Senin, 25 Maret 2019

MENGENAL BIOLOGI IKAN PATIN


Beberapa aspek biologi ikan patin jambal (Pangasius jambal) yang dikemukakan untuk menambah aspresiasi bagi petugas teknis antara lain : morfologi dan klasifikasi , habitat dan penyebaran , kebiasaan makan dan makanan,  pembiakan di alam, gonada perkembangan telur menjadi larva, dan lingkungan perairan.
Semoga makalah dapat bermanfaat bagi kita semua mengingat ikan patin jambal mempunyai keunggulan-keunggulan :
  1. mempunyai rasa yang enak, gurih dan disukai masyarakat
  2. toleransi terhadap lingkungan
  3. dapat diberikan pakan buatan
  4. pertumbuhan cepat
  5. teknologi pembesarannya sudah dikuasai
  6. mempunyai pemasaran dan pangsa pasar  yang jelas
  7. dapat dikembangbiakan secara buatan
  8. relatif tahan terhadap hama dan penyakit
Ikan patin jambal (Pangasius jambal)  memiliki ciri khusus, yaitu kulit halus, dua pasang sungut yang relatif pendek, jari-jari sirip punggung dan sirip dada sempurna dengan tujuh jari-jari bercabang, sebuah sirip lemak berpangkal sempit, sirip dubur panjang dan bersambung dengan sirip ekor, sirip ekor bercagak dalam, letak mulut agak mengarah ke depan (Kottelat, 1993).
          Klasifikasi Ikan Patin  Jambal adalah sebagai berikut :
          Ordo                       : Ostrariophysi
          Famili                      : Pangasidae
          Genus                     : Pangasius
          Spesies                   : Pangasius jambal
Hamilton (1822),  mengemukakan bahwa  Pangasius pangasius
mempunyai nama sebutan lain seperti : Pangas catfish, River catfish, Trey pra, Pa souei, Djuara, Lawang, Patin, Pla sawai, Cá xanh ky, Djambal, Punagas, Pangas, Pangash, Ponga, Jambal.
Scientific Name                  :Pangasius pangasius
Family/Order/Class          :Pangasiidae (Shark catfishes)
SubFamily /                    :Siluriformes / Actinopterygii (ray-finned fishes)
Common Name                    :Yellowtail catfish

Famili Pangasidae terdapat dua genera, yaitu Pangasius Valenciennes, 1840 dan Helicophagus Bleeker, 1858 (Roberts dan Vithayanon, 1991). Genus Pangasius mempunyai 17 jenis yang terdapat di Indo-China dan Thailand (11 jenis), Malaysia dan Indonesia (9 jenis). Di Malaysia genus ini memiliki tiga jenis saja.
Nama ilmiah beberapa jenis Pangasius mengalami perubahan, diantaranya Pangasius pangasius yang dahulu sering disebut sebagai salah satu jenis patin yang berada di Indonesia, ternyata suatu kekeliruan. Jenis tersebut hanya terdapat di Asia Selatan seperti Pakistan, Bangladesh, India dan Burma. Jenis yang diidentifikasi sebagai Pangasius Pangasius sebenarnya adalah Pangasius djambal yang terdapat di Jawa dan Kalimantan. Jenis patin ini dapat mencapai panjang (baku) sedikitnya 60 cm. Sedangkan nama jenis patin impor dan sudah banyak dibudidaya sekarang dikenal dengan nama Pangasius sutchi telah mengalami perubahan (sinonim) sebagai Pangasius hypophthalmus (Roberts dan Vithayanon, 1991). Jenis ikan patin yang dapat mencapai ukuran besar dari Sumatera (Jambi, Batanghari) dan Kalimantan (Barito dan Kapuas) adalah Pangasius nasutus.
3.  Habitat, kebiasaan makan dan makanan
Di alam, patin jambal ditemukan berukuran lebih dari 24 kg dengan panjang lebih dari satu meter.  Tambahan pula, ikan ini mempunyai  ketahanan yang tinggi terhadap penyakit dan sangat toleran pada perubahan kondisi kimia dan fisika air dan juga sangat mudah dipelihara (Praseyto, 1996).
Ikan patin jambal  banyak terdapat di sungai-sungai, mulai dari bagian hilir (muara sungai) daerah pasang surut, bagian tengah dan hulu. Jenis patin lokal seperti Pangasius nasutus bersifat karnivora, pemakan ikan, udang, insekta, siput.  Adapula jenis patin yang bersifat omnivora, seperti pada sadarin (Pangasius polyuranodon) (Djajadiredja dkk., 1977).  Ikan jambal siam adalah omnivora, yaitu pemakan jasad hewani dan tumbuh-tumbuhan air, seperti alga benang, kangkung dan sebagainya.  Di tempat pemeliharaan jenis ikan sangat responsif terhadap pakan berbentuk pelet.  Namun saat larva bersifat karnivora. Makanan yang disukainya Brachinus sp, Crustacea, Caladocera. Larva yang baru habis kuning telurnya mempunyai sifat kanibal yang tinggi.
4.  Pembiakan di alam
Ikan patin jambal  di perairan alam, seperti halnya jenis-jenis ikan sungai lainnya memijah pada musim hujan.  Di sungai Indragiri (Riau), pada musim pemijahan ikan patin bermigrasi dari muara ke hulu. Pada musim pemijahan ini ikan patin banyak ditangkap dengan jaring yang dipasang melintang dan dihanyutkan. Ikan Patin yang tertangkap sedang mengandung telur yang matang dan pada ikan jantan sudah mengandung sperma.

Ukuran fingerling (benih mudah) biasanya berada dibatasi oleh musim hujan yaitu bulan Oktober hingga Maret (Hardjamulia dkk, 1981).   Secara alami, perkembangan gonada ikan jambal dipengaruhi oleh lingkungan seperti suhu air, fluktuasi ketinggian air, curah hujan. Menurut Huisman dan Ritcher, (1987)  umumnya ikan jambal  mengalami kematangan pada musim hujan dari bulan Oktober – April. 
Irama  tahunan perkembangan gonada terbagi atas tiga periode. Periode pemijahan pada bulan Mei  sampai Agustus dimana  pituitary gonadotropin  ditemukan mencapai puncak maksimum. Periode istirahat  (Resting period) (September-February), gonadal steroidogenesis banyak direduksi , gametogenesis belum terlihat , pituitary gonadotropin mengalami penurunan. Periode ketiga adalah pasca pemijahan   (prespawning period) berkarakteristik terjadinya peningkatan kandungan   pituitary gonadotropin.
5.  Gonada Jantan dan Betina Ikan Patin Jambal
Induk jambal sudah mulai dapat dipijahkan setelah berumur 4 tahun dan memijah pada musim hujan. Tanda-tanda induk yang matang Gonad :
·         Betina   : 
perut nampak besar, lembek dan lubang kelamin berwarna kemerahan.  Khusus untuk ikan betina saja, adalah induk gelisah, sering bergerak ke    per mukaan air, serta bergerak dengan menggerak-gerakkan ekornya.
·         Jantan   :
lubang kelamin berwarna kemerahan dan bila dipijit ke arah lubang kelamin akan keluar cairan berwarna putih (sperma).
6. Perkembangan Telur Menjadi Larva  
Bila kita memijahkan ikan patin jambal secara buatan , telurnya  bersifat lekat jika diberi air akan bergumpal. Untuk mengurangi penggumpalan, telur pada waktu dicuci diaduk terus dengan bulu ayam dan penambahan larutan garam tertentu. Khususnya pada ikan jambal siam, sifat daya lekat telur ini bervariasi secara individual. Ada induk yang menghasilkan telur dengan daya lekatnya tinggi, dan ada pula yang daya lekatnya rendah.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian telur jambal berukuran sekitar 1,3 – 1,5  mm. Telur menetas sekitar 24 jam pada suhu 24-28o C. Larva yang baru menetas berukuran sekitar 3,1 mm dengan bobot sekitar 0,6 - 1,6 mg yang mengandung kuning telur. Kuning telur mulai habis diserap pada hari kedua dan pada hari ketiga kuning telur sudah tidak nampak lagi. Mulut sudah terbentuk dan terbuka pada hari pertama.
7.  Lingkungan Perairan Ikan Patin Jambal
Ikan patin jambal termasuk golongan benthopelagic (perenang cepat ), di alam ikan ini hidup perairan tawar  sampai perairan payau,  kisaran derajat keasaman (pH): 6 - 7.5 , sedangkan  kisaran kedalaman  - 50 m, dan suhu perairan berkisar 23 - 28°C.   Untuk itu agar budidayanya dapat berjalan baik,  nilai pH hendaknya minimal 6. Kualitas air lainnya seperti kadar oksigen  terlarut di sungai dan danau atau waduk biasanya tinggi lebih besar dari kadar minimal, yaitu 5 mg/liter. Sebaiknya air jernih dengan daya cerah minimal 70 cm. Suhu sebaiknya berkisar 23-30o C.



Daftar Acuan
Djajadiredja, R., Sri Hatimah, Z. Arifin. 1977. Buku pedoman pengenalan sumber perikanan darat. Direktorat Jenderal Perikanan. Dep. Pertanian. Jakarta.
Hardjamulia, Atmadja. 1975. Budidaya ikan introduksi. SUPM. Bogor.
Hardjamulia, A., R. Djajadiredja, S. Atmawinata dan D. Idris. 1981. Pembenihan ikan jambal siam (Pangasius sutchi) dengan suntikan ekstraks kelenjar hipofisa ikan mas (Cyprinus carpio). Bul. BPPD, Vol.1 No. 2.
Hardjamulia, A., T. H. Prihadi dan Subagyo, 1986. Pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan dan daya kelangsungan hidup benih ikan jambal siam (Pangasius sutchi). Bul. Penelitian Perikanan Darat, Vol.5 No.1 : 111 - 117.
Huisman, and Richter, C.J.J.   1987.   Reproduction, Growth, Health Control and Aquaculture Potential of The African Catfish, Clarias gariepinus.  Elsevier Science.  Publishers B.V., Amsterdam. P: 1 – 10.
Kottelet, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo, 1993. Freshwater fishes of western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited. Jakarta.
Permana, Edy. 1987. Perkembangan larva ikan jambal siam (Pangasius sutchi Fowler). Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Prihastowo, Hary. 1987. Pengaruh frekuensi pemberian makanan terhadap kelangsungan hidup burayak jambal siam (Pangasius sutchi Fowler). Tesis. Institut Pertanian Bogor.
Roberts, T. and C. Vidthayanon. 1991. Systematic revisaion of the Asian catfish family Pangasidae, with biological observations and descripsions of three new species. Proc. Acad. Nat. Sci. Philadelphia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar