Senin, 29 April 2019

TEKNIK PEMBENIHAN BAWAL AIR TAWAR

I.   PENDAHULUAN
Bawal air tawar (Colossoma Macropomum) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Ikan ini bersala dari Brazil. Pada mulanya ikan bawal diperdagangkan sebagai ikan hias, namun karena pertumbuhannya cepat, dagingnya enak dan dapat mencapai ukuran besar, maka masyarakat menjadikan ikan tersebut sebagai ikan konsumsi. Sebutan lain ikan bawal adalah Gamitama (Peru), Cachama (Venezuala), Red Bally Pacu (Amerika Serikat dan Inggris). Sedangkan di negara asalnya disebut Tambaqul.
Walaupun ketenalan ikan bawal belum dapat disejajarkan dengan komoditas perikanan lainnya, namun permintaan konsumen setiap tahunnya terus meningkat, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Maka tak heran, bila dimasa akan datang akan menjadi komoditas unggulan seperti jenis-jenis ikan lainnya.

II.     BIOLOGI

v  Secara sistematika ikan bawal termasuk kedalam Genus Chacacoid dan species Colossoma macropomum.
v  Badan agak bulat, bentuk tubuh pipih, sisik kecil, kepala hampir bulat, lubang hidung agak besar, sirip dada dibawah tutup insang, sisip perut dan sirip dubur terpisah, punggung berwarna abu-abu tua, perut putih abu-abu dab merah.
v  Ikan bawal banyak diyemukan disungai-sungai besar seperti  Amazon (Brazil), Orinoco (Venuzuela). Hidup secara bergerombolan di daerah yang airnya tenang.
v  Bawal termasuk ikan karnivora, giginya tajamnamun tidak ganas seperti pranha. Makanan yang disukai pada vase larva adalah Brachionus sp., Artemia sp., Moina sp.
v  Induk bawal sudah mulai dapat dipijahkan pada umur 4 tahun bila pertumbuhannya normal dapat mencapai berat 4 kg.
v  Pemijahanterjadi pada musim penghujan.

III.   PEMBENIHAN

A.    Pemeliharaan Induk

v  Induk-induk dipelihara dikolam dengan kepadatan 0,5 kg/m2. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pellet sebanyak 3% dari berat tubuh ikan dan diberikanan 3 s/d 4 kali per hari. Menjelang musim hujan jumlah pakannya ditambah menjadi 4%. Induk betina yang beratnya 4 kg dapat menghasilkan telur sebanyak ± 400.000 butir.
v  Tanda induk yang matang gonad.
Betina : perut buncit, lembek dan lubang kelamin kemerahan.
Jantan : perut langsing, warnah merah dalam tubuhnya lebih jelas.

B.    Pemijahan

  • Pemijahan bawal baru bisa dilakukan secara Induced Spawning, untuk betina dengan menyuntikan hormon LHRH-a sebanyak 3 ug/kg atau ovaprin 0,75 ml/ kg. Untuk jantan menggunnakan LHRH-a sebanyak 2 ug/kg atau ovaprin 0,5 ml/kg. LHRH-a dilarutkan dalam larutan 0,7 % NaCl.
  • Induk betina di suntik dua kali  dengan selang waktu 8 - 12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian  dari dosis total dan penyuntikan kedua 2/3 nya.
  • Induk yang sudah disuntik dimasukkan kedalam happa pemijahan yang dipasang dalam bak pemijahan. Selama pemijahan air harus tetap  mengalir. Pemijahan biasanya terjadi 3 s/d 6 jam setelah penyuntikan kedua.

C.    Penetasan

Setelah memijah telur-telur diambil menggunakan scope net halus, kemudian telur tersebut ditetaskan di dalam akuarium yang telah dilengkapin dengan aerasi dan water heater dengan suhu 27s/d 29 0C. Kepadatan telur antara 100 s/d 150 butir/liter, biasanya telur-telur akan menetas dalam waktu 16 jam s/d 24 jam.

D.    Pemeliharaan Larva

Larva dipelihara dalam akuarium yang sama, namun sebelumnya ¾ bagian airnya dibuang. Padat penebaran larva 50 s/d 100 ekor/liter larva yang berumur 4 hari di beri pakan berupa naupli Artemia, Brachionus atau Moina. Pemeliharaan larva ini berlangsung selama 21 hari. Selama pemeliharaan larva, air harus diganti setiap hari 2/3 bagiannya. Setelah berumur 21 hari larva siap ditebar kekolam pendederan.

E.    Pendederan

  • Pendederan iakn bawal dilakukan di kolam yang luasnya antara 500 s/d 1.000 m2. Namun kolam tersebut harus disiapkan seminggu sebelum penebaran benih. Persiapan meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir.
  • Setelah itu kolam dikapur dengan kapur tohor sebanyak 100 s/d 200 gram/m2 dan di pupuk dengan pupuk organic dengan dosis 500 gram/m2.
  • Bila kolam sudah siap, larva ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 50 s/d 100 ekor/m2.
  • Setiap hari diberi pakan tambahan  berupa pellet halus sebanyak 750 gram/10 ribu ekor larva dan diberikan 3 kali per hari.
  • Pemeliharaan dikolam pendederan berlangsung selama 21 hari.

IV.   PENYAKIT

Penyakit yang pernah ditemukan pada ikan bawal air tawar yang berumur satu bulan antara lain disebabkan oleh parasit, bakteri dan kapang (jamur).

§  Parasit
Ich” Atau “White spot“, biasanya menyerang ikan apabila suhu media pemeliharaan dingin, cara mengatasinya yaitu dengan menaikan suhu (dengan water heater) sampai kurang lebih 29 0C dan pemberian formalin 25 ppm.

§  Bakteri
Streptococus sp. Dan Kurthia sp. Cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan anti biotic tetracycline dengan dosis 10 mppm.

§  Kapang (jamur)
Jamur ini merupakan akibat dari adanya luka yang disebabkan  penanganan (Handling) yang kurang hati-hati. Cara mengatasinya dengan menggunakan Kalium Permanganat  (PK) dengan dosis 2 s/d 3 ppm.


Senin, 22 April 2019

TEKNIK MEMPERBANYAK IKAN BETTA JANTAN


I.  PENDAHULUAN
Ikan  betta atau dengan sebutan populer ikan cupang (Betta splendens) merupakan salah satu ikan hias yang mempunyai nilai komersial, baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar ekspor. Sebagai ikan hias yang gemar bertarung, mempunyai  penampilan  yang  menarik yaitu mempunyai sirip yang relatif panjang dengan spektrum   warna yang bagus sedangkan  pada  ikan  betta  betina penampiLannya  kurang  menarik karena siripnya tidak panjang dan warnanya pun tidak cerah sehingga pada ikan betta, jenis kelamin  jantan    lebih  tinggi  harganya dibanding jenis kelamin betina. Dengan dasar itulah diperlukan upaya memperbanyak produksi ikan betta jantan, yang dapat dilakukan secara masal.

II.  TEKNIK PEMIJAHAN DAN PRODUKSI
Pada induk jantan yang matang gonad warna siripnya lebih cerah sedang pada induk betina perutnya membuncit dan secara  transparan,  telur  pada  saluran pengeluaran dapat terlihat. Pada prinsipnya pemijahan dilakukan secara berpasangan dalam  setiap  wadah  yang  terpisah (akuarium, ember atau dalam kotak-kotak yang ditempatkan di dalam bak). Sebelum dicampurkan,  induk  betina  dimasukkan dalam botol agar tidak mengganggu jantan dalam membuat sarang  busa.  Sarang dibuat dengan cara mengambil gelembung udara dari permukaan dan melepaskannya ke bawah permukaan daun atau tanaman air   yang mengapung di permukaan air. Proses ini berlanjut berjam-jam dengan sesekali berhenti untuk makan.
Bila sarang telah siap, induk betina dikeluarkan   dari   botol,   dicampurkan dengan  jantan  agar  dapat  memulai pemijahan. Pada saat pemijahan tubuh jantan   menyelubungi    induk    betina membentuk huruf "U" dengan ventral saling  berdekatan  selama  ±  1  menit sampai mengeluarkan telur yang segera dibuahi sperma. Telur perlahan tenggelam dan akan segera diambil oleh induk jantan dengan  mulutnya  untuk  selanjutnya diletakkan   di   sarang   busa.   Proses pemijahan berlangsung selama ± 1 jam dengan 20 s/d 25 tahap. pemijahan yang sama. Ketika aktifitas pemijahan berakhir, induk  betina  dipindahkan  dari  tempat pemijahan untuk dikembalikan ke tempat pemeliharaan induk, namun sebaiknya lebih dulu dimasukkan dalam larutan methyline blue  2  mg/liter  selama  24  jam  untuk mengobati luka yang mungkin ada setelah pemijahan. Sedang induk jantan tetap pada wadah  pemijahan  untuk merawat dan menjaga  telur sampai  menetas.  Dalam setiap  kali   pemijahan  diperoleh  telur sebanyak 1.000 s/d 1.500 butir. Selanjutnya pemeliharaan larva dan pendederan serta pembesaran dapat dilakukan pada wadah berupa bak tembok dengan pakan berupa cacing    Tubifex sp. atau Chironomus sp. untuk siap dipasarkan.

III. TEKNIK MEMPERBANYAK IKAN BETTA JANTAN
Ikan betta jantan mempunyai warna yang lebih cerah dan sirip-sirip yang lebih panjang dibandingkan ikan betta betina. Oleh karena itu ikan betta jantan lebih diminati konsumen dan mempunyai nilai komersial yang lebih tinggi dibandingkan yang betina. Sehubungan dengan itu perlu dilakukan teknik memperbanyak produksi ikan  betta  jantan  dalam  setiap  kali pemijahan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan  adalah  dengan  pemberian hormon androgen pada masa diferensiasi kelamin.
Teknik pemberian hormon tersebut adalah dengan cara merendam telur ikan betta pada fase bintik mata ( ± 30  jam setelah  pemijahan)  ke  dalam  larutan hormon 17 Alpa Metiltestosteron dengan konsentrasi 20 mg/liter air selama 8 jam. Pembuatan larutan hormon tersebut adalah dengan cara melarutkan hormon sebanyak 20 mg ke dalam 1 ml alkohol 70% dan selanjutnya dimasukkan ke air yang akan dipakai merendam sebanyak 1 liter.
Telur hasil perendaman dimasukkan kembali ke dalam wadah yang berisi air dengan diberi larutan methyline blue untuk mencegah timbulnya jamur dalam proses
penetasan.Tahap selanjutnya sama dengan prosedur pembenihan ikan betta sampai berumur tiga bulan untuk dapat dibedakan jenis   kelaminnya.   Diharapkan   dengan pemberian hormon steroid tersebut dapat memperbanyak ikan betta jantan sampai dengan 95% dalam setiap pemijahan.


Senin, 15 April 2019

TEKNIK PEMBENIHAN IKAN BAUNG


I.      PENDAHULUAN


Ikan baung (Mystus nemurus) merupakan komoditas perikanan air tawar di Indonesia. Ikan ini telah berhasil dipijahkan secara buatan di BBAT Sukabumi sejak tahun 1998. Tekstur dagingnya berwarna putih, tebal dan tampa duri halus dalam dagingnya, sehingga sangat digemari masyarakat.
Sebelum produksi ikan baung umumnya berasal dari penangkapan di alam, sehingga hasilnya tidak menentu baik dari jumlah maupun ukurannya. Dengan diketahuinya teknik pemijahan ikan baung, diharapakan usaha pembudidayaannya akan berkembang sehingga produksinya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

II.     SISTEMATIKA

Phylum Chordata, Kelas Pisces, Anak kelas Teleostei, Bangsa Ostariophysi, Anak Bangsa Siluridae, Suku Bagridae, Marga Mystus dan Jenis Mystus nemurus.
Ikan baung memiliki kumis  atau sungut yang mencapai mata, badanya tidak bersisik mempunyai sirip dada dan sirip lemak yang besar, serta mulutnya melengkung. Ikan baung berwarna coklat kehijauan, hidup di dasar perairan dan bersifat omnivora.
Di Jawa Barat ikanbaung dikenal dengan nama tagih, senggal atau singah : Di Jawa tengah : Jakarta dan Malaysia, bawon ; Serawak, baon : Kalimantan Tengah, niken, siken, tiken, bato, baung putih, dan di Sumatra, baong.

Ciri-ciri induk Jantan dan betina ikan baung :
-          Induk betina : tubuh lebih pendek , mempunyai dua buah lubang kelamin yang bentuknya bulat.
-          Induk Jantan : Tubuh lebih panjang, mempunyai satu buah lubang kelamin yang bentuknya memanjang.



III.    PEMBENIHAN


A.    Pematangan Gonad

Pematangan gonad dilakukan di kolam beraliran air yang kontinyu dengan kepadatan 0,2 s/d 0,5 kg/m2. Setiap hari diberi pakan pellet sebanyak 3 s/d 4 % per hari dari berat tubuhnya.

B.  Seleksi Induk

  • Seleksi induk bertujuan untuk mengethui timngkat kematangan induk yang akan dipijahkan.
  • Induk betina ditandai dengan perutnya yang buncit dan lembut, bila diurut telur ynag keluar bentuknya bulat utuh  berwarna kecoklatan.
  • Induk jantan ditandai dengan warna tubuh dan alat kelaminnya agak kemerahan.

C.  Penyuntikan

  • Induk betina disuntik dengan ovaprin sebanyak 0,6 ml/kg dan jantan dengan ovaprin 0,5 ml/kg. Penyuntikan dilakukan dua kali dengan selang waktu 12 jam. Setiap penyuntikan sebanyak ½ dosis total.
  • Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung

D. Pemijahan/Pengurutan

  • Apabila akan dipijahkan secara alami, induk jantan dan betina yang sudah disuntik  disatukan didalam bak yang telah diberi ijuk dan biarkan memijah sendiri.
  • Apabila akan diurut, maka pengurutan akan dilakukan 6 s/d 8 jam setelah penyuntikan kedua.
  • Langkah pertama adalah menyiapkan  sperma : ambil kantong sperma dari induk jantan dengan membedah bagian perutnya, kuntimng kantong sperma  dan keluarkan. Cairan sperma ditampung dalam gelas  yang sudah diisi NaCl 0,9 % sebanyak ½ bagiannya. Aduk hingga rata. Bila terlalu pekat, tambahkan NaCl sampai larutan berwarna putih susu agak encer.
  • Ambil induk betina yang akan dikeluarkan telurnya. Pijit bagian perut kearah lubang kelamin sampai telurnya keluar. Telur dimpung dalam mangkok plastik  yang bersih dan kering. Masukkan larutan sperma sedikit demisedikit dan aduk sampai merata. Agar terjadi pembuahan, tambahkan air bersih dan aduklah sampai merata sehingga pembuahan dapat berlangsung dengan baik, untuk mencuci telur dari darah dan kotoran lainnya, tambahkan lagi air bersih kemudian dibuang. Lakukan pembilasan 2 s/d 3 kali agar bersih.
  • Telur yang sudah bersih dimasukkan dalam akuarium penetasan yang sudah diisi air. Cara memasukkan, telur diambil dengan bulu ayam, lalu sebarkan ke seluruh permukaan akuarium sampai merata. Dalam 36 jam telur akan menetas dan larva yang dihasilkan dipindahkan ke akuarium pemeliharaan larva. Setelah berumur dua hari, larva diberi makan kutu air (Moina atau Daphnia ) atau cacing sutra (Tubifex) yang telah dicincang. Setelah berumur 4 hari larva diberi makan cacing sutra hingga berumur tujuh hari.

E.  Pendederan

  • Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran larva, yang meliputi : pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir.
  • Pengapuran dilakukan dengan melarutkan kapur tohor kedalam tong, kemudian disebarkan keseluruh pematang dan dasar kolam. Dosisnya 50 gr/m2.
  • Pemupukan menggunakan kotoran ayam yang sudah dikeringkan dengan dosis 500 s/d 1.000 gr/m2. Kolam diisi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari disemprot dengan organophospat 4 ppm dan dibiarkan selama 4 hari.
  • Benih ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 100 ekor/m2.
  • Pendederan I dilakukan selama 14 hari, pendederan II dilakukan selama 30 hari. Pakan tambahan diberikansetiap hari berupa tepung pellet sebanyak 0,75 gr/1.000 ekor.

IV.   PENYAKIT

Penyakit yang sering menyerang ikan baung adalah Ichthyopthirius multifiliis atau lebih dikenal dengan white spot (bintik putih). Pencegahan, dapat dilakukan dengan persiapan kolam yang baik, terutama pengeringan  dan pengapuran. Pengobatan dilakukan dengan menebarkan garam dapur sebanyak 200 gr/m3 setiap 10 hari selama pemeliharan atau merendam ikan yang sakit ke dalam larutan Oxytetracyclin 2 mg/liter.