Rabu, 02 November 2022

Penyebaran Kerapu


Penyebaran Kerapu




Ikan kerapu lumpur adalah ikan yang termasuk dalam ikan migratory. Ikan tersebut merupakan ikan karang yang sering ditemukan di kawasan terumbu karang di daerah intertidal. Ikan kerapu lumpur (Epinephelus coioides) menggunakan terumbu karang didaerah intertidal karena faktor kondisisi biofisiknya cocok sebagai tempat memijah dan asuhan bagi perkembangan larvanya . Panjang ikan ini umumnya 50-70 cm, namun juga bisa mencapai 150 cm. Penangkapan ikan ini menggunakan alat tangkap seperti pancing, trawl, bubu dan rawai dasar. Persebaran ikan ini yaitu diseluruh perairan Indonesia terutama laut Jawa, bagian timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, Kalsel, Arafuru, ke utara sampai Teluk Benggala, Teluk Silam, Laut Cina Selatan sampai perairan tropis Australia. Ikan ini dipasarkan dalam bentuk segar, asin-kering dengan harga sedang.
 Ikan kerapu merupakan salah satu ikan laut ekonomis penting yang sekarang ini banyak dibudidayakan dan merupakan komoditas ekspor. Sebagai contoh kerapu tikus atau kerapu bebek pada saat berukuran 5-10 cm merupakan ikan hias yang mahal dengan harga Rp 6.000-10.000/ekor . Sedangkan ikan yang berukurtan konsumsi dalam keadaan masih hidup di jual dengan harga Rp 300.000-350.000/kg. Permintaan ikan kerapu dipasaran untuk ukuran 5-10 cm sebanyak 30.000-60.000 ekor/bulan dan untuk ikan kerapu ukuran konsumsi sebanyak 20-30 ton/bulan
Perkembangan kehidupan kerapu tikus sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan tempat hidupnya. Faktor lingkungan tersebut antara lain : suhu, cahaya, salinitas, arus. Fluktuasi kedaan lingkungan mempunyai pengaruh yang besar terhadap periode, migrasi musiman serta terdapatnya ikan. Keadaan perairan serta perubahannya juga mempengaruhi kehidupan dan pertumbuhan ikan (Baskoro, et al. 2010).
Daerah penyebaran ikan kerapu cukup luas, tetapi tentu saja ada daerah-daerah yang cukup spesifik untuk penyebarannya. Daerah penyebaran kerapu bebek dari Afrika Timur hingga Pasifik Barat Daya. Perairan Indonesia sendiri memiliki potensi perairan karang yang cukup luas. Perairan Indonesia yang populasi kerapunya cukup banyak adalah perairan Sumatera, Jawa, Sulawesi, P. Buru, dan Ambon. Sementara itu, daerah penyebaran kerapu macan adalah Afrika Timur, Kep. Ryukyu (Jepang Selatan), Australia, Taiwan, Mikronesia, dan Polinesia.
Penyebaran kerapu sunu di Indonesia terdapat di Kep. Seribu, Kep. Riau, Lampung, Bangka Selatan, Kep. Karimunjawa, serta seluruh perairan terumbu karang. Sementara itu, untuk daerah penyebaran kerapu lumpur meliputi Teluk Banten, Kep. Seribu, Segara Anakan, Lampung, Perairan Arafuru, Teluk Cempe, dan Kupang.
Perkembangan dan Pertumbuhan
Perkembangan dan pertumbuhan kerapu dapat digunakan sebagai barometer atau tolok ukur keberhasilan dalam memelihara ikan tersebut. Perkembangan sangat terkait dengan penambahan jumlah secara fisik pada ikan. Sementara itu, pertumbuhan sangat berhubungan dengan perubahan fisik dari ikan tersebut dari kecil hingga menjadi besar.
1.     Perkembangan
Perkembangan merupakan upaya ikan untuk memperbanyak diri dalam rangka mempertahankan keturunannya. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan reproduksi atau pemijahan. Kerapu termasuk jenis ikan yang akan mengalami perubahan kelamin (sex reverse) semasa hidupnya. Kelamin kerapu dari awal perkembangan hingga mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina. Akan tetapi, setelah tumbuh besar atau umumnya bertambah tua, kerapu menjadi jantan. Pergantian kelamin ini dinamakan hermaprodit protogini. Perubahan ini disebabkan faktor umur, ukuran, aktivitas pemijahan, dan indeks kelamin. Karena faktor ini, setiap jenis kerapu mengalami kematangan gonad pada ukuran dan umur yang berbeda.
Untuk mempercepat kematangan gonad bisa dilakukan dengan penggunaan hormone LHRHa. Cara menentukan jenis kelamin kerapu jantan dan betina bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan mengurut perut ikan kerapu di bagian atas turun ke bagian atas turun ke bawah arah lubang genital. Jika sudah matang gonad, kerapu betina akan mengeluarkan telur dan kerapu jantan akan mengeluarkan sperma. Cara lainnya adalah menggunakan metode kanulasi, yaitu dengan memasukkan selang kanula atau kateter berdiameter 1 mm ke dalam lubang genital kerapu sedalam 5-10 cm. Dari situ, selang akan mengisap telur maupun sperma sehingga akan diketahui kelaminnya.
Pemijahan biasanya akan terjadi pada malam hari sekitar pukul 20.00-03.00 dini hari. Jantan akan berputar-putar mengikuti gerakan betina. Selang beberapa saat, kerapu betina akan mengeluarkan telurnya, lalu diikuti kerapu jantan yang menyemprotkan sperma dari lubang genitalnya. Setelah itu, telur akan dibuahi oleh sperma. Telur yang telah dibuahi akan terapung, sedangkan yang tidak terbuahi akan tenggelam. Jika telur melayang, bisa jadi telah dilakukan pembuahan, tetapi tidak sempurna dan jika menetas menyebabkan tubuhnya abnormal. Telur kerapu akan menetas setelah 18-20 jam sejak pembuahan.
2.     Pertumbuhan
Pertumbuhan merupakan pertambahan ukuran panjang atau berat ikan dalam rentang waktu tertentu. Pertumbuhan banyak dipengaruhi oleh banyak faktor dan merupakan proses biologi yang sangat kompleks. Laju pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh faktor dalam dan luar tubuh ikan di antaranya gen, seks,umur, berat, dan penyakit. Cara pengontrolan faktor dari dalam cukup sulit, tetapi Anda dapat melakukannya melalui seleksi induk dan benih secara ketat.
Sementara itu, faktor dari luar yang berpengaruh adalah pakan, suhu, oksigen, ph, kepadatan, dan amoniak. Namun, peran domain dalam keadaan lingkungan normal pakan memberikan dampak positif pada pertumbuhan ikan.
Kebiasaan makan kerapu dapat dilihat dari isi perutnya. Isi perut kerapu yang masih kecil atau muda didominasi krustacea (udang-udangan dan kepiting) sebanyak 83% serta ikan-ikanan sebanyak 17%. Semakin besar, isi perutnya didominasi oleh ikan-ikanan. Jenis udang-udangan yang banyak dijumpai di perut kerapu adalah udang krosok (Parapeneus sp.), udang jerbung (Penaeus marguiensis), dan udang dogol (Metapenaeus sp.).
Sementara itu, untuk jenis ikan-ikanan yang digemari kerapu adalah belanak (Mugil sp.), ikan teri (Stelopterus sp.), tembang (Sardinella sp.), beronang (Siganus sp.), cumi-cumi (Lolligo sp.) dan Jenaha (Lutjanus sp.). Karena makanannya tersebut, kerapu tergolong karnivora dengan kandungan protein tinggi.

Kerapu memiliki kebiasaan pada pagi hari sebelum matahari terbit serta menjelang matahari terbenam. Jika dalam keadaan lapar, kerapu menghadap ke atas dan matanya bergerak-gerak siap memangsa. Biasanya kerapu akan memangsa dan langsung menyergapnya. Kerapu jarang mengonsumsi pakan yang sudah jatuh ke dasar perairan walau keadaan lapar.
Pertumbuhan erat sekali kaitannya dengan nilai produksi sehingga sangat dibutuhkan bagi pelaku pembudidaya. Peningkatan dalam satuan panjang atau bobot per unit waktu dinamakan laju pertumbuhan. Data pertumbuhan yang sering dipakai adalah bobot. Hal ini disebabkan oleh hasil panen dan pemasarannya dinyatakan dalam bobot. Hal ini disebabkan oleh hasil panen dan pemasarannya dinyatakan dalam bobot. Cara menghitung laju pertumbuhan harian (LPH) ikan budi daya dinyatakan dalam persen (%) sebagai berikut:

Keterangan:
LPH = laju pertumbuhan harian
Bo = Bobot ikan rata-rata pada awal pemeliharaan
Bh = Bobot ikan rata-rata pada awal hari ke-h
H = Lama pemeliharaan

Nilai Laju Pertumbuhan Harian (LPH) tergantung pada awal ukuran tebar benih kerapu. Pertumbuhan bobot rata-rata ikan selama waktu pemeliharaan bisa dilihat dari waktu yang dibutuhkan selama pembesaran dan saat ikan mulai dibesarkan.
Konversi pakan juga merupakan cara perhitungan yang berhubungan dengan pertumbuhan dan jumlah pakan. Jumlah pakan (g) yang dimakan ikan untuk menaikkan 1 g berat ikan dinamakan konversi pakan. Misalnya nilai konversi pakan 8, artinya untuk menaikkan 1 g bobot ikan diperlukan 8 g pakan.
Ikan kerapu memiliki konversi pakan yang tinggi sekitar 8-12. Untuk usaha budi daya kerapu termasuk golongan ikan yang memiliki laju pertumbuhan lambat dengan konversi pakan yang tinggi. Nilai konversi pakan kerapu berbeda-beda tergantung suhu serta ukuran ikan. Rumus konversi pakan dihitung sebagai berikut:

Judul Buku: Bisnis dan Budi Daya KERAPU, Penerbit: Penebar Swadaya, Hal: 12-21.


1 komentar: