Selasa, 12 Mei 2020

IKAN BELIDA




TAKSONOMI IKAN BELIDA
Secara taksonomi, ikan belida dapat di klasifikasikan sebagai berikut :
Phylum                :  Chordata
Kelas                   :  Pisces
Sub-Kelas             :  Teleostei
Ordo                   :  Isospondyli
Family                 :  Notopteridae
Genus                  :  Notopterus
Spesies                :  Notopterus Chitala

Di setiap daerah, ikan belida mempunyai nama spesifik, yaitu belido (Sumatera Selatan dan Jambi), belida (Kalimantan Barat) dan ikan pipih (Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah). Nama dagang ikan belida adalah knife fishes. Ikan belida ini dapat tumbuh hingga mencapai 87,5 cm. Di Sumatera Selatan (sungai Lempuing), ikan belida berukuran 83 cm dengan bobot 6 kg pernah ditemui (Adjie & Utomo, 1994).

HABITAT IKAN BELIDA 
Ikan belida menghuni perairan sungai dan rawa banjiran di bagian tengah dari daerah aliran sungai (DAS). Pengamatan   DAS  Musi  menunjukkan   bahwa   ikan   belida banyak ditemui di sungai yang banyak terdapat rantingatau kayu dan diperairan rawa banjiran yang berhutan. Tempat tersebut merupakan habitat ikan belida untuk menjalankan siklus kehidupannya, mulai mematangkan gonad, memijah, merawat telur, merawat anakan hingga tumbuh besar menjadi induk. Habitat pemijahan induk ikan belida yaitu bagian perairan yang mempunyai kedalaman dari 1,5-2 m. Selama musim kemarau, ikan belida menghuni anak sungai dan ia akan menyebar ke perairan sekitarnya (rawa banjiran dan persawahan) selama musim penghujan. 

BIOLOGI-REPRODUKSI IKAN BELIDA
Ikan belida mempunyai bentuk badan pipih. Pola pertumbuhannya mengikuti alometrik. Ikan belida betina lebih gemuk dari pada ikan jantan. Untuk mencapai pertumbuhan tersebut, ikan belida menyantap ikan sebagai menu utamanya dan udang serta serangga air sebagai menu pelengkanya, sehingga ikan belida dapat dikategorikan ke dalam ikan buas (karnivora).
Menurut Adjie & Utomo (1994), ikan belida berukuran lebih dari 50 cm sudah memasuki usia dewasa dan diduga berusia lebih dari 3 (tiga) tahun.  Selanjutnya jumlah telur pada ikan belida ukuran 81-83 cm dengan bobot 4-6 kg per ekor adalah sekitar 1.194 – 8.320 butir.  Pengamatan Adjie et al. (1999)  di  Sungai  Batanghari dari  bulan  Mei – November menunjukkan bahwa ikan belida berukuran 70 – 93 cm dengan bobot 1,9 – 7,0 kg per ekor telah mempunyai telur, namun diameternya bervariasi dari 0,15 – 3,55 mm.  Smith (1945) melaporkan bahwa tidak semua telur ikan belida dikeluarkan pada saat memijah. Menurut Adjie et al. (1999) mengemukakan bahwa puncak musim pemijahan ikan belida terjadi pada bulan Juli (musim kemarau). Nelayan memancing pada musim kemarau dengan menggunakan pancing, empang arat, jaring insang, serta jaring insang khusus dipasang mendatar di permukaan air.      

POPULASI IKAN BELIDA DI ALAM
Dari data produksi secara umum yang diambil dari Statistik Perikanan Indonesia selama 10 tahun (1989 – 1998) Anonim, 2000. secara umum terlihat bahwa produksi ikan belida dicapai pada tahun 1991. setelah itu produksinya cenderung menurun hingga tahun 1995 dan kemudian stabil hingga tahun 1998. penurunan produksi ikan belida tersebut menunjukkan bahwa populasi ikan tersebut sudah terancam kelestariannya. Di Sumatera ikan belida sudah mulai sulit didapat sejak 1995 dan banyak tertangkap di Sumatera Selatan. Sedangkan menurut survei plasma nutfah ikan di DAS Batanghari mengemukakan bahwa ikan belida sudah termasuk jenis ikan yang terancam kelestariannya.

FAKTOR - FAKTOR PENDORONG ANCAMAN KELESTARIAN IKAN BELIDA
1.   Peningkatan Intensitas Penangkapan
Intensitas penangkapan ikan belida di perairan umum terkait dengan peningkatan kebutuhan pasar. Permintaan pasar ikan belida terus meningkat akibat pasar makanan khas Sumatera Selatan tidak terbatas hanya di Sumatera Selatan saja. Hal ini mendorong peningkatan jumlah nelayan dan alat tangkap yang di operasikan untuk menangkap ikan belida. Laju peningkatan mortalitas ikan belida dialam oleh penangkapan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan laju pemulihan kembali ketersediaan ikan tersebut dialam sehingga populasi ikan belida cepat berkurang.

2.   Penangkapan Induk Ikan Belida
Sungguhpun penangkapan ikan belida menggunakan alat tangkap sederhana, tetap akan terancam populasinya karena ukuran ikan yang ditangkap adalah besar sudah tergolong induk atau calon induk.  Induk belida dengan bobot 6 kg mengandung telur sebanyak 8.320 butir (Adjie & Utomo, 1994). Jika kita gunakan asumsi bahwa sekitar 1 % dari total telur (fekunditas) ikan belida dengan bobot 6 kg berhasil kembali menjadi induk, maka jumlah sediaan ikan di alam adalah sekitar 80 ekor atau setara dengan 480 kg. Artinya penangkapan satu ekor induk belida akan mengurangi  jumlah ikan sebanyak 80 ekor yang mempunyai potensi telur sekitar 640.000 butir. 

3.   Pengoperasian Alat Tangkap Terlarang dan Tidak Ramah Lingkungan
Saat ini, alat tangkap racun sudah meluas digunakan oleh masyarakat, terutama yang tinggal di sekitar perairan, setiap saat.  Ditambah lagi dengan penggunaan alat tangkap listrik yang menyebabkan kematian ikan secara massal. Di Sumatera Selatan, nelayan juga mengoperasikan jenis alat tangkap tuguk yang di pasang melintang di sungai kecil dan besar. Tuguk dianggap tidak ramah lingkungan karena prinsip kerjanya seperti trawl (pukat harimau) yang sangat tidak selektif.

4.   Peningkatan Tekanan Ekologis oleh Limbah
Sudah menjadi tradisi bahwa sungai merupakan tempat pembuangan limbah, semakin ke hilir, kadar limbahnya semakin tinggi. Menurut Pollnac & Malvestuto (1992), DAS Musi sebagai tempat hidup ikan belida dapat digolongkan ke dalam perairan yang mempunyai tekanan ekologis tinggi di Indonesia dibandingkan dengan Kalimantan (DAS Kapuas).  Penurunan kualitas perairan akibat limbah dapat mengganggu siklus hidup ikan belida.

5.   Pembukaan Lahan dan Pembangunan Infrastruktur
Pembukaan lahan dan pembangunan infrastruktur seperti jalan raya menjadi sumber gangguan siklus  kehidupan ikan, termasuk belida. Selama musim hujan tanah terkikis dan menjadi sumber peningkatan tingkat kekeruhan perairan dan pendangkalan perairan. Kekeruhan yang tinggi akan mengganggu proses sintesis fitoplankton dan selanjutnya mempengaruhi struktur komunitas di atasnya, khususnya larva dan ikan kecil yang menggantungkan hidupnya pada plankton. Gangguan tersebut akan mempersempit peluang ikan belida untuk mendapatkan makanan. Sehingga hal demikian akan mengganggu kestabilan ekosistem suatu perairan.

6.   Proses Penuaan Alami
Proses penuaan tidak bisa dielakkan lagi. Hanya makhluk hidup yang kuat saja yang mampu bertahan hidup. Menurut Pollnac & Malvestuto (1992), perubahan kondisi lingkungan perairan dan penangkapan ikan yang berlebihan dapat menurunkan populasi ikan. Perusakan habitat sangat berbahaya terutama bagi jenis yang hidup endemik yang dapat mengakibatkan kepunahan jenis ikan tersebut. Oleh karena itu kita harus berbuat agar anak cucu kita masih dapat menikmati rasa dan keindahan ikan belida, khususnya bagi masyarakat di Sumatera Selatan.

TINDAKAN PENCEGAHAN KEPUNAHAN IKAN BELIDA
          Di Sumatera Selatan dan Jambi fakta menunjukkan bahwa secara umum ikan belida sudah terancam kepunahan populasinya. Untuk mencegah kepunahan jenis ikan tersebut, maka perlu membuat suatu keseimbangan antara kematian akibat penangkapan dan proses alami dengan rekrutmen sediaan ikan tersebut. Diantara cara mencegah kepunahan ikan belida tersebut adalah :
Mendirikan suaka perikanan
Domestikasi
Penebaran kembali,  dan
Pengembangan budidaya menjadi alternatif pencegahan kepunahan yang strategis
          Suaka perikanan, khususnya daerah pemijahan menjadi penting dalam tindakan mencegah kepunahan ikan belida. Suaka perikanan tersebut akan menajdi peluang kepada ikan belida untuk melakukan proses reproduksinya secara normal.
          Domestikasi adalaj upaya manusia untuk menjinakkan ikan liar agar dapat tumbuh dan berkembang dalam kondisi terkontrol sesuai dengan keinginan mereka. Proses domestikasi dapat dimulai pemeliharaan ikan belida ukuran kecil   (benih)  atau   besar  yang  ditangkap  dari  alam  dalam
wadah budidaya. Ikan tersebut diberi pakan secara teratur sehingga matang kelamin dan dipijahkan secara terkontrol.
          Keberhasilan domestikasi ikan belida akan mendorong pengembangan budidaya yang dapat mengurangi tekanan penangkapan. Selain itu benih hasil pemijahan dapat ditebar kembali ke perairan umum.     
PENANGANAN HAMA DAN PENYAKIT IKAN
          Karena ikan belida merupakan ikan yang belum ada dibudidayakan dan masyarakat memperolehnya melalui penangkapan di alam, maka sampai saat ini belum diperoleh referensi/literatur yang mengindentifikasi tentang hama dan penyakit yang menyerang ikan belida.
          Dari hasil konfirmasi kami pada Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi Sumatera Selatan, bahwa saat ini, di Balai Riset Perikanan Perairan Umum Palembang sedang melakukan penelitian mengenai indentifikasi secara umum hingga pada penyakit yang dapat menyerang ikan belida. Data akan dapat diperoleh setelah penelitian ini selesai dan dipublikasikan pada masyarakat. Akan tetapi yang umum dan pasti terjadi yaitu penyakit stres pada ikan belida yang berpengaruh dapat mengganggu pola reproduksi dan perkembangan ikan belida karena disebabkan  semakin buruknya lingkungan perairan Sungai Musi Palembang, dan perlakuan pada saat penangkapan.
Tabel 1. Tindakan preventif untuk mencegah penyakit pada ikan belida yang disebabkan oleh stres
NO
PENYAKIT
PENYEBAB
PENCEGAHAN
PENGOBATAN ALAMI
PENGOBATAN KIMIA
1.
Stres
o  Kondisi lingkungan persirsn yang buruk
o  Penanganan pada saat penangkapan
o  Kurangi pembuangan limbah yang berakibat terjadinya pencemaran perairan  DAS Musi sebagai habitat ikan belida
o  Hindari penangkapan yang menyebabkan iiritasi/luka pada saat penangkapan
o  Jangan menggunakan alat tangkap dengan bahan racun dan sejenisnya, sebab dapat dapat menyebabkan kepunahan secara total.
o  Setelah melakukan penangkpan masukkan ikan belida ke dalam bak penampungan yang terlindung baik dari cahaya ataupun gangguan manusia dan beri aerasi.
o  Apabila ikan stress dan ikan tidak nafsu makan dapat diberikan ekstrak sambiloto sebanyak 0,6 ml/liter air.
o  Kalau terjadi luka dapat diberi antiseptik dengan daun sirih.
o  Rendam dengan PK (kalium permanganat) KMNO4 dosis 1 ppm per 10 liter air, direndam selama 10 – 15 menit

DAFTAR PUSTAKA

Balai Riset kelautan dan Perikanan (2002). Warta Penelitian Perikanan Indonesia.

Yayan dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Ikan Belida Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.

PEMBENIHAN IKAN CORYDORAS




Usaha budidaya ikan hias ada banyak jenis ikan yang dapat di usahakan, dari yang berharga murah sampai mahal dan bernilai ekomomis tinggi. Salah satu jenis ikan hias air tawar yang berprospek adalah corydoras.
Corydoras termasuk cat fish. Asalnya dari Amerika Selatan yang kemudian menyebar kedaerah lain secara alami maupun karena campur tangan manusia melalui transportasi. Penyebarannya mulai dari Brasil, Uruguay, Argentina, Venezuela, Kolombia, dan Trinidad. Hingga saat ini banyak dibudidayakan di dunia, termasuk Indonesia.
Di Indonesia, kegiatan budidaya ikan ini banyak dilakukan di Jakarta dan di Jawa Barat (terutama Bekasi, Parung Bogor, dan Sukabumi). Selain itu, daerah yang lain seperti Kalimantan, Sulawesi sudah mulai mengembangkannya.
Corydoras sebagai ikan hias mempunyai daya tarik untuk dinikmati. Dengan bentuk yang cukup menawan dan warna yang variatif, sudah cukup menunjukan daya tariknya sebagai ikan hias dilihat dari gerakannya, Corydoras menarik karena lincah. Tingkah lakunya yang suka bergerombol di dasar wadah menyebabkan ikan ini dapat dipelihara bersama-sama dengan ikan hias lain yang hidupnya di bagian tengah dan permukaan air sehingga ke kontrasan penampilan menjadi lebih menarik. Namun, tidak terutup kemungkinan Corydoras hanya dipelihara sendirian tanpa jenis ikan lainnya. Untuk hal ini, sebaiknya ikan dipelihara dalam jumlah yang relatif banyak dengan ukuran relatif seragam.

Sistematika dan Morfologi
Corydoras tergolong dalam ordo siluriformes dan keluarga Callicthidae. Nama corydoras sendiri dari nama genusnya, ini terdapat sekitar seratus spesiesnya memiliki cirri khas masing-masing. Adapun sistematika jenis ikan ini menurut Hoedeman (1975) sebagai berikut.
        Filum            : Chordata
        Kelas            : Osteichthyes
        Sub kelas      : Actinopterygii
        Ordo            : Siluriformes
        Sub ordo      : Siluroidei
        Famili           : Callichthyidae
        Genus           : Corydoras
Sementara cirri-ciri morfologi dari genus corydoras antara lain tubuhnya pendek dan gemuk, punggung melengkung di banding perut, kedua sisi ikan di lengkapi dengan lempengan seperti tulang yang tersusun dalam dua baris, serta pada rahang atas dan bawah terdapat dua pasang kumis. Ukuran tubuh ikan ini berkisar 2,5-12 cm dengan ukuran mayoritas 5-7.

Kebiasaan Hidup dan Berkembang Biak
Di habitat aslinya, corydoras termasuk ikan omnifora atau ikan pemakan segala, termasuk ikan pemakan bangkai (scavenger), dan dapat pula disebut pemakan dasar (bottom feeder). Sementara dilingkungan pemeliharaan, ikan ini umumnya dapat memakan segala jenis makanan yang diberikan. Akan tetapi, corydoras cenderung lebih menyukai pakan alami berupa cacing-cacingan berukuran kecil.
Kisaran suhu air tegantung ketinggian tempat dan daerah ditemukannya, yaitu sekitar 10-120 C di daerah subtropis dan hingga 320 C di daerah tropis. Ada juga corydoras yang dapat hidup di daerah yang sedikit asam, yaitu pH 5,3-6,7 dan kesdahan 5-10 dH. Walaupun demikian, corydoras masih dapat hidup dan berpijah pada kondisi yang bervariasi.
Semua jenisnya hidup di perairan, tetapi terkadang naik dengan cepat dipermukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Bila berada di tengah perairan tanahnya ikan sudah dewasa dan siap memijah. Namun, terkadang tingkah laku ini bukan menunjukan tanda-tanda siap memijah, melainkan tanda-tanda sakit.beberapa jenis ikan ini ditemukan hidup membentuk coloni atau bergerombol. Mereka mengambil makanan dari dasar peraiaran yang berlumpur atau berpasir serta dari tanaman air atau dedaunan di dalam air.
Corydoras hidup di daerah rawa atau tempat yang kurang suplai airnya. Pada saat miskin oksigen, mereka dapat memepergunakan ususnya untuk alat pernapasan.Bahkan pada saat musim kemarau, corydoras ditemukan dalam keadaan tertutup lumpur dan akan kembali segar saat musim hujan. Biasanya saat awal musim penghujan tersebut corydoras siap memijah kembali.
Di habitat aslinya, umumnya corydoras dapat memijah segera        setelah musim kemarau, sementara dilingkungan pemeliharaan, kegiatan memijah ikan ini bisa berlangsung sepanjang musim. Pemijahan basanya memerlukan beberapa hari karena telurnya keluar secara persial. Artinya, Kematangan telur dan ovulasi tidak bersamaan, tetapi telur dikeluarkan secara bertahap. Jumlah telur yang keluar biasanya tebanyak pada hari kedua dan ketiga bertelur.
Tingkah laku berpijah pada corydoras dikenal ada dua posisi induk, yaitu posisi T dan posisi S. Posisi T adalah posisi dari induk betina dan posisi S adalah posisi dari induk jantan. Artinya, saat berpijah mulut betina mendekati bagian genital jantan sehingga membentuk huruf T, sedangkan jantan melngkung membentuk huruf S. Dengan posisi tersebut maka betan dapat mengumpulkan spermajantan di mulutnya tersebut sperma jantan akan dikeluarkan bersamaan  dengan di keluarkannya telur-telur dari tubuhnya dan di tempelkan pada subtrat (penempel telur). Dengan demikian, telur-telur tersebut akan terbuahi.

          Pembenihan merupakan kegiatan budidaya untuk mendapat benih. Pembenihan ini mencakup kegiatan pemijahan, penentasan telur,dan perawatan benih serta pendederan. Pemijahan sendiri merupakan proses perkawinan induk jantan dan betina hingga menghasilkan telur yang telah di buahi. Perkawinan dapat terjadi kalau kedua induk sudah cukup umur, atau matang kelamin dan kondisi lingkungan mendukang. Sampai hari ke -3, telur akan menetas menjadi larva. Larva-larva ikan harus di rawat dan di dederkan hingga menjadi benih yang siap dibesarkan. Rangkaian proses tersebut harus dilakukan karena larva sangat peka terhadap penyakit. Adapun tahapan pemijahan dan pembanihan corydoras sebagai berikut.

Wadah pemijahan
Ada beberapa wadah yang dapat di gunakan untuk pemijahan corydoras, yaitu bak semen, bak faibergalas, bak kayu yang dibungkus plastik, dan akuarium.

Sarana pelengkap pemijahan
Selain sarana utama berupa wadah pemijahan, juga di perlukan sarana pelengkap lain agara proses pemijahan corydoras dapat berlangsung dengan baik. Adapun saran pelengkap yang harus di sediakan antara lain subtrat penempel telur dan penyuplai oksigen.
Diperlukan subtrat penempel telir karena corydoras memilki sifat betelur yang adesif atau menempelkan telurnya padabenda-benda di sekitarnya. Ada beberapa bahan yang dapat digunakan sebagai subtrat penempel telur yaitu potongan pipa, keramik, potongan kaca, atau bahan lain yang tidak mudah busuk.
Sarana pelengkap lain yang diperlukan pemijahan ialah penyuplai oksigen. Untuk itu, air medianya perlu selalu di suplai dengan oksigen. Adapun kelengkapan untuk menyuplai oksigen antara lain blower atau aerator, selang, dan batu aerasi.

Pemilihan dan pengelolaan induk.
Corydoras mulai dapat di pijahkan minimal umur 8 bulan atau berukuran sekitar 6-7 cm. Ikan jantan memiliki bentuk tubuh seperti torpedo bagian dari belakang insang meruncing hingga ke ekor. Utbuh iakn jantan ini lebih langsing dan ukurannya lebih kecil dari betina. Sirip dorsalnya tampak lebih runcing. Sedangkan ikan berina bertubuh lebih besar dibanding jantan dan perutnya tampak membundar karena berisi telur.
Calon induk hasil seleksi di pelihara secara terpisah hingga siap dijadikan induk. Pemisahn induk betina dan jantan dapt dilakukan dalam wadah tertentu, tetapi juga dapat dilakukan dalam wadah pemijahan. Namun secara umum pemijahn dapat dilakukan secara masal dalam bak semen.
Selama pemeliharaan tersebut, calon induk di beri pakan brprotein tinggi untuk mendukung kuantitas dan kualitas air. Akan tetapi, jenis pakannya perlu di sesuaikan dengan kebiasaa makan.dari corydoras. Oleh karena corydoras bersifat bottom feeder maka kan lebih baik kalu di beri pakan alami seperti tubifex maupun bentuk pakan berupa butiran atau pelet yan gtenggelam dosisi pakan buatan cukup 3-5% dari berat total induk.
Selain diberi pakan, induk ikan harus diberi perllakuan obat-obatan secara periodik. Tujuan nya agar ikan selalu dalam keadaan sehat selam proses pemijahan Obat yang dapat digunakan berupa anti parasit seperti formalin atau anti bakteri seperti oksitetrasiklin. Perlakuan ini dilakukan setiap dua minggu atau sebulan sekali. Walaupun sudah diberi perlakuan,

Penetasan telur dan perawatan benih.
Subtrat yang berisi telur dimasukan dalam wdah penetasan. Umumnya wadah penetasan berupa akuarium berukuran 40 cm x 60 cm x 40 cm. Tinggi airnya sekitar 20-25 cm.air medianya perlu di beri obat methyline blue 5% dengan dosis 15 tetes larutan per 20 liter air untuk mencegah serangan jamur.
      Telur akan menetas menjadi benih mulai hari ke-3. Semntara subtrat yang telur–telurnya dudah menetas haurs segera diambil dan dicuci. Pencucian ini di maksudkan untuk menghilangkan sisa telur yang tidak menetas dan membersihkan jamur yang ada.
Benih yang sudah menetas tidak langsung diberi pakan karena memebawa kuning telur sebagai makanannya. Mulai hari ke-3, pakan sudah harus diberikan dan kualitas air di perhatikan karena saat ini benih sangat peka terhadap penyakit. Bila terserang penyakit , seluruh benih akan mengalami kematian.
Pakan pertama yang disarankan untuk benih corydoras berupa nauplius artemia. Sayangnya pakan jenis ini cukup mahal sehingga sebagai alternatif dapat di berikan pakan Brachionius sp. Dengan catatan bahwa kultur pakan alami tesebut haurs dilakukan secara rutin dan continu. Lama
Pergantian air dilakukan setiap hari untuk menjaga kualitasnya. Kualitas air yang kurang baik akan berakibat proses pamijahan terganggu. Pergantian air dapat dilakukan dengan cara menyipon 1-3 hari sekali.
Setelah memijah selama dua bulan, induk perlu dipelihara secara terpisah selama dua minggu sebelum dicampur kembali untuk dipijahkan. Tujuannya agar kodisi tubuhnya tetap baik saat berpijah.
Corydoras biasanya mengeluarkan telurnya secara persial Oleh karenanya, setiap hari dapat ditemukan telur menempel pad subtrat. Setiap induk mampu menghasilkan 200-500 butir telur.
Pemijahan bisanya terjadi menjelang pagi atau pada pagi hari. Saat berpijah ikan perlu ketenangan. Keberhasilan ikan memijah dapat diamat pada subtrat telur yang sudah ditempeli telur berwarna bening. Jika telurnya putih, berarti pemijahan gagal.
Subtrat yang di tempeli telur diambil dan dipindahkan kedalam wadah penetasan telur. Caranya ialah subtrat diangkat dan langsung di pindahkan ke bak penetasan telur.

Pendederan
Pendederan merupakan tahapan meliharaan benih corydoras setelah di rawat di akuarium selama 7-10 hari. Pendederan ini dilakukan hingga benih berukuran sekitar 1,75 cm atau selama 1-1,5 bulan
Selama pemeliharaan, corydoras akan lebih banyak meamanfaatkan dasar perairan. Padat penebaran jangan terlalu tinggi cukup sekitar 1.000-2.000 ekor/ m2. Jika kepadatannya terlalu tinggi, ikan akan bersaing memperoleh pakan.
Tinggi air mediapun jangan terlalu tinggi, yaitu sekitar 10 cm. Hal ini disebabkan ikan sering naik kepermukaan air untuk mengambil oksigen dari udara. Pakan yang digunakan selam masa pendederan ini adalah cacing sutra. Dosisnya 10% dari bobot total ikan.
Untuk menunjang penambahan jumlah oksigen terlarut di perlukan alat-alat berupa blower atau aerator serta instalasinya seperti paralon, batu aerasi, selang aerasi, pemenas, dan filter. Parealon digunakan untuk mengalirkan udara dari blower atau aerator ke air. Sematara filter dapat dipakai jika kondisi air agak keruh.

DAFTAR PUSTAKA
Kembuan B.S. dan Syafei L.S, 2005. Buku Seri Kesehatan Ikan “Corydoras Sehat Produksi Meningkat”. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian, Jurusan Penyuluhan Perikanan, Bogor.
Liviawaty dan Eddy Afrianto, Pengendalian Hama dan     Penyakit Ikan, Yogyakarta, Kanisius, 1992.
Mudjiutami Endang, Ikan Hias Air Tawar Corydoras,      Jakarta,     Penebar Swadaya,2000.
Wijayakusuma, Setiawan Dalimartha dkk Tanaman Berkhasiat     Obat Indonesia IV, Jakarta, Pustaka Kartini, 1999.