Perencanaan Keuangan
Rencana keuangan adalah alat vital yang membantu wirausahawan/pelaku usaha perikanan untuk mengelola usahanya dengan lebih efektif, mengarahkan mereka menghindari kendala-kendala yang dapat mengakibatkan kegagalan.
Manajemen keuangan adalah proses yang menyediakan informasi keuangan yang relevan kepada wirausahawan/pelaku usaha perikanan dalam format yang mudah dibaca untuk jangka waktu tertentu, memungkinkan wirausahawan mengetahui tidak hanya keadaan keuangan bisnis mereka tetapi juga alasan kinerja mereka. Secara sederhana perencanaan merupakan usaha menetapkan kegiatan yang akan dilakukan tentang :
- Apa yang akan dilakukan atau apa yang hendak dilakukan ?
- Bagaimana melaksanakannya atau apa yang harus dikerjakan ?
- Kapan melaksanakannya ?
- Siapa yang akan melaksanakannya ?
Perencanaan Usaha merupakan dokumen tertulis yang dapat mengkomunikasikan suatu ide usaha/bisnis dengan dilandasi oleh aspek-aspek penting yang terkait dengan kepentingan usaha. Dengan kata lain, sebuah perencanaan keuangan merupakan bagian terpenting dari perencanaan sebuah program serta kesinambungan keuangan jangka panjangnya. Tetapi harus dipahami bahwa perencanaan ini juga adalah proses yang berjalan. Menentukan prinsip-prinsip perencanaan keuangan, dan tetap berpaut padanya akan membantu program anda bukan hanya sekarang tapi juga untuk masa yang akan datang.
Aspek penting dalam perencanaan usaha antara lain meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek produksi, aspek organisasi dan sumberdaya manusia, aspek legal, aspek finansial.
Banyak orang yang menyatakan keengganannya untuk menyusun suatu rencana usaha. Berbagai alasan disampaikan, mulai dari ungkapan sulit, capek,hingga tidak mengerti bagaimana cara membuat atau menyusunnya. Lalu, “Mengapa calon pelaku usaha (pelaku usaha) perlu bersusah payah menyusun/menulis rencana bisnis ?”. Tentunya seorang calon pelaku usaha (pelaku utama perikanan) perlu memperhatikan kepentingan atau manfaat apa yang terkait dengan penyusunan rencana usaha tersebut, sehingga bisa berpikir lebih obyektif.
Manfaat perencanaan usaha antara lain adalah sebagai berikut: (1)Dipakai sebagai alat koordinasi; (2) Dapat memberikan “kepastian” mengenai masa depan atau membatasi “ketidakpastian”; (3) Merupakan alat ukur terhadap prestasi yang akan dicapai dan alat pengendalian (control) jalannya kegiatan/organisasi; (4) Meningkatkan kemampuan antisipasi terhadap perubahan; (5) Meningkatkan produktifitas (efektifitas dan efisiensi) karena memfokuskan pada sasaran; (6) Meningkatkan dukungan dan peran serta, karena tujuan/sasaran dapat diketahui oleh pelaksananya; (7) Dalam proses perencanaannya, “team building” (terbentuk kerjasama) merupakan hasil sampingan yang sangat bermanfaat bagi organisasi. Dalam kegiatan usaha perikanan baik secara berkelompok maupun kegiatan usaha yang dilakukan oleh individu, diperlukan perencanaan yang matang, mengingat kegiatan usaha ini memiliki risiko tersendiri, terutama yang berhubungan dengan kondisi alam (iklim/musim), keterampilan sumberdaya manusia, teknologi maupun modal usaha.
Sebuah perencanaan usaha memiliki fungsi yang sangat mendukung keberhasilan usaha. Fungsi tersebut meliputi :
1. Mendorong calon pelaku bisnis untuk berpikir mengenai “apa yang akan dikerjakan”:
· Menggunakan pandangan yang obyektif
· Bersikap kritis
· Tidak emosional
2. Dapat digunakan untuk menilai keragaan aktual usaha (bisnis) pada jangka waktu tertentu.
3. Merupakan dokumen yang dapat dinilai oleh pemberi kredit (calon investor) untuk menilai bisnis baru maupun mengembangkan bisnis yang sedang dikerjakan.
Perencanaan keuangan adalah proses yang berkesinambungan yang memungkinkan pengelolaan keuangan program anda dengan:
1. Mengidentifikasi kebutuhan biaya dan sumberdaya dari program anda,
2. Menunjukkan jeda antara biaya dan jumlah dana yang anda harapkan akan diperoleh untuk program anda,
3. Membuka resiko-resiko yang mungkin ada terhadap pendanaan program mendatang,
4. Menggaris bawahi ketidak-efisienan program; dan
5. Mengembangkan strategi-strategi untuk mengatasi jeda pendanaan, mengurangi resiko pendanaan dan mengatasi ketidak-efisienan program.
3.2. Dasar-dasar Pengelolaan Keuangan
Bentuk umum informasi keuangan suatu lembaga/institusi/kelompok adalah seperangkat laporan keuangan, terutama yang terdiri atas: laporan posisi keuangan (neraca), laporan rugi-laba (laporan aktivitas), laporan perubahan modal, dan laporan arus kas, termasuk catatan penjelasan laporan keuangan yang diperlukan.
A. Laporan Neraca/Neraca Keuangan
Laporan neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan sesaat perusahaan, memperkirakan nilainya pada waktu tertentu. Neraca dibentuk dari persamaan dasar akuntansi : aktiva = Kewajiban + Equitas pemilik.
1. Aktiva: merupakan assets/harta produktif yang dikelola. Perolehan assets tersebut dapat bersumber dari hutang atau pun modal sendiri sebagai aktiva bersih organisasi/entitas. Assets biasanya dibedakan dalam kelompok Aktiva Lancar dan Aktiva Tetap yang didasarkan pada masa pemanfaatannya atau sifat likuiditasnya.
- Aktiva lancar adalah harta seperti kas dan jenis lain yang dapat diubah menjadi kas dalam waktu satu tahun atau dalam daur usaha normal perusahaan
- Aktiva tetap yaitu harta yang diperoleh untuk pemakaian jangka panjang dalam perusahaan.
2. Kewajiban: memuat pengakuan klaim pihak lain atas jumlah tertentu yang akan dibayarkan pada masa nanti, baik kepada perorangan maupun lembaga lain. Biasanya dibedakan menurut masa pengakuan jangka pendek dan jangka panjang (lebih dari 1 tahun). Dengan kata lain, pada elemen kewajiban ini memuat akun-akun yang menyatakan jumlah kewajiban organisasi untuk membayar kepada pihak lain.
3. Aktiva Bersih (Modal): Mengandung pengertian yang dengan equitas pemilik, yaitu Hak yang Tersisa atas aktiva /harta /assets organisasi setelah dikurangi sejumlah kewajiban pada pihak lain. Dalam persamaan matematis dapat dinyatakan demikian : Equitas pemilik = Aktiva – Kewajiban)
Pada laporan keuangan organisasi nirlaba, equitas pemilik memakai terminology Aktiva Bersih dengan makna yang sama. Namun lebih dibedakan menjadi Aktiva Bersih Terikat dan Aktiva Bersih Tidak Terikat. Pemisahan ini bertujuan untuk menunjukkan sifat pembatasan hak untuk pemakaian/ pemanfaatan dana aktiva bersih (modal) yang ada.
Untuk memudahkan bagi peserta pelatihan dalam memahami, berikut ini disajikan contoh laporan neraca.
USAHA PEMASARAN IKAN SEGAR
Periode Laporan : s.d tanggal 28 Februari 2014
Aktiva
|
Passiva
| ||
Kas
Piutang Dagang
Persediaan Bahan Utama
Persediaan Bahan Pendukung
Perlengkapan
Peralatan Usaha
|
10.000.000
5.000.000
8.000.000
500.000
5.500.000
1.000.000
|
Hutang
Modal
|
12.000.000
18.000.000
|
Total Aktiva
|
30.000.000
|
Total Pasiva
|
30.000.000
|
B. Laporan Laba/Rugi (Laporan Aktivitas),
Laporan laba-rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan kegiatan suatu usaha dalam satu periode operasi, yang membandingkan pengeluaran terhadap pendapatan untuk menunjukkan laba bersih atau rugi bersihnya. Laporan laba-rugi dapat pula didefinisikan sebagai laporan mengenai semua elemen pendapatan dan elemen beban (biaya) yang terjadi dalam suatu periode tertentu. Akun-akun pendapatan dan beban tersebut merupakan aktivitas real yang telah terjadi dalam satu periode pelaporan. Sehingga perlu diperbandingkan antara aktivitas yang menyebabkan adanya penerimaan (tambahan kekayaan), dengan aktivitas yang menimbulkan pengeluaran (pengurangan kekayaan). Hasil pembandingan tersebut dapat berupa selisih positif (laba) yang berarti penambahan aktiva bersih organisasi (modal bertambah), dapat pula selisih negatif (rugi) yang berarti terjadi penurunan/ pengurangan atas jumlah aktiva bersih.
CONTOH FORMAT LAPORAN LABA/RUGI
USAHA PEMASARAN IKAN ………………………
LAPORAN LABA/RUGI (HASIL USAHA)
Periode yang berakhir tanggal ... bulan ... tahun ...
Penjualan xxx
Harga pokok Penjualan:
Persediaan awal xxx
Pembelian xxx +
Tersedia untuk dijual xxx
Persediaan akhir xxx -
Harga pokok penjualan xxx -
Laba Kotor xxx
Beban Usaha xxx -
Laba Operasi xxx
Biaya Bunga xxx -
Laba/Rugi Bersih xxx
C. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah laporan keuangan yang memperlihatkan perubahan modal kerja sejak awal tahun dengan cara menguraikan sumber dan penggunaan dananya. Secara sederhana laporan ini dapat diartikan sebagai informasi tentang dari mana sumber kas diperoleh dan untuk apa (kemana) kas tersebut dipergunakan. Artinya laporan ini memuat ikhtisar arus kas masuk dan arus kas keluar, dimana aliran tersebut dibagi/dirinci ke dalam 3 kelompok aktivitas dalam organisasi, yaitu:
1. Kegiatan Operasi; mencakup arus kas masuk dari penjualan barang dagangan, penerimaan piutang, penerimaan hutang dari pihak lain, dan sebagainya, serta arus kas keluar untuk kebutuhan pokok operasional pokok (seperti pembelian barang produksi, perlengkapan operasioanl), pemberian piutang/kredit kepada nasabah, dan sebagainya.
2. Kegiatan Investasi; mencakup perolehan dan penjualan aktiva tetap yang berkenaan dengan fasilitas poduksi/operasional.
3. Kegiatan Pendanaan (Keuangan); mencakup arus kas masuk atas pengadaan sumber daya dari pemilik, donatur, serta kreditor, dan arus kas keluar untuk pengembalian jumlah dana yang dipinjam. Dengan semua kegiatan yang melibatkan pemilik dengan kreditor yang berpengaruh pada kas, seperti penyetoran dan modal, penarikan modal, penarikan pinjaman/hutang kepada bank serta pelunasannya.
CONTOH FORMAT LAPORAN ARUS KAS
USAHA PEMASARAN IKAN ………………………
LAPORAN ARUS KAS
Periode yang berakhir tanggal ... bulan ... tahun ...
AKTIVITAS OPERASI
Laba bersih xxx
Kenaikan utang xxx
Kenaikan piutang (xxx) +
xxx -
Kas bersih dari aktivitas operasi xxx
AKTIVITAS INVESTASI
Penjualan aktiva tetap (tanah) xxx
Pembelian peralatan (xxx) +
Kas bersih dari aktivitas investasi xxx
AKTIVITAS PEMBIAYAAN
Kenaikan modal disetor xxx
Pengembalian pinjaman (xxx)
Penarikan hutang/pinjaman xxx
Pelunasan hutang/pinjaman (xxx) +
Kas bersih dari aktivitas pembiayaan (xxx)
Kenaikan bersih kas xxx
Kas awal periode xxx +
Kas akhir periode xxx
D. Catatan atas Laporan Keuangan
Dalam catatan atas laporan keuangan selain memuat penegasan mengenai berbagai kebijakan akuntansi yang dianut untuk penyusunan laporan keuangan organisasi, juga memberikan uraian lebih rinci atas akun-akun tertentu dalam laporan keuangan diatas. Penjelasan ini dianggap penting guna membantu pembaca untuk menginterpretasikan informasi pada laporan keuangan. Dengan kata lain hal ini membantu dalam proses pengambilan keputusan pihak-pihak yang berkepentingan.
3.3. Pemeriksaan Keuangan
Pemeriksaan merupakan salah satu unsur pengelolaan kegiatan. Dalam kelompok, pemeriksaan dapat diketahui sebagai kesatuan sistem yang dapat mengamati semua bidang-bidang pokok kegiatan, antara lain kegiatan keorganisasian, permodalan, usaha produktif, administrasi, dan perkembangannya.
Dengan dilakukannya pemeriksaan secara teratur dan benar, maka pengurus kelompok dan anggota akan memperoleh informasi tentang kondisi kelompok, kekuatan-kekuatannya, maupun kelemahan-kelemahannya. Selain itu auditing yang teratur akan meningkatkan kepercayaan anggota terhadap pengurus dalam mengelola kelompok.
Untuk mengetahui lebih dini/awal mengenai penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan kelompok, baik yang sudah terjadi maupun yang akan terjadi, sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikan dan pencegahan.
Dalam kelompok, pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh Badan Pemeriksa, dan apabila di dalam kelompok tidak ada/belum ada Badan Pemeriksa, maka pemeriksaan dapat dilakukan oleh ketua atau panitia khusus yang ditunjuk oleh rapat anggota. Yang perlu diperiksa antara lain adalah:
1) Pemeriksaan Kas, yang meliputi :
· Menghitung uang kas.
· Mencocokkan kas dan bank dengan catatan pembukuan.
· Meneliti penerimaan dan pengeluaran apakah didukung dengan bukti-bukti yang sah (formulir, slip, kuitansi, dsb.)
· Memberikan standar maksimum kas yang boleh dipegang bendahara.
· Sistem pengamanan kas dan barang berharga milik kelompok.
2) Pemeriksaan Simpanan dan Pinjaman Anggota, yang meliputi :
· Mencocokkan catatan buku anggota dengan kartu simpanan dan pinjaman anggota.
· Mencocokkan jumlah anggota peminjam.
· Mencocokkan jumlah anggota yang melalaikan pinjaman
· Mencocokkan saldo simpanan/tabungan.
· Mencocokkan jangka waktu kredit tertunggak.
3) Pemeriksaan Pembukuan Keuangan.
· Mencocokkan catatan keuangan mulai dari slip hingga laporan keuangan.
· Meneliti kelemahan dan kekuatan sistem pembukuan yang dipakai.
4) Pemeriksaan Program Kerja yang berkaitan dengan Keuangan Kelompok dan Pelaksanaannya, yang meliputi :
· Apakah kegiatan telah sesuai dengan rencana kerja yang telah disusun.
· Faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan kegiatan dan alternatif jalan keluarnya.
5) Pemeriksaan Kesehatan Keuangan Kelompok, yang meliputi :
· Apakah pengelolaan keuangan kelompok aman, lancar, menghasilkan, dan mengutamakan pengembangan anggota.
· Apakah perkembangan keuangan kelompok telah sehat.
6) Pengorganisasian Kelompok, yang meliputi :
· Apakah rapat-rapat telah diselenggarakan secara teratur.
· Apakah pengurus telah berfungsi dengan baik.
· Pencatatan notulen rapat apakah telah dilakukan.
· Pelaksanaan kegiatan pendidikan atau pelatihan ke anggota apakah telah dilakukan.
7) Lain-lain, yang meliputi :
· Hubungan dengan pembina/pendamping kelompok.
· Hubungan dengan masyarakat/pemerintah setempat.
· Hubungan dengan pihak lain pemberi pinjaman dana.
Laporan pemeriksaan diserahkan kepada pengurus kelompok sebagai masukan untuk meningkatkan pengelolaan kelompok. Jika Badan Pemeriksa menemui hal-hal yang tidak bisa diselesaikan dengan pengurus, maka Badan Pemeriksa berwenang untuk memberikan laporan pemeriksaan kepada rapat anggota sebagai forum tertinggi di kelompok. Kalau kelompok tidak dapat memenuhi kewajiban terhadap pihak luar, dan timbul kekurangan likuiditas kelompok yang bisa menyebabkan kebangkrutan kelompok, maka Badan Pemeriksa juga berhak untuk memberikan laporan pemeriksaan kepada pihak kreditur (pemberi kredit ke kelompok).
3.4. Kesehatan Keuangan
Pemeriksaan kesehatan keuangan kelompok adalah alat untuk melihat makna hubungan dari berbagai posisi keuangan kelompok, serta merupakan hasil dari pencerminan pengelolaan keuangannya sekaligus sebagai alat kendali. Manfaat Pemeriksaan: (1) Memperoleh informasi kondisi keuangan kelompok; (2) Mengetahui mutu hasil kerja pengurus; (3) Mengetahui kekuatan dan kelemahan dalam pengelolaan keuangan; dan (4) Mengendalikan agar sesuai dengan tujuan yang telah disepakati dan ditetapkan (dalam AD/ART).
Posisi-posisi penting yang harus diperiksa: (a) Tingkat tunggakan; (b) Tingkat pertumbuhan kekayaan; (c) Tingkat pertumbuhan modal sendiri; (d) Tingkat utang; (e) Tingkat penggunaan dana produktif; (f) Tingkat hasil usaha; (g) Tingkat perputaran dana; (h) Tingkat ketangguhan menanggung resiko; (i) Tingkat kehematan biaya (efisiensi); dan (j) Tingkat pemerataan pinjaman.
Cara Memeriksa Posisi-posisi Penting
a) Tingkat tunggakan = jumlah tunggakan x 100%
jumlah sisa pinjaman
Posisi ideal : kurang dari 3%
b) Tingkat pertumbuhan kekayaan
= Jumlah kekayaan th. Ini – juml kekayaan th. Lalu x 100%
jumlah kekayaan th. Lalu
Posisi ideal : semakin besar semakin baik
c) Tingkat pertumbuhan modal sendiri
= juml SP + SW + SS + Cad th ini – juml SP + SW + SS + Cad th lalu x 100%
juml SP + SW + SS + Cad th. Lalu
Posisi ideal : semakin besar semakin baik
d) Tingkat utang = jumlah utang x 100%
jumlah modal sendiri
Posisi ideal : semakin kecil semakin baik
e) Tingkat penggunaan dana produktif
= Bagian kekayaan yang menghasilkan (piutang, deposito, investasi) x 100%
jumlah kekayaan
Posisi ideal : di atas 85%
Dana tidak produktif seperti uang kas, inventaris
f) Tingkat hasil usaha
= Juml pendapatan hingga akhir tahun ini x 100%
Rata-rata kekayaan yang produktif
Posisi ideal : lebih besar dibanding bunga deposito rata-rata.
g) Rata-rata kekayaan produktif
= (juml kekayaan produktif di awal tahun + juml kekayaan produktif di akhir tahun) : 2
h) Tingkat perputaran dana
= Juml pinjaman yang dicairkan selama setahun x 100%
rata-rata juml kekayaan
Posisi ideal : semakin besar semakin baik.
i) Tingkat ketangguhan menanggung resiko
= Juml dana cadangan + SP + SW x 100%
juml nominal tunggakan
Posisi ideal lebih dari 100 %
j) Tingkat efisiensi biaya =
= Juml biaya selama satu tahun x 100%
juml pendapatan selama satu tahun
Posisi ideal kurang dari 75%
k) Tingkat pemerataan pinjaman =
= Juml peminjam yang masih mempunyai saldo pinjaman x 100%
jumlah anggota
Posisi ideal : lebih dari 65%.
3.5. Analisis Pengelolaan Keuangan
A. Analisis Usaha
Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui sampai di mana keberhasilan yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berlangsung. Dengan analisis usaha ini, pengusaha membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan dalam perusahaannya.Untuk memperoleh keuntungan yang besar, dapat dilakukan dengan cara menekan biaya produksi atau menekan harga jual. Namun, yang biasa dipakai oleh perusahaan yaitu dengan cara yang pertama, menekan biaya produksi. Biaya produksi merupakan modal yang harus dikeluarkan untuk membudidayakan ikan, dari persiapan sampai panen. Termasuk dalam hal ini biaya pembuatan kolam, biaya untuk perawatan sampai hasil pasca panen tersebut terjual.
Biaya produksi ini bisa dibedakan antara biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang penggunaannya tidak habis dalam satu masa produksi, antara lain biaya pembuatan kolam, sewa lahan, dan biaya pembuatan saluran air. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang habis dalam satu kali produksi, seperti biaya untuk benur, pupuk, pakan, pemberantasan hama, upah tenaga kerja, biaya panen, dan penjualan.
Dari data analisis di atas dapat dihitung kelayakan investasinya. Perhitungan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dalam mengelola usaha perikanan. Perhitungan biaya yang sering dilakukan yaitu Titik Impas (break event point/BEP) dan waktu modal investasi dapat kembali (return of investment/ROI) serta perbandingan keuantungan terhadap biaya (benefit cost ratio/ BC Ratio).
1. Titik Impas (Break Event Point/BEP)
Break even point merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, pada saat itu pengusaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi. Selain itu, BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan.
Untuk menentukan BEP, ada beberapa hal yang harus diketahui yaitu biaya atau modal (baik itu modal tetap atau variabel), harga jual, dan tingkat produksi. Selanjutnya BEP bisa dihitung dengan menggunakan persamaan berikut:
Biaya tetap
BEP =
Biaya variabel
1 –
Penjualan
2. Waktu Modal Investasi dapat kembali (Return of Invesment/ROI)
ROI merupakan nilai keuntungan yang diperoleh pengusaha dari setiap jumlah uang yang diinvestasikan dalam periode waktu tertentu. Lalu mengapa perusahaan periu membuat perhitungan ROI ini? Apa manfaatnya? Jelas, manfaatnya sangat besar sekali bagi perusahaan. Dengan analisis ROI, perusahaan dapat mengukur sampai seberapa besar kemampuannya dalam mengembalikan modal yang telah ditanamnya. Dengan demikian, analisis ROI dapat digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan modal dalam perusahaan tersebut.
Pada umumnya, besar kecilnya nilai ROI ditentukan oleh : (1) kemampuan pengusaha dalam menghasilkan laba, (2) kemampuan pengusaha dalam mengembalikan modal, dan (3) penggunaan modal dari luar untuk memperbesar perusahaan.
Besamya ROI dapat diperoleh dengan rumus berikut ini:
ROI = Laba usaha/Modal usaha
3. Perbandingan Keuantungan terhadap Biaya (Benefit Cost Ratio/ BC ratio)
Perhitungan ini lebih ditekankan pada kriteria-kriteria investasi yang pengukurannya diarahkan pada usaha untuk memperbandingkan, mengukur, serta menghitung tingkat keuntungan usaha perikanan. Dengan B/C ini bisa dilihat kelayakan suatu usaha. Bila nilainya 1, berarti usaha tersebut belum mendapatkan keuntungan sehingga perlu pembenahan. Semakin kecil nilai rasio ini, semakin besar kemungkinan perusahaan menderita kerugian.
Fungsi nilai B/C ini sebagai pedoman untukmengetahui seberapa besar suatu jenis ikan harus diproduksi pada musim berikutnya. Rumus B/C sebagai berikut: B/C = Hasil penjualan/biaya produksi
B. Prinsip Analisis Biaya
Usaha perikanan merupakan suatu kegiatan ekonomi di bidang perikanan dimana terdapat sejumlah unsur (input) yang digunakan dan setiap input tersebut mengandung suatu nilai yang merupakan korbanan bagi pelaku usaha perikanan, yaitu sebagai biaya usaha perikanannnya. Input usaha perikanan yang umumnya dibutuhkan oleh pekau usaha perikanan meliputi benih, lahan, mesin (alat), tenaga kerja, modal dan pengelolaan atau manajemen.
Input produksi saling berkaitan dan kedudukannya dalam usaha perikanan sama penting sehingga sering disebut sebagai faktor produksi. Pemahaman faktor produksi menyangkut masalah penguasaan dan pemilikan terhadap faktor-faktor produksi tersebut, dimana pemilikan memberikan kekuatan dan kekuasaan untuk berbuat terhadap faktor-faktor produksi dalam penggunaan pada proses produksi. Seseorang yang menguasai atau memiliki faktor produksi, dapat memberikan posisi atau status sosial yang tinggi di lingkungan masyarakatnya.
Lahan merupakan faktor produksi yang relatif langka dibanding dengan faktor produksi lain, selain itu distribusi penguasaannya dimasyarakat tidak merata dan tidak dapat dipindah-pindah walaupun dapat dipindahtangankan atau diperjualbelikan. Tenaga kerja dalam usahatani terbagi atas tenaga keja manusia, tenaga kerja ternak dan tenaga kerja mesin, dimana tenaga kerja manusia terbagi menjadi tenaga kerja pria, wanita dan anak-anak. Terdapat perbedaan konversi dalam penentuan kerja, sehingga perlu diseragamkan agar memudahkan dalam penentuan kerja. Untuk menyeragamkan, maka konversi tenaga kerja yang digunakan adalah Hari Kerja Pria (HKP).
Modal adalah barang atau uang yang bersama – sama dengan faktor produksi lain yang digunakan untuk menghasilkan barang baru, yaitu produk pertanian. Modal dapat dibedakan berdasarkan sifatnya menjadi modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah modal yang tidak habis dalam satu periode, meliputi tanah dan bangunan. Sedangkan modal bergerak adalah modal yang habis dalam satu periode, meliputi uang tunai dan sarana produksi.
Manajemen atau pengelolaan merupakan unsur terakhir dalam kegiatan usaha. Manajemen dalam usaha perikanan adalah kemampuan pelaku usaha perikana dalam menentukan, mengorganisir dan mengkoordinasikan faktor – faktor produksi yang dikuasai untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Manajemen merupakan unsur usaha yang tidak berbentuk fisik akan tetapi unsur yang paling menentukan dalam keberhasilan usaha.
Keberadaan dan harga input usaha perikanan sangat menentukan dalam keberlanjutan usaha perikanan, sementara ketersediaannya bergantung kepada kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Dengan demikian, maka pelaku usaha perikanan perlu memahami prinsip-prinsip analisis biaya dalam penyelenggaraan usaha perikanannya.
Prinsip analisis biaya sangat penting karena pelaku usaha perikanan (petani ataupun nelayan dan pengolah hasil perikanan) dapat menguasai pengaturan biaya produksi dalam usahataninya tetapi tidak mampu mengatur harga komoditi (hasil produksi) yang dijualnya atau memberikan nilai kepada komoditi tersebut. Harga-harga tersebut ditentukan oleh berbagai faktor di luar usaha perikanan, termasuk pula faktor-faktor di luar negeri. Apabila keadaan lainnya tidak berubah, pelaku usaha perikanan harus mengurangi biaya persatuan komoditi yang dihasilkan bila ia ingin meningkatkan pendapatan bersih usahanya.
Penggolongan biaya produksi dilakukan berdasarkan sifatnya, meliputi: 1)biaya tetap (fixed cost), dan 2) biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap ialah biaya yang tidak ada kaitannya dengan jumlah barang yang diproduksi. Petani rumput laut harus mampu membayarnya, berapapun jumlah produksi yang dihasilkan dari usaha budidayanya. Biaya tetap menjadi sangat penting apabila petani rumput laut memikirkan tambahan investasi seperti mesin, perahu, bangunan dan alat-alat lainnya. Tiap tambahan investasi hanya dapat dibenarkan apabila petani rumput laut mampu membelinya dan dalam jangka panjang dapat memberikan arus keuntungan.
Biaya tidak tetap (variable cost) ialah biaya yang berubah apabila luas usahanya berubah. Biaya ini ada apabila ada sesuatu barang yang diproduksi. Sebagai contoh, banyaknya tenaga kerja yang diperlukan dalam usaha rumput laut. Apabila petani atau nelayan juragan mengupah tenaga kerja (buruh perikanan), maka ketika produksi dapat meningkat, kebutuhan terhadap buruh/tenaga kerja juga meningkat. Tetapi apabila tidak ada produksi, maka tidak ada kebutuhan terhadap tenaga kerja (buruh perikanan) tersebut.
C. Analisis Pendapatan Usaha
Pendapatan dalam suatu kegiatan usaha adalah balas jasa terhadap setiap faktor produksi dan merupakan ukuran keberhasilan kegiatan usaha. Analisis pendapatan usaha perikanan dilakukan untuk menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha perikanan atau untuk menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan dalam kegiatan usaha perikanan. Bagi pelaku usaha perikanan, analisis pendapatan dapat digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilaksanakan berhasil atau tidak. Informasi yang diperlukan dalam analisis pendapatan adalah jumlah penerimaan dan jumlah pengeluaran usaha perikanan dalam jangka waktu yang telah ditetapkan.
Pada analisis pendapatan usaha perikanan ini, perhitungan didasarkan kepada biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai digunakan untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usaha di bidang perikanan. Biaya tidak tunai digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jika bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan.
Penerimaan total merupakan nilai produk dari suatu usaha yaitu harga produk dikalikan dengan total produksi. Total biaya atau pengeluaran dari suatu usaha agribisnis merupakan jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk melakukan kegiatan budidaya dalam memproduksi komoditi perikanan. Pendapatan total usaha merupakan selisih antara penerimaan total dengan pengeluaran total.
Umumnya pendapatan usaha (keuntungan) dihitung untuk satu tahun kegiatan usaha. Keuntungan usaha dapat pula dihitung per musim tanam, dengan tetap menyesuaikan perhitunan besarnya beberapa jenis biaya secara proporsional, misalnya besarnya biaya penyusutan yang merupakan salah satu komponen dari biaya tetap (fixed cost). Berarti apabila telah dilakukan perhitungan biaya penyusutan untuk satu tahun, maka jika akan dihitung besarnya keuntungan per musim tanam, harus dilakukan pembagian dengan angka 8.
|
Keterangan :
p = Keuntungan (Rp)
TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp)
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
Dalam hal ini Total Revenue atau Penerimaan Total merupakan perkalian antara jumlah barang yang diproduksi/dipasarkan dengan harga barang tersebut; dengan asumsi bahwa semua barang yang diproduksi dapat dipasarkan seluruhnya. Total Revenue atau Penerimaan Total dalam bahasa perdagangan sehari-hari dikenal dengan sebutan omzet. Total Revenue atau Penerimaan Total dirumuskan sebagai berikut :
|
Keterangan :
TR = Total Revenue atau Penerimaan Total (Rp)
P = Harga jual (Rp/Kg)
Q = Jumlah barang yang dijual (Kg)
Adapun Total Cost atau Biaya Total merupakan penjumlahan dari Biaya Tetap (fixed cost) dengan biaya variabel (variable cost). Dalam bentuk matematis Total Cost dirumuskan sebagai berikut :
|
Keterangan :
TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp)
FC = Fixed Cost atau Biaya Tetap (Rp)
VC = Variable Cost atau Biaya Variabel (Rp)
Untuk dapat menghitung besarnya keuntungan usaha, petani/pengusaha perikanan dituntut untuk mampu mengidentifikasi dan melakukan pencatatan dengan baik setiap biaya investasi dan biaya-biaya total yang dikeluarkan dalam kegiatan usahanya.
Dalam menghitung keuntungan usaha, diperlukan data biaya yang sifatnya mendukung/melengkapi total biaya yang digunakan, yaitu berupa biaya penyusutan. Biaya penyusutan ini mudah dihitung dan data dasarnya berasal dari data biaya investasi. Biaya penyusutan ini dihitung dengan menggunakan metode garis lurus, dengan rumus sebagai berikut :
Penyusutan = harga beli – nilai sisa
umur ekonomis (tahun)
Keterangan :
- Penyusutan dalam satuan Rp/thn
- Harga beli dalam satuan Rupiah
- Nilai sisa dalam satuan Rupiah
D. Analisis Efisiensi Usaha
Efisiensi usaha merupakan salah satu ukuran keberhasilan usaha perikanan. Untuk mengukur efisiensi usaha digunakan rasio imbangan penerimaan dan biaya yang dikeluarkan (R/C) yang merupakan perbandingan antara pendapatan kotor yang diterima usahatani dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Secara teoritis R/C menunjukan bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar nilai R/C-nya R/C ratio dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
|
Kriteria :
Bila R/C > 1, maka usaha dinyatakan menguntungkan
Bila R/C = 1, usaha mengalami impas
Bila R/C < 1, usaha mengalami kerugian
E. Analisis Waktu Balik Modal (Payback Period/PP)
Payback Period merupakan cara penilaian investasi yang didasarkan pada pelunasan biaya investasi oleh keuntungan atau dengankata lain Payback Period adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal yang telah ditanamkan.
Secara matemetis Payback Period dapat dirumuskan sebagai berikut :
|
Keterangan :
PP = Payback Period (tahun)
I = Investasi (Rp)
p = Keuntungan (Rp/tahun)
Dengan kriteria, semakin singkat periode tingkat pengembalian modal maka usaha tersebut layak untuk diusahakan.
F. Analisis Harga Pokok Penjualan (HPP)
Harga pokok produksi merupakan semua pengeluaran yang dikeluarkan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menghasilkan barang atau jasa yang akan dijual. Harga pokok produk dirumuskan sebagai berikut :
HPP = Total Biaya produksi dan pemasaran
Total produk yang dihasilkan
Keterangan :
- Biaya pokok produksi dalam satuan Rupiah
- Total jumlah produksi dalam satuan Kg
- HPP dalam satuan Rupiah/Kg
Dengan mengatahui HPP, pelaku pengusaha perikanan dapat menghitung/ menentukan besarnya marjin (perbedaan) antara harga penjualan produknya dengan biaya produksi yang telah dikeluarkannya. Besarnya marjin harga diperoleh dengan cara mengurangkan harga jual produk dengan HPPnya. Apabila harga jual produk lebih besar dari HPP, maka pengusaha perikanan dapat memperoleh keuntungan, sedangkan apabila harga jual peroduk lebih kecil dari HPP, maka pelaku utama/pengusaha perikanan akan mengalami kerugian.
SUMBER:
Bangs Jr., David H. 1992, “The Market Planing Guide”,USA, Dearborn Publishing Group,inc.
Bygrave,WD. 1994,The Portable MBA in Entrepreneurship.: New York ,John Willy & Sons.
Elia W. E., dan Yulianti Y., 2009. Manajemen Pemasaran - Designing and Managing Value Networks and Channels. Program Pasca Sarjana – Magister Manajemen. Universitas Trisakti, Jakarta.
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/PERENCANAAN%20USAHA.pdf
http://blog-ilmuonline.blogspot.com/2012/05/jaringan-usaha.html
Hudoyo M.W. dan Razi F., 2009. Modul Penyusunan Aturan Pengelolaan Keuangan Kelompok. Modul Pelatihan pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri-KP Tahun 2009. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Hudoyo M.W. dan Razi F., 2009. Modul Perencanaan Usaha. Modul Pelatihan pendampingan pemberdayaan masyarakat PNPM Mandiri-KP Tahun 2009. Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. PT. Indeks Kelompok Gramedia, Jakarta.
Purnama R. dan Razi F., 2011. Modul Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Pelaku Utama Perikanan. Modul Pelatihan Dasar bagi Penyuluh Perikanan Ahli. Pusat Pelatihan Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Razi F., 2014. Pembinaan Manajerial Kelompok; Sebuah Langkah Sederhana, Urgensi dan Efektif. Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan – BPSDMKP, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar