ini bahan pengemas dan cara pengemasan sangat bervariasi misalnya mulai dari plastik selulosa, karet, gelas, kayu, aluminium, stainless steel dll.
          Pengemasan memegang peranan penting dalam pengawetan bahan pangan.  Adanya pengemasan dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan.  Kerusakan yang terjadi dapat berlangsung secara spontan tetapi seringkali terjadi karena pengaruh lingkungan luar dan pengaruh kemasan yang digunakan kemasan membatasi bahan pangan dengan lingkungan sekeliling untuk mencegah atau menghambat proses kerusakan selama waktu yang dibutuhkan.  Kemasan terhadap bahan pangan dimaksudkan untuk membatasi antara bahan pangan dan keadaan normal sekelilingnya, untuk menunda proses kerusakan dalam jangka waktu yang diinginkan.  Proses kerusakan dan pembusukan produk pangan selama penyimpanan merupakan masalah utama yang berkaitan dengan pengemasan pangan itu sendiri.
          Secara nyata pengemasan memberikan peranan yang penting dalam mempertahankan bahan pangan dalam keadaan bersih dan higienis.  Tidak perlu diragukan lagi bahwa tanpa pengemasan banyak bahan pangan yang akan terbuang selama distribusi atau akan kurang gizi dan kurang higienis dari keadaan semula.  Dengan adanya kemajuan teknologi perlu kiranya mengetahui tentang Pengemasan bahan pangan dan non pangan hasil perikanan yang sesuai dengan cara pengawetan dan pengolahannya.
          Menurut Suyitno (1990), daya awet bahan pangan yang dikemas dipengruhi oleh :
  1. Sifat alami dari bahan pangan dan mekanisme bahan tersebut mengalami kerusakan, misalnya kepekaannya terhadap kelembaban dan oksigen, kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan fisik dan kimia di dalam bahan pangan
  2. Ukuran bahan pengemas sehubungan dengan volumenya
  3. Kondisi atmosfher (terutama suhu dan kelembapan) kemasan dibutuhkan untuk melindungi selama pengangkutan dan sebelum digunakan
  4. Ketahanan bahan pengemas secara keseluruhan terhadap air, gas atmosfher dan bau, termasuk ketahanan dari tutup, penutup dan lipatan.        

Pengaruh kadar air dan  aktivitas air / Water Aktivity (AW) sangat penting dalam menentukan daya awet dari bahan pangan.  Hal ini karena keduanya mempengaruhi sifat-sifat fisik (misalnya pengesan dan pengeringan) dan sifat fisika kimia, perubahan-perubahan kimia (misalnya pencoklatan), kebusukan oleh mikroorganisme dan perubahan enzimatis, terutama pada bahan-bahan pangan yang tidak diolah.  Bahan pangan kering beku harus dilindungi dari penyerapan uap air dan oksigen dengan cara menggunakan bahan-bahan pengemas yang mempunyai daya tembus yang rendah terhadap gas-gas tersebut.  Buah-buahan segar membutuhkan wadah yang dapat ditembus dan memungkinkan masuknya oksigen dan keluarnya CO2 serta uap air. 


II. JENIS - JENIS BAHAN PENGEMAS
             
          Bahan yang secara luas dipakai untuk mengemas produk makanan atau kontak dengan bahan makanan adalah :
  1. Plastik
  2. Logam, stainless steel, pelat timah, aluminium, campuran timah putih dan timah hitam.
  3. Kertas dan karton
  4. Bahan selulosa dan selafon
  5. Kayu
  6. Kaca
  7. Kertas
  8. dsb. (keramik, karet, ........ )

1. Plastik

          Plastik adalah polimer organik dari berbagai struktur, komposisi kimia dan sifat-sifat fisik.  Kemasan yang dibuat dari plastik dapat berbentuk film (lapisan tipis), kantong atau bentuk lain.  Yang dimaksud dengan film disini adalah suatu lembaran plastik yang mempunyai ketebalan 0,10 inchi atau lebih tipis lagi.  Bahan yang dapat digunakan untuk membuat plastik adalah selulosa, polietilene, propilen poliamida, poliester, polivinil klorida (PVC), poliviniliden kliloro (PVDC), rubber hidro klorida (pliofilm) dan sebagainya.
          Berikut ini diuraikan secara singkat beberapa jenis plastik yang digunakan dalam pengemasan makanan.

1.a. Poliolefin
1.a.1. Poliethilene

Poliethilene (PE) dibuat dengan cara polimerisasi dan gas etilena yang merupakan hasil samping dari industri minyak atau batu bara.  Terdapat dua macam proses.  PEDR adalah bahan yang bersifat kuat, agak tembus cahaya, fleksibel dan permukaannya terasa agak berlemak.  Pada suhu kurang dari 60oC sangat resisten terhadap sebagian besar senyawa kimia.  Di atas suhu tersebut polimer ini menjadi larut dalam pelarut hidrokarbon dan hidrokarbon klorida.  Daya proteksinya terhadap uap air tergolong besar, akan tetapi kurang baik bagi gas-gas yang lain seperti oksigen.  Titik lunaknya rendah, oleh sebab itu tidak tahan untuk proses sterilisasi dengan uap panas, dan kalau ada senyawa kimia yang bersifat polar akan mengalami stress cracking (menjadi retak oleh penekanan).  Mudah diubah menjadi film yang sangat ringan yang banyak digunakan untuk mengemas (pre-pack) produk segar beku, yang sangat cocok untuk keperluan perekatan dengan panas.  Bahan ini juga mudah dilapiskan pada bahan lain seperti kertas dan aluminium.  PEDR banyak dibuat kantung dan dicetak hembus (blow moulded) menjadi berbagai bentuk kemasan terutama bagi keperluan suhu rendah.
          Poliethilene densitas tinggi (PEDT) yang dihasilkan dengan polimerisasi pada tekanan dan suhu rendah (50-75oC) memakai katalizator ziegler, mempunyai sifat lebih keras, kurang tembus cahaya dan kurang terasa berlemak.  Plastik ini mempunyai daya tahan yang lebih baik terhadap minyak dan lemak, titik lunak lebih tinggi.  Salah satu keuntungan pemakaian PEDT adalah dapat bertahan pada kondisi sterilisasi dengan uap panas.

1.a.2. Polipropilene

          Polipropilene adalah bentuk lain dari anggota kelompok olefin bentuk film yang diulur menuju ke dua arah, terkenal dengan nama opp (Oriented Polipropylene).  Lembaran film ditarik ulur menuju kedua arah saling tegak lurus pada suu yang sesuai.  Film yang dihasilkan bersifat lebih mengkilap dan jernih, lebih tahan terhadap impak danllebih sukar ditembus uap air dan oksigen.  Pemakaian yang paling luas dalam industri pangan adalah untuk membungkus makanan kecil dan biskuit sebagai pengganti dari bahan turunan selulosa.

1.a.3. Polivinil Khlorida (PVC)

          Ada beberapa jenis plastik yang tersusun oleh monpmer etilene yang salah satu atom hidrogennya diganti unsur hologen atau gugus lain.  Bahan ini disebut plastik vinil sebab mereka dibuat dari monometer yang mengandung gugus vinil CR2=CH2.
          PVC bersifat keras, kaku namun jernih dan mengkilap, sangat sukar ditembus air dan permeabilitas gas-nya rendah.  Oleh sebab itu, polimer ini cukup baik untuk kemasan bagi minuman yang mengandung karbon diokasida, air mineral dan minya goreng.  Penambahan plasticisers (biasanya ester aromatic) bisa melunakkan film yang menghasilkan dan membuatnya lebih fleksibel akan tetapi kekuatan regang putusnya rendah, tergantung pada jumlah plasticiser yang ditambahkan.
          Bahan ini banyak pula diproduksi dalam bentuk film yang sudah terorientasi secara biaxial untuk membuat pembungkus susut (shrink film) bagi daging  dan keju.  Tahan terhadap semua jenis pelarut kecuali golongan keton siklis, tetrahidrofuran, beberapa hidrokarbon klorida dan dimetilasetamida.  Daya tahan terhadap minyak dan lemak cukup baik, adanya khlor membuat plastik ini sukar terbakar.  Film dan lembaran (sheet) PVC banyak dibentuk dengan bantuan panas.

1.a.4. Vinilidin Khlorida

          Monomer ini mengandung  dua atom khlorin menggantikan atom hidrogen pada molekul etilena polimer yang dihasilkan merupakan bahan padat yang keras dengan derajat kristalinitas tinggi.  Bersifat tidak larut dalam sebagian besar  pelarut dan daya serap airnya sangat rendah.  Dapat menghasilkan film yang kuat, jernih dengan permeabilitas terhadap gas cukup rendah.  Sangat sering dimanfaatkan sebagai satu kopolimer dengan PVC untuk pelapis kertas, produk selilosa polipropilene guna memperbaiki daya proteksinya.  PVDC bisa menurunkan suhu prosessing dari PVC, mempermudah produksi lembaran kaku berukuran besar yang bisa dicetak dengan baik.

1.a.5. Politetrafluor ethilena (PTFE)

          Disini atom hidrogen dari etilena seluruhnya digantikan oleh atom fluorin.  Polimer yang diperoleh yang memiliki kristalinitas tinggi dengan berat molekul yang sangat besar.  Bahan ini terdiri atas rantai-rantai yang lurus tidak bercabang.  Ikatan-ikatan F-C dan C-C merupakan ikatan-ikatan kimia yang sangat kuat, hal ini direfleksikan pada sifatnya yang sangat iner terhadap reaksi-reaksi kimia.  Polimer ii bersifat halix, berlemak dan umumnya berwarna abu-abu.  Koefisien gesekannya sangat rendah sehingga menghasilkan permukaan yang tidak mudah lengket serta bertahan pada daerah suhu kerja yang luas.

1.b. Derivat vinil

          Senyawa erivat (turunan) dari vinil mempunyai rumus umum CH2 CXY)n-, di mana X dan Y dapat berupa atom hidrogen atau senyawa pengganti lain seperti khlorin, benzen, metil dan hidroksil.  Sifat-sifat polimer vinil tergantung pada sifat senyawa pengganti, berat molekul, susunan ruang dari gugusan-gugusan di dalam rantai, dan terutama pada orientasi serta kristalinitas.  Pengaruh dari struktur polimer terhadap sifat-sifat fungsional yang penting dalam pengemasan, umumnya adalah sebagai berikut :
1.      Kekuatan, ketahanan terhadap suhu tinggi, ketahanan terhadap kerja pelarut, dan ketahanan terhadap difusi yang mengikat dengan naiknya derajat kristalisasi
2.      Adanya gugusan polar menurunkan ketahanan terhadap terhadap difusi dari molekul polar
3.      Rantai-rantai lurus dan orientasi dari kristalit memperbaiki kekuatan dan impermeabilitas.  Penambahan ”plasticizer” meningkatkan permeabilitas dan kelarutan.

1.c. Poliester

          Poliester yang paling penting dalam pengemasan makanan adalah polietilene terephtalat, suatu produk kondensasi dari etilene glikol dan terephtalat.  Yang dikenal juga dengan nama dagang Mylar.  Mylar adalah polimer tinier kristal dengan kekuatan dan sifat inert yang istimewa.  Mylar telah digunakan secara luas dalam ”lamination” terutama untuk bagian luar, sehingga tahan terhadap kikisan atau sobekan (sifat abrasi), yang digunakan untuk kantung-kantung makanan yang memerlukan sifat-sifat protektif.

1.d. Pliofilm

          Rubber hidroklorida atau pliofilm digunakan untuk pengemasan beberapa jenis makanan tertentu.  Sifat-sifat pliofilm ditentukan oleh jenis dan jumlah ”plasticizer” yang ditambahkan.

1.e. Poliamida

          Poliamida merupakan senyawa kondensasi polimer dari diamin dengan dua molekul asam (di-acid) dan dalam perdagangan dikenal sebagai nilon.  Nilon bersifat inert dan tahan panas serta mempunyai sifat-sifat mekanis yang istimewa.  Biasanya nilon dilapiskan atau digunakan secara kombinasi dengan bahan-bahan lain untuk memproduksi bahan-bahan pengemas makanan yang bersifat inert dan permeabilitasnya rendah

2.  L o g a m

          Kemasan logam yamg paling banyak penggunaannya adalah kaleng.  Umumnya kaleng ini digunakan untuk produk-produk yang disterilisasi dengan panas dan dibuat dari ”tinplate” yang terdiri dari lembaran dasar baja dilapisi dengan timah secara ”hot dipping” (pencelupan dalam timah cair panas) atau dengan proses elektrolit.  Jumlah lapisan timah tergantung pada prosesnya dan jenis kaleng.
                                      
2.a.  Kaleng  (Tin plate)

       Makanan yang diproses dengan pengalengan secara benar akan bersifat tahan terhadap perubahan mikroorganisme dan organoleptik dalam waktu yang cukup lama.  Akan tetapi umumnya pengalengan dimaksudkan agar kelebihan produksi pada saat panen dapat diawetkan sehingga masih dapat dikonsumsi saat tidak panen, jadi hanya dirancang untuk kira-kira satu atau dua tahun.
          Walau makanan kaleng  seringkali masih aman dikonsumsi setelah beberapa lama, dimungkinkan sudah terjadi perubahan selama penyimpanan yang mengakibatkan  penurunan mutu seperti warna, aroma, tekstur dll.  Bisa terjadi pula perubahan nilai gizi dan interaksi antara wadah dan makanan.  Dalam hal tersebut diperlukan proses thermal setelah dilakukan pengalengan untuk mematikan mikrooranisme perusak (Supardi dan Suharto, 1999).
          Ada tiga jenis baja dasar yang umum digunakan yaitu :
1.      Tipe ”L”.  Baja ini sangat tahan karat dan karenannya paling cocok untuk pengalengan produk-produk asam.
2.      Tipe ”MR”.  Baja ini kurang dibatasi komposisinya daripada ”L” dalam kandungan C, S, P, M dan Si, serta cocok untuk produk-produk yang kurang korosif.
3.      Tipe ”MC”.  Komposisi baja ini paling tidak dibatasi, dibandingkan dua jenis lainnya dan digunakan untuk produk-produk non korosif (Supardi dan Suharto, 1999).
Akhir-akhir ini dikembangkan berbagai jenis kaleng yang berbeda dengan  ”tin plate” standar.  Salah satu diantaranya adalah baja bebas timah (tin free steel) yang menggunakan lapisan-lapisan khromium atau lapisan thermoplastik seperti nilon.  Inovasi lain adalah penggunaan kaleng-kaleng dengan sambungan yang disemen, atau di las bukan dipatri.  Makanan dalam kaleng yang sambungannya dipatri dapat terkontaminasi oleh Pb yang berasal adri patriannya.
Untuk lapisan-lapisan kaleng dapat digunakan jenis-jenis oleoresin, vinil, epoksi, phenolik dan wax (malam).  Industri kaleng menamakan lapisan-lapisan tersebut kecuali wax sebagai : ”Lacquers” atau ”Enamels”.  Enamel ”C” atau ”R” adalah dari jenis  oleoresin dan yang paling umum digunakan dalam industri pangan.  Enamel ”C” mengandung Zn-oksida, yang dirancang untuk bereaksi dengan sulfida.  Senyawa-senyawa sulfida ini akan cenderung membentuk senyawa FeS yang berwarna hitam dan tidak diinginkan.  Enamel ”R” tidak mengandung  Zn.  Enamel lain digunakan untuk aplikasi spesifik, karena setiap jenis mempunyai keuntungan dan batasan yang spesifik.
Tutup kaleng diberi lekukan-lekukan melingkar yang disebut Expantion Ring.  Untuk merapatkan bagian-bagian penutupan pada lekukan yang akan dilipat diberi compound yang tahan panas yaitu; Rubber (bahan karet yang tahan panas); Latex, getah dari pohon karet; Filler; plasticizer.  Pada bagian dalam kaleng diberi lapisan coating untuk mencegar reaksi antara kaleng dan isinya yaitu : C-enamel, minyak biji rami, fenolic, vinil khlorida, vinil asetat; kertas parchment; lilin dan sejenis resin (Murniati dan Sunarman, 2000)
Bentuk-bentuk kaleng ada empat macam yaitu : bulat (silindrik); Oval; Oblong; (square); Poligon (segi banyak).


3. Stainless Steel

Bahan yang kontak dengan makanan haruslah bersih dan steril permukaan dari peralatan pengolahan makanan harus dapat dibersihkan secara mudah pada setiap kali prosessing.  Banyak diantara bahan pembersih bersifat korosif, oleh sebab itu diperluka bahan yang tahan korosif.  Stainless steel sesuai dengan namanya memiliki beberapa sifat yang diinginkan dan bisa tahan terhadap serangan detergen, larutan pen-steril hipokhlorit, asam serta alkali.

4.  Aluminium

       Keuntungan pemakaian aluminium sebagai pengemas bahan makanan adalah sebagai berikut :
  1. Beratnya ringan
  2. Tahan terhadap korosi
  3. Tidak mengandung toksis
  4. Tidak melunturkan warna makanan atau menimbulkan noda
  5. Mudah dikerjakan
  6. Penampilan menarik, mudah didekorasi dan kesannya bagus, menarik
  7. Sifat-sifatnya terhadap panas sangat bagus
  8. Tidak permeabel terhadap air dan gas
  9. Mudah didaur ulang
Kaleng – kaleng aluminium pertama kali digunakan di Skadinafia dan Switzerland untuk mengemas ikan, susu, daging dan sayur-sayuran. Diawal tahun1930-an, aluminium foil telah menggeser foil yang terbuat dari bahan dasar lain yakni timah putih dan timah hitam. Aluminium juga digunakan untuk pembuatan peralatan dalam prosessing di pabrik serta mesin-mesin. Kemurnian dari aluminium food grade adalah lebih dari 99%. (Sejumlah manganese mungkin ditambahkan untuk menambah kekakuan pengemas rigid/kaku)
Akan tetapi harus ada beberapa peringatan atau perhatian dalam pemakaian pengemas aluminium dengan sarana pemasak yang menggunakan gelombang micro ( microwave cookers ).
Pada umumnya, logam ini menunjukkan daya tahan yang sangat bagus terhadap senyawa–senyawa korosif keasaman merupakan pembatas utama (OFCF, 1987).  Penambahan komponen campuran dapat memberbaiki sifat-sifatnya dan daya tahan terhadap korosi.
Manfaat campuran yang ditambahkan antara lain sebagai berikut
a. Tembaga    : mengurangi daya tahan terhadap korosi lebih besar  dari bahan lainya.
b. Magnesium : campuran Al- Mg mempunyai daya tahan yang kuat 
               terhadap korosif.
c. Mangan       : menaikkan daya tahan terhadap korosi
d. Kromium     : menaikkan daya tahan terhadap daya tahan terhadap
               korosi pada penambahan 0,1 sampai 03 %.
e. Seng              :Hanya sedikit mempunyai pengaruh terhadap daya
               tahan anti karat.
f. Besi               : dapat mengurangi daya tahan anti karat, bahkan
                diduga penyebab utama terjadi lubang pada aluminium 
                 lakur.
g. Titanium       : pengaruh yang kecil pada ketahanan korosi dari
                aluminium lakur
Sifat yang spesifik dari aluminium memungkinkan penggunaan logam tersebut sebagai tutup kaleng berbagai jenis makanan dan minuman , atau untuk tube lunak.

4.1. Kesesuaian aluminium untuk pengemasan bahan pangan
a.      Produk buah-buahan
Hasil studi Jimenez dan kene, 1974 menunjukkan bahwa Al yang tak dilapisi dapat di serang akumulasi gas hidrogen yang terbentuk oleh krat dan menyebabkan pengembungan kaleng.Penyimpangan warna menjadi gelap dari dalam kaleng Al yang dilapisi dapat dirintangi dengan jalan membutuhkan asam askorbat pada produk. Penggunaan wadah aluminium dengan lapisan enamel sangat nyata mengurangi masalah karat.
b.   Produk daging
Penelitian menunjukkan bahwa Al tidak menyebabkan perubahan
Warna yang menggaggu daging seperti lazimnya logam lain. Sepotong kecil Al yang dipatri (dilas) pada kaleng plat timah telah digunakan untuk mencegah karat wadah dan noda sulfida dalam kaleng daging.Al dalam kasus ini berfungsi sebagai noda yang menampung dan menghentikan reaksi terhadap timah dan besi yang timbul ada bagian timah.
c .  Pada ikan dan kerang-kerangan
Utuk mengemas lobster dalam kaleng plat timah digunakan kertas perkamen untuk mencegah perubahan warna yang disebabkan oleh besi yang ada. Hal ini tidak diperlukan bagi kaleng  Al.
d.      Produk susu
Kemasan alminium pada produk susu memerlukan lapisan pelindung. Terutama untuk susu kental tidak manis yang tidak memilikitambahan isi gula seperti susu kental manis.
e.      Wadah aluminium untuk bir biasanya menggunakan eposivinil atau
Jernih sebagai pelapis. Untuk minuman ringan biasanya dilapisi dengan eksposi vinil atau vinil organosal.  Al yang tidak dilapis tidak cocok dengan minuman teh, karena kontak langsung akan menimbulkan memudarnya warna dan rasa yang tidak diinginkan.

5.   Aluminium foil             
Foil  adalah bahan kemas dari logam, berupa lembaran aluminium  padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0,15 mm.  Mempunyai kekerasan yang berbeda-beda. Tanda O berarti sangat lunak, H-n berarti keras Foil mempunyai sifat hermatis, fleksibel, tidak tembus cahaya (cocok untuk pengemasan margarin, yoghurt).
Ketebalan dari alminium foil menentukan sifat protektifnya. Foil dengan ketebalan rendah masih dapat dilalui oleh gas dan uap.  Biasanya aluminium foil digunakan ukuran 0,009 mm untuk membungkus bon-bon, susu asam dan sebagainya, sedangkan pada ukuran 0,05 untuk tutup botol yang multi trip.  Berbagai makanan yang dibungkus dengan aluminium foil menunjukkan bahwa produk –produk makanan tersebut cukup baik dan tahan terhadap aluminium dengan resiko pengkaratan yang kecil. Reaksi-reaksi yang ditemukan tidak berakibat fatal.  Tetapi jka makanan yang sama dibungkus dengan Alminium foil bersentuhan dengan logam-logam lain ( baja, timah, perak) maka akan terjadi reaksi elektrokimia dengan aluminium sebagai anoda.

6. Kertas

 Kertas sebagai bahan pengemas banyak digunakan dan masih akan mempertahankan posisinya untuk jangka waktu yang lama karena harganya yang murah, mudah diperoleh dan penggunaanya luas.
Sifat-sifat pengemasan dari kertas sangat bervariasi tergantung dari proses pembuatanya dan perlakuan tambahan yang diberikan.  Kekuatan dan sifat mekanis dari kertas tergantung pada perlakuan mekanis dari serat selulosa dan dan tergantung pada pemberian bahan-bahan pengisi dan pengikat.  Sifat-sifat fisika kimia dari kertas, seperti permeabilitas terhadap cairan uap dan gas, dapat memodifikasi dengan penjenuhan atau ”laminating”.  Bahan-bahan yang digunakan untuk tujuan ini termasuk malam (waxes), plastik, resin, gum, adhesif, aspal dan bahan lainnya.
Kertas dapat digunakan sebagai bahan pengemas yang fleksibel atau sebagai bahan untuk membentuk wadah-wadah kertas yang kaku       (Suyitno, 1990).

6.1. Jenis-jenis kertas
            Ada dua jenis kertas yang utama digunakan yaitu kertas kasar dan kertas lunak.  Semua kertas yang digunakan untuk kemasan diklasifikasikan sebagai kertas kasar.  Kertas halus yang digunakan sebagai kertas tulis surat obligasi, buku besar dan kertas sampul.  Kertas yang paling banyak digunakan untuk kemasan adalah yang kita kenal sebagai kertas kraft dengan warna alami.
          Jenis pengemas yang berbahan baku kertas :
1. Karton lipat (Folding Carton)
  Merupakan jenis pengemas yang populer karena sifat praktis dan harganya yang paling murah, mudah dilipat sehingga hanya memerlukan sedikit tempat dalam pengangkutan dan penyimpanan.  Demikia juga dalam percetakan, dapat dilakukan untuk meningkatkan penampilan produk.  Pemakaian yang luas dari jenis kemasan ini disebabkan banyaknya variasi dalam hal model, bentuk dan ukuran dengan karakteristik yang khusus.

Tabel 1. Karakteristik berbagai jenis kertas
Jenis-jenis Kertas
Ukuran
Jumlah lembar
Luas total (m2)
Cm
inci
Karton dan kertas kraft
30 x 60
12 x 24
500
92,9
Kertas ledger
42,5 x 55
17 x 22
500
107,8
Kertas manuscript
45 x 77,5
18 x 31
500
180
Blotting paper
47,5 x 60
19 x 24
500
147
Kertas untuk jilid
50 x 65
20 - 26
500
168
Kertas tisu
50 x 75
20 x 30
500
185,8
Kartu
55 x 70
22 x 28
500
198,7
Kertas pembungkus
60 x 90
24 x 36
500
267,6
Kertas kasap
60 x 90
24 x 36
500
278,7
Kertas buku
62,5 x 95
25 x 38
500
306,5

Dalam perdagangan karton dikenal dengan nama FC (Folding Karton).  Penggunaannya selain itu pengemasan bahan pangan dari pertanian juga untuk mengemas berbagai macam barang.  Karton yang digunakan untuk FC didesain khusus dengan daya lentur yang cukup sehingga saat dilipat tanpa sobek pada garis lipatannya.  Untuk produk makanan memerlukan kualitas tinggi, paling baik menggunakan bahan yang murni. 
          Bahan yang paling banyak digunakan untuk karton lipat adalah Cylinder board yang terdiri dari beberapa lapisan.  Bagian tengah biasanya terbuat dari kertas-kertas sisa yang telah mengalami daur ulang dengan kertas koran murni pada satu sisinya yang lain.
Model yang secara umum dari bentuk karton adalah :
a.      Lipatan terbalik
b.      Dasar penutup sendiri (auto-lock botton)
c.       Model pesawat terbang (air plane style)
d.      Lipatan lurus
e.      Model perekatan ujung (seal End)
f.        Model perkakas dasar
Model-model yang bisa dibuat dari pola dasar, yaitu untuk model :
a.      Mailing Lock
b.      Perekatan ujung tengah ”telinga Van Bren)
c.       Model ”Cracker”
d.      Perekatan ujung yang dapat menutup
e.      ”Break way fliptop”
f.        Model kemasan es krim
Untuk pengujian mutu kemasan dapat dilakukan mulai dengan pengujian yang sederhana hingga yang lebih rinci.  Misalnya uji jatuh bagi wadah yang sudah diisi, pengujian onjolan ”bulge”, pengujian kekuatan kompresi, dan daya kaku yang hubungannya dengan kelembaban udara.

2. Kardus (Setup Boxes)
          Kardus sebenarnya menyerupai kotak karton lipat  terutama apabila dilihat dari bentuk-bentuk yang ada.  Akan tetapi jenis pengemas kardus mempunyai kelebihan dalam pemakaiannya.
          Bahan kardus adalah kertas karton, seringkali dilaminasi oleh kertas putih.  Ada bagian-bagian untuk cetakan barang-barang yang dikemas stabil.  Bagian-bagian tersebut dapat dirakit sesuai dengan peng- gunaannya.  Barang-barang yang mudah pecah dapat dikemas dengan stabil.

3. Karton Kerdut
          Nama lain dari karton kerdut adalah arn bergelombang dan karton beralir.  Karton kerdut dibentuk dengan merekat lembaran datar ke bagian yang bergelombang.  Apabila hanya satu lembar datar yang merekat maka disebut karton kerdut satu muka, sedangkan bila dua lembar yang direkatkan pada karton yang bergelombang disebut karton kerdut muka ganda.  Selanjutnya dikenal nama-nama dinding ganda dan dinding tiga yang mungkin diberi lapisan tambahan.
          Ada bagian dalam pengemas karton kerdut bisa dipasang berbagai bentuk untuk jenis pengaman guna menjaga kerusakan produk yang dikemas

7. Selofan

Komponen utama dari selafon adalah selulosa, semua selafon mengandung suatu plasticizer seperti gliserol atau etilen glikol.  ”Plasticizer” adalah bahan-bahan yang biasanya adalah pelarut yang sifat menguapnya rendah, yang ditambahkan pada plastik untuk mengurangi daya tarik menarik antara rantai-rantai polimer.  Hal ini menghasilkan plastik dengan fleksibilitas yang lebih baik.  Selulosa yang diberi ”plasticizer” atau yang disebut selafon ini tidak memiliki proteksi terhadap difusi uap air.  Biasanya selafon ini dilapisi dengan bahan-bahan protektif seperti nitoselulosa, wax, resin dan polimer tetik.
Sifat-sifat pengemasan dari selafon ditentukan terutama oleh sifat dari lapisan-lapisan ini.  Salah satu contoh, misalnya pelapisan dengan nitoselulosa, selafon akan lebih tahan terhadap air, lebih fleksibel dan dapat ditutup atau direkatkan dengan pemanasan.

8. Film Yang Bersifat Larut Air dan Dapat Dimakan

          Penggunaan film yang bersifat larut air dan dapat dimakan, menarik perhatian antara lain karena pertimbangan ekologis dan ditujukan untuk mengurangi limbah bahan-bahan padat.  Dorongan lain untuk mengembangkan jenis kemasan ini adalah dengan adanya kecenderubgan yang meningkatan terhadap ”convenience foods”.  ”Convenience foods” ini adalah makanan-makanan yang umumnya telah dipermudah penggunaannya misalnya dalam beberapa segi pengolahan sehingga persiapannya menjadi lebih cepat dan lebih mudah atau siap dimakan.

9. Kayu

Kemasan yang terbuat dari kayu digunakan secara luas untuk pengapalan dan penyimpanan makanan yang sudah dikemas. Kemasan dari kayu jarang digunakan sebagai wadah makanan secara langsung.
Peti kayu mungkin merupakan wadah yang paling tua didalam pengemasan bahan, karena disamping kuat, murah harganya serta bahannya tersedia dalam jumlah yang banyak.  Berdasarkan konstruksinya, peti kayu terdapat dalam beberapa jenis yaitu antara lain ”crate” (skeleton crate), ”flush side case”, “battened” atau “belted case” dan “skid base case” (Syarief, 1998).
Terdapat beberapa factor yang harus dipertimbangkan dalam memutuskan spesies kayu yang cocok untuk pengemasan.  Faktor-faktor tersebut antara lain densitas, kemudahan pemakuan, ketersediaan, jenis produk yang dikemas, kekuatan, kekakuan dan tersedianya bagian-bagian serta panjang yang memadai.  Jenis kayu yang cocok untuk pengemasan umumnya adalah kayu lunak (soft wood) seperti pinus sp atau agathis sp dengan densitas antara 270-700 kg/m3.  Selain itu juga kayu keras yang densitasnya mendekati kayu lunak.  Penggunaan kayu dengan densitas rendah antara lain :
  Bilah-bilah kemasan kayu ringan dan kemasan berkawat
  Bahan pelapis ujung-ujung kotak
  Palet yang langsung dibuang
  Bagian dari kotak menurut panjang
Sedangkan penggunaan kayu dengan densitas tinggi adalah untuk :
  Tepi papan dan balok untuk palet
  Bagian-bagian dari bantalan proses dengan bahan tinggi
Terdapat 9 tolak ukur yang berpengaruh pada perencanaan kemasan yang digunakan untuk industri yaitu :
  1. Sifat dan berat kandungan produk
  2. Corak/model dari kemasan
  3. Bahan-bahan konstruksi dan kekuatan penggabungan
  4. Dimensi kemasan
  5. Keseimbangan berat
  6. Metode dan kekuatan penanganan selama perjalanan
  7. Limit kejatuhan yang diminta negara-negara pengimpor
  8. Keadaan mendesak dari satu kiriman
  9. Kekuatan penyimpanan kemasan yang dapat digunakan kembali.
Jenis-jenis kotak kayu dan palet kayu :

9.1. Kotak kayu gergajian.
 Bentuk kotak gergajian adalah bentuk box dan case.  Terdapat sebelas desain kotak, dengan beban terendah sebesar 20-50 kg sampai pemuatan beban tinggi 800 kg.
  1. Desain dasar kotak (basic box design) 20 – 50 kg)
  2. Combed tenon box (20 – 100 kg)
  3. Internally battened box (300 – 1000 kg)
  4. Kotak dengan pengikat ujung (Battened end box, 30 – 50 kg)
  5. Kotak dengan panel ujung  (50 – 400 kg)
  6. Battened to (50 – 350 kg)
  7. Kotak dengan pengikat keliling (Birth battened case, 100 – 400 kg)
  8. Kotak panel dan pengikat keliling (Girth battened and anelled case, max. 500 kg)
  9. Kotak panel dengan tiga pengikat (triple battening and paneled case, 760 kg)
  10. Tiga pengikat dengan ceruk panel
  11. Girth battened single braced case (450 kg)

9.2. Kotak Kayu Lapis
          Ada beberapa hal penting yang mendasari penggunaan kotak kayu lapis antara lain :
a.      Kotak kayu yang tipis dapat memberikan kekuatan yang sama
b.      Kotak lebih kecil dan lebih ringan
c.       Panel-panel kayu lapis lebih seragam
d.      Daya tahan terhadap retakdari kayu lapis tinggi
e.      Pemakuan dapat dilakukan dengan mudah
f.        Kemasan kayu lapis memberikan perlindungan hawa lebih 
      baikdibanding kemasan kayu gergajian

Sedangkan kerugian penggunaan kayu lapis antara lain karena ukuran standar2.440 x 12.224 mm atau 2.400 x 1.200 mm, sehingga mengurangi factor fleksibilitas dan lebih banyak menghasilkan bahan sisa yang tidak terpakai.
Jenis-jenis kotak kayu lapis antara lain :
  Basic Plywood (max. 30 kg)
  Battened Top/Base case (max. 40 kg)
  Kotak kayu lapis barpanel/paneled plywood case (300 kg)
  Lock Corner/Compression battened (600 kg)

9.3. Kotak Berbingkai (Large Frame Cases)
          Metode konstruksi kotak ini dipusatkan pada dasar yang dirancang secara sangat kuat dan berat.  Terdapat dua tipe dasar kotak kayu berbingkai yaitu tipe penyangga (skid type) dan jendela (skill tipe)

9.4. Peti Krat (crates)
          Merupakan rancangan bingkai yang digunakan sebagai pengemas selama pengangkutan barang-barang.  Rancangan bingkai tidak membutuhkan suatu pelindung ketat seert halnya box, case atau kotak berbingkai besar.  Biasanya mempunyai penguat dengan bentuk diagonal sebagai anti deformasi, bagian atas dan dasar secara penuh atau sebagian dilapisi dengan papan.
Penyebab penggunaan peti krat :
a.      Keselamatan kayu
b.      Keselamatan berat
c.       Keselamatan pekerja
d.      Kemudahan pemeriksaan terhadap produk yang dikemas
Sistem ini dapat diterapkan pada kotak berbingkai besar, dilengkapi dengan bagian-bagian yang tahan air dan kuat, sehingga kemasan lebih tepat guna dalam hal kemudahan produk yang dikemas.  Asak rasio untuk rat dengan barang berat adalah max. 1 : 2.

9.5. Kotak Berkawat
          Merupakan peti kayu dimana lembaran sisi miring, atas dan dasar digunakan beberapa tali klawat dan diikat dalam satu rancangan.  Terdapat dua tipe kotak berkawat ukuran kecil bila dihubungkan dengan metode pengemasan atau penyusunan.  Keuntungan utama adalah kemudahan perakitan dengan menggunakanpapan datar.  Jika dibandingkan kotak dapat dilipat dengan mudah setelah penggunaan dan dirakit dengan sama mudahnya.
Kotak berkawat disahkan dalam empat klasifikasi yaitu :
  Kotak berkawat
  Peti krat berkawat
  Pelat dasar kotak berkawat
  Pelat dasar peti berkawat

9.6. Kotak Dengan Sisi Logam
          Tipe ini menggunakan pemancang logam pada sisi pinggir kotak, pemakuan pangkat kayu lunak, untuk membentuk badan panel.
Dua tipe kotak sisi logam adalah sebagai berikut :
  1. Kotak kayu yang dapat dirakit kembali dan yang tidak dapat dirakit kembali
  2. Kotak lipat yang dapat dirakit kembali dan yang tidak dapat dirakit kembali

9.7. Kemasan Bahan Pangan Segar
          Terdapat dua metode yang berbeda untuk pengemasan bahan pangan, penyimpanan dan pengiriman, yaitu :
  1. Kotak dan nampan (berat 20 kg)
  2. Tabung kontainer untuk produk kentang dan apel (150 kg)
Bahan yang biasa digunakan adalah kayu gergajian, kayu lapis tipis dan papan keras (hardboard).  Kayu berwarna terang lebih baik, karena kayu yang berwana gelap banyak mengandung tanin, sehingga dapat mengurangi daya awet bila berhubungan langsung dengan produk. 

9.8. Pelat Kayu
          Secara umum pelat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu pelat yang bersifat tidak dapat digunakan kembali (expandable pallet) dan pelat yang bersifat permanen atau untuk beberapa kali perjalanan.

10. GELAS (KACA)
          Kemasan gelas telah digunakan selama berabad-abad lamanya dan tetap merupakan media pengemasan yang penting hingga saat ini secara fisik, gelas adalah suatu cairan dengan viscositas sangat tinggi yang mengalami pendinginan.  Secara kimia, wadah gelas adalah suatu campuran oksida anorganik dari berbagai jenis komposisi.  Sebagian besar wadah gelas adalah dari tipe soda-kapur-silika.
          Wadah gelas umumnya terdiri dari 70-75 % natrium dan kalsium silikat, 6-12 % kalsium dan magnesium oksida dan sejumlah kecil oksida-oksida dari aluminium barium dan logam lain.  Bahan-bahan tersebut dicampur dengan ”cullet” atau hancuran gelas dan wadah yang pecah atau rusak dan campuran tersebut kemudian dicairkan dalam tungku pembakaran pada suhu 2.700oC (Suyitno, 1990).
          Sifat kimia yang stabil memungkinkan wadah tersebut dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama tanpa kerusakan.  Sifat gelas yang tembus pandang sebagai wadah pangan dapat dimanfaatkan untuk tujuan komersial guna merangsang konsumen, karena calon pembeli dapat melihat dan meneliti bahan pangan sebelum membeli.


Tabel 2. Susunan Kimia untuk Kemasan Gelas Jenis ”White Flint”
No
Komposisi Kimia
Rumus Kimia
Prosentase
1
Silika
SiO2
73,0
2.
Soda Abu
Na2O
13,0
3.
Potasium Oksida
K2O
0,44
4.
Batu Kapur (kalsium oksida)
CaO
11,7
5.
Magnesium oksida
MgO
0,19
6.
Aluminium oksida
Al2O3
1,43
7.
Besi oksida
Fe2O3
0,048
8.
Belerang trioksida
SO3
0.19

Warna gelas
          Selain gelas bening terdapat juga gelas yang berwarna.  Dengan cara menambahkan bahan kimia pada gelas tersebut.

Tabel 3. Berbagai Bahan Kimia yang Ditambahkan Untuk Memberi Warna
               Wadah Pada Gelas.

No
Warna
Bahan Tambahan
1.
Merah
Tembaga, tembaga oksida, kadmium sulfida
2.
Kuning
Besi oksida, antimon oksida
3.
Kuning-kehijaun
Khrom oksida
4.
Hijau
Besi sulfat, khrom oksida
5.
Biru
Kobalt oksida
6.
Ungu
Mangan
7.
Hitam
Besi oksida dalam jumlah banyak
8.
Opal
Kalsium florida
9.
Abu-abu
Karbon dan senyawa belerang


10.1. Teknik menutup wadah
          Penutup wadah atau menyumbat botol merupakan bagian penting dari rantai proses pengemasan.  Bagian penutup atau sumbat seringkali merupakan bagian yang terlemah dari sistem perlindungan terhadap gangguan pencemaran dari luar.  Bila dalam menutup wadah kurang tepat akan menyebabkan jasad renik masuk dan akan mencemari atau merusak bahan makanan yang berada dalam wadah.  Berdasarkan fungsinya, penutup wadah gelas dapat dibagi menjadi tigagolongan sebagai berikut :
1.      Penutup yang dirancang untuk menahan tekanan dari dalam wadah gelas
2.      Penutup yang dapat menjaga keadaan hampa udara di dalam wadah gelas
3.      Penutup yang dirancang semata-mata untuk mengamankan bahan pangan yang ada di dalam kaleng.
Bahan sumbat dari besi dilapisi oleh lapisan sejenis vernis untuk menghindari kontak langsung dengan bahan pangan.  Bahan sumbat dari aluminium digunakan untuk air (air mineral), minuman tanpa gas, susu, yogurt dan sebagainya.  Sedangkan sumbat dari bahan plastik selain digunakan untuk minuman yang tidak bergas, jiga untuk makanan dalam bentuk tepung.
          Berbagai tipe sumbat yang dapat dijumpai di pasaran.  Sebagai contoh 4 tipe botol yang banyak dikenal yaitu : sumbat mahkota, eurocap, white cap (pry off dan twist off).  Sumbat mahkota merupakan penutup yang paling banyak digunakan.  Seng biasa digunakan sebagai sumbat botol bir, botol kecap dan sebagainya.






















III. Penerapan Pengemasan Dalam Perikanan

a. Pengemasan pada Handling ikan segar
          Setelah ikan ditangkap, biasanya dimasukkan ke dalam pengemas dari kayu, plastik yang sama, biasa juga digunakan untuk pendistribusian akhir-akhir ini pemakaian kayu sudah agak dikurangi.  Bak plastik yang lebih higienis, ringan dan kuat diganti oleh plastik yang terbuat dari Low Density Polyethilene (LDPE), Hight Density Polyethilene (HDPE).  Idealnya bak ikan hendaknya mempunyai beberapa sifat :
1.      Cukup ukuran untuk berbagai ukuran yang ditangani
2.      Mudah dibersihkan, disimpan efektif untuk transportasi ikan dingin
3.      Memudahkan dalam penentuan berat ikan ketika ikan dipasarkan
4.      Murah harganya
Bila menggunakan es maka box ikan harus mempunyai lubang, untuk memudahkan pembuangan air es yang meleleh.
b. Pengemasan pada produk perikanan
a.   Udang dengan pembekuan IQF (Individual Quick Frozen).  Pada udang dilapisi plastik untuk kemasan 2 kg, lalu udang disusun berbaris dalam plastik sampai penuh, lalu tambah air untuk membentuk produk sesuai dengan bentuk pan dan untuk mencegah dehidrasi, lalu dibekukan. Pada master karton dilapisi plastik poyethilene, lalu blok udang beku dimasukkan secara bertingkat sesuai dengan berat yang telah ditentukan, lalu plastik dirapikan, master carton ditutup lalu dilakban dan diikat dengan menggunakan stripping belt.
b.   SS Natural Fillet (scarlet snapper/kakap merah).  Ikan dibungkus (dikemas) satu per satu dengan lembaran plastik polyethilene, lalu disusun di pan dengan cara bagian kepala selalu menghadap ke sisi pan, lalu bekukan.  Setelah beku, ikan beku diletakkan di inner carton tanpa dilapisi plastik.  Inner carton sudah disesuaikan ukurannya sesuai dengan net weight product
c.    SS WGGS (Whole Gilled Gutted Scaled/kakap merah utuh, dihilangkan insang, sisik dan isi perut).
     Ikan disusun di pan secara serong/agak tidur. Tiap ikan dilapisi plastik biru agar tidak lengket yang dapat menyebabkan daging ikan rusak.  Setelah ikan beku, ikan diglazing terlebih dahulu, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik polyethilene satu saku.  Lalu masukkan ke dalam master carton (MC) yang sudah dilapisi plastik dengan cara disusun rapi hingga seluruh ikan masuk ke dalam mc sesuai dengan net weightnya, lalu mc ditutup, dilakban dan diikat dengan menggunakan stripping belt





2 komentar:

  1. Wah, materi ini sangat membantu dalam hal jenis jenis bahan kemasan

    BalasHapus
  2. ayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
    hanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
    ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
    untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
    terimakasih ya waktunya ^.^

    BalasHapus