Ibarat orang akan memilih pasangan hidup yang harus mengerahui
dulu asal-usulnya, memilih ikan yang akan dipelihara juga harus mengetahui
seluk beluknya. Ini bukan berarti ikan tersebut harus menuruti kemauan manusia tetapi
manusialah yang harus menuruti kemauan ikan agar kehidupannya dan perkembangannya
sesuai dengan yang diharapkan. Ada
lima hal
penting yang harus diketahui dari ikan bawal yaitu silsilah, morfologi,
lingkungan hidup, kebiasaan makan, dan kebiasaan berkembang biak.
A. Silsilah
Seorang ahli perikanan bernama Bryner mengemukakan
silsilah (sistematika) ikan bawal
air tawar sebagai berikut :
Filum :
Chordata
Subfilum :
Craniata
Kelas : Pisces
Subkelas : Neoptergii
Ordo :
Cypriniformes
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Characidae
Genus :
Colossoma
Spesies : Colossoma
macropomum
B. Morfologi
Bila silsilah ikan bawal sudah diketahui, hal kedua yang
perlu diketahui adalah morfologi (bagian luar tubuh). Dari arah samping, tubuh bawal tampak membulat (oval)
dengan perbandingan antara panjang dan tinggi 2 : 1. Bila dipotong secara vertikal,
bawal memiliki bentuk tubuh pipih (compresed) dengan
perbandingan antara tinggi
dan lebar tubuh 4 : 1.
Bentuk tubuh seperti
ini menandakan gerakan ikan bawal tidak cepat seperti
ikan lele atau gross carp. Tetapi lambat
seperti ikan gurame dan tambakan. Sisiknya kecil berbentuk ctenoid, di mana setengah bagian sisik belakang menutupi sisik
bagian depan. Warna tubuh bagian atas abu-abu gelap, sedangkan bagian hawah
berwarna putih. Pada bawal
dewasa, bagian tepi sirip perut, sirip anus, dan bagian bawah sirip
ekor berwarna merah. Warna merah ini merupakan dri khusus bawal sehingga oleh
orang Inggris dan Amerika disebut
red bally pacu.
Dibanding dengan badannya, bawal memiliki kepala kecil
dengan mulut terletak di ujung kepala, tetapi agak sedikit ke atas. Matanya kecil dengan lingkaran
berbentuk seperti cincin. Rahangnya pendek dan kuat serta memiliki gigi seri
yang tajam. Bawal memiliki 5 buah
sirip, yaitu sirip punggung, sirip dada,
sirip perut, sirip anus,
dan sirip ekor.
Sirip punggung tinggi
kecil dengan sehuah jari-jari
agak keras, tetapi tidak tajam, sedangkan jari- jari lainnya lemah.
Berbeda dengan sirip
punggung bawal laut
yang agak panjang, letak
sirip ini pada bawal air tawar agak ke belakang. Sirip dada, sirip perut,
dan sirip anus
kecil dan jari-jarinya
lemah. Demikian pula dengan
sirip ekor, jari-jarinya lemah, tetapi berbentuk cagak.
C. Lingkungan
Hidup
Sama seperti ikan lain, bawal pun menghendaki lingkungan
yang baik dan sesuai untuk hidupnya. Untuk mengetahuinya, dilakukan pengamatan
di habitat aslinya. Di Brasil, bawal banyak ditemukan di sungai Amazon dan
sering juga ditemukan di sungai Orinoco ,
Venezuela .
Hidupnya bergerombol di daerah yang aliran sungainya deras tetapi ditemukan pula di daerah yang airnya
tenang, terutama saat benih. Untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi bawal ada
banyak hal yang hams diperhatikan, terutama dalam memilih lahan usaha, di
antaranya ketinggian tempat, jenis tanah, dan air.
1. Ketinggian
tempat
Ketinggian tempat merupakan letak suatu tempat atau
daeral yang diukur dari permukaan
laut sebagai titik nolnya. Ketinggian suatu
tempat erat hubungannya dengan suhu karena semakin tinggi letak suatu tempat maka suhunya semakin rendah. Suhu sangat berpengaruh
terhadap makhluk hidup, terutama dalam proses metabolisme, semakin tinggi suhu
maka semakin tinggi metabolisme Dari
hasil pengamatan, bawal dapat hidup dengan baik pad ketinggian antara 100 - 800 m di atas permukaan laut dengan suhu air
25 - 30° C. Ini
berarti banyak daerah di Indonesia yang
bisa dijadikan lahan budidaya bawal.
2. Jenis tanah
Jenis tanah perlu diketahui agar kolam yang akan dibuat
memenuhi persyaratan dan subur. Dalam kolam yang subur akan tumbuh pakan alami yang dibutuhkan ikan
bawal. Dengan pakan alami yang melimpah, ikan bawal akan hidup dengan baik dan
tumbuh dengan cepat.
Di Indonesia, ada empat jenis tanah yang sudah dikenal,
yaitu tanah liat (lempung berpasir), tanah terapan, tanah berfraksi kasar, dan
tanah berkerikil (berbatu). Dari keempat jenis tanah tersebut, tanah liat
merupakan jenis tanah yang paling cocok dibuat kolam budidaya bawal karena
mudah dibuat kolam dengan pematang yang kokoh
dan kondisinya subur. Cara mudah mengetahui jenis tanah dilakukan dengan cara
menggenggam. Tanah liat dicirikan dengan
tanah tersebut mudah dibentuk, tidak pecah, dan tidak melekat di tangan. Petunjuk lain di lapangan
adalah dengan melihat pertumbuhan padi. Bila tanaman padi dapat tumbuh subur,
berarti tanah tersebut termasuk
tanah liat.
3. Air
Sebagai media hidup ikan, air perlu diketahui sebelum
memulai usaha budi daya ikan.
Berhasil atau tidaknya budidaya ikan tersebut sangat ditentukan oleh kondisi airnya. Demikian juga air untuk
budi daya bawal. Air yang kondisinya
baik dapat memberikan hasil yang memuaskan.
Sebaliknya bila kondisi kurang baik tidak akan memberikan hasil yang memuaskan.
Ada tiga faktor
yang harus diperhatikan pada air,
yaitu sumber, kuantitas, dan kualitas.
a. Sumber air
Air untuk kolam budi daya ikan dapat berasal dari sungai,
irigasi, atau saluran air lainnya. Ketiga sumber air itu memiliki kelebihan dan
kekurangan, terutama bila ditinjau dari segi ekonomis dan skala usahanya.
1). Air
sungai
Air sungai sebelum dialirkan ke kolam-kolam, harus dibuat
dulu bendungan besar. Namun, pembuatan
bendungan ini akan membutuhkan biaya yang besar sehingga bila digunakan untuk
perkolaman yang sempit agak kurang efisien. Air sungai cocok untuk perkolaman
yang sangat luas, minimal 100 kolam, karena
debit airnya sangat besar.
2). Air irigasi
Air irigasi sebelum dialirkan ke kolam-kolam juga harus
dibuat dulu pintu air. Ini pun
memerlukan biaya yang tidak sedikit sehingga
air yang berasal dari irigasi ini akan cocok untuk perkolaman yang luasnya
sedang, minimal 10 kolam. Bila digunakan untuk perkolaman yang sempit kurang
cocok karena airnya banyak yang
terbuang.
3). Air dari
saluran kecil
Air yang berasal dari saluran kecil cocok untuk kolam
yang sempit atau kecil karena tidak diperlukan pembuatan bendungan atau pintu
air, tetapi cukup dibuat gundukan batu. Air ini kurang cocok untuk perkolaman
yang luas karena debit airnya sangat kecil.
Khusus
untuk hatchery (bangsal benih) airnya harus berasal dari mata air atau sumur
karena air yang dibutuhkan harus jernih, tidak perlu debit yang besar.
b. Kuantitas
Kuantitas atau lebih dikenal dengan debit air perlu
menjadi bahan pertimbangan sebelum
memulai budidaya. Debit air diukur dengan
alat yang disebut current meter. Cara
pengukuran lainnya dengan perhitungan matematis dan pengukuran langsung.
Setiap kolam pemeliharaan bawal, mulai dari pembenihan
sampai pembesaran memerlukan debit air yang berbeda-beda. Untuk kolam pembesaran, debit air yang
diperlukan lebih besar dibandingkan dengan kolam pembenihan. Sebuah kolam
pembesaran yang luasnya 500 m memerlukan air dengan debit rata-rata 11/dtk.
Kolam pembenihan dengan luas yang
sama memerlukan air dengan debit 0,5
1/dtk. Dengan demikian, sungai yang debit airnya 100 1/dtk dapat dimanfaatkan untuk 100 - 200 kolam
pembenihan atau pembesaran. Saluran
irigasi yang debit airnya 20 1/dtk dapat digunakan untuk 20 - 40 kolam pembenihan atau pembesaran. Sedangkan saluran kecil dengan debit 5 1/dtk dapat
dimanfaatkan untuk 5 - 10 kolam pembenihan
atau pembesaran.
c. Kualitas
Faktor terakhir yang harus diperhatikan dari air adalah
kualitas. Kelangsungan hidup ikan
sangat dipengaruhi oleh kualitas airnya.
Kualitas airlah yang menjadikan ikan hidup dengan baik dan tumbuh dengan
cepat. Bila kualitasnya kurang baik, air dapat menyebabkan ikan lemah, nafsu
makan menurun, dan mudah terserang penyakit.
Oleh sebab itu, kualitas air untuk ikan bawal harus sesuai dengan yang
dibutuhkan. Parameter untuk mengetahui kualitas air meliputi sifat fisika (warna, kekeruhan, suhu), sifat kimia
(kandungan oksigen, karbondioksida, pH, amoniak, alkalinitas), serta sifat biologi (binatang-binatang yang hidup
di perairan tersebut).
TABEL
1. PARAMETER KUALITAS AIR UNTUK IKAN BAWAL
Parameter
|
Nilai
|
Suhu
Warna
Kekeruhan
Oksigen
Karbondioksida
pH
amoniak
alkalinitas
|
25-300 C
hijau kecoklatan
20-40 cm oleh plankton
minimal 4 mg/l
maksimal 25 mg/l
7-8
maksimal 0,1 mg/l
50-300 mg/l
|
d. Makanan
Setiap ikan mempunyai kebiasaan makan yang berbeda. Ada tiga golongan ikan berdasarkan kebiasaan makan
yaitu ikan yang biasanya
makan (feed habit) di dasar perairan,
di tengah, dan di permukaan. Apabila
dilihat dari jenis makanannya, ikan digolongan dalam tiga golongan pula, yaitu herbivora (pemakan tumbuhan), karnivora (pemakan hewan/daging), dan
omnivora (pemakan tumbuhan maupun hewan/daging).
Hasil penelitian menunjukan, bahwa bawal tergolong
omnivora. Meskipun tergolong
omnivora, ternyata pada masa kecilnya (larva), bawal lebih bersifat karnivora. Jenis hewan yang paling disukai
adalah Crustacea, Cladocera, Copepoda, dan Ostracoda.
Pada umur dua hari setelah menetas, mulut larva mulai
terbuka, tetapi belum
bisa menerima makanan
dari luar tubuh,
makanannya masih dari kuning telurnya. Umur empat hari, kuning yang diserap
tubuh sudah habis dan pada saat itulah larva mulai mengonsumsi makanan dari luar.
Dalam pembenihan buatan, larva ikan
bawal hingga umur 8 - 9 hari diberi pakan tambahan berupa artemia. Setelah itu, diberi cacing sutera sampai larva umur 14
hari. Selain artemia dan cacing sutera, larva bawal juga bisa diberi rotifera,
jenis brachionus untuk larva umur 3 - 6 hari, Moina yang baru menetas untuk larva umur 6 - 9 hari dan Moina dewasa untuk larva umur 9 - 14 hari. Perlu
diketahui pula bahwa larva bawal yang
habis kuning telurnya mempunyai sifat kanibal yang tinggi. Terlebih lagi pada saat pakannya kurang. Oleh karenanya, pada saat itu pakan harus cukup tersedia.
Meskipun ikan bawal tergolong ikan omnivor, dalam pemeliharaannya dapat diberi
pakan tambahan berupa pelet,
ikan-ikan kecil, dan daging keong mas.
Apabila diamati kebiasaan makannya, bawal tergolong ikan yang lebih suka makan di bagian tengah
perairan. Dengan kata lain, bawal
bukanlah ikan yang biasa makan di dasar (bottom feeder) atau di permukaan (surface feeder).
e. Kebiasaan berkembang biak
Hal penting lainnya yang perlu diketahui dari ikan bawal
adalah kebiasaan berkembang biaknya. Pengetahuan ini penting terutama untuk
keberhasilan kegiatan pembenihan sabagai tahap awal dalam budi daya bawal.
Membedakan bawal jantan dan bawal betina pada saat kecil masih sulit. Beberapa
tanda yang bisa dilihat adalah bawal betina memiliki tubuh yang lebih gemuk,
sedangkan bawal jantan selain lebih
langsing, warna merah pada perutnya Iebih menyala. Apabila sudah matang gonad,
perut betina akan terlihat gendut dan gerakannya lamban. Adapun bawal jantan
selain agresif dan bila dipijat ke
arah anus akan keluar cairan berwarna putih
susu.
Seperti ikan lainnya, bawal pun biasanya memijah pada
awal dan selama musim hujan. Di
Brazil dan Venezuela ,
kejadian itu terjadi pada bulan Juni dan Juli. Adapun di negara-negara lainnya, bawal dapat mengikuti musim yang ada,
misalnya di Indonesia
kematangan gonad bawal terjadi pada bulan Oktober sampai April.
Sebelum musim pemijahan tiba, induk yang sudah matang
gonad akan mencari tempat yang cocok untuk melakukan pemijahan, Daerah yang paling disukai adalah hulu
sungai yang biasanya pada musim
kemarau kering, sedangkan pada musim
hujan tergenang. Daerah seperti ini dapat memberi rangsangan dalam memijah.
Saat pemijahan berlangsung, induk jantan akan mengejar
induk betina. Induk betina kerap
kali akan membalas dengan cara menempelkan perut ke kepala induk jantan.
Apabila telah sampai puncaknya, induk jantan dan induk betina akan bergerak
lebih gesit. Pada saat itu, induk
betina akan mengeluarkan telur dan induk jantan mengeluarkan sperma. Telur yang
sudah keluar akan dibuahi dalam air
(di luar tubuh).
Telur-telur yang sudah dibuahi akan tenggelam, tetapi
tidak menempel pada tanah atau benda
lainnya. Dalam beberapa menit, telur
akan mengembang 3 - 5 kali lipat diameter
dan bila kena aliran air akan
melayang. Bila suhu airnya optimal, telur akan menetas dalam waktu 18 - 24 jam. Larva yang baru menetas akan
mencari daerah yang aman dengan air
yang tenang agar tidak terbawa arus.
Seperti kebanyakan ikan, kematangan gonad antara induk
jantan dan induk betina berbeda. Biasanya kematangan induk jantan lebih cepat dibandingkan induk betina.
Salah satu sumber/literature menyebutkan,
induk betina bawal sudah mulai memijah pada umur 4 tahun dengan berat 4 kg, sedangkan induk jantan berumur 3 tahun dengan berat 3 kg. Namun, beberapa
petani mengungkapkan pengalamannya bahwa bawal betina yang berumur 3 tahun
dengan berat 3 kg sudah matang gonad
dan berhasil dipijahkan. Adapun bawal jantan
matang gonad lebih awal, yaitu umur 2,5 tahun dengan berat 2,5 kg. Satu ekor
induk betina yang beratnya 4 kg dapat menghasilkan telur sebanyak 500.000
butir. Induk-induk ini akan bertelur setahun
kemudian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar